Menerka Arah Elektrifikasi Honda
Meski menyandang nama besar, merek Honda seperti tertinggal di kancah mobil listrik. Produk Honda e yang didatangkan tidak untuk dijual, tapi dipelajari. Mereka berencana dengan merakit dan memasarkan mobil hibrida.
Mobil Honda di Indonesia termasuk merek besar. Tapi dalam urusan produk elektrifikasi, mereka seperti tertinggal sekian langkah dibandingkan kompetitornya seperti Toyota dan Suzuki—belum lagi kalau disandingkan dengan pabrikan Hyundai atau Wuling. Tahun ini Honda menjanjikan mengeluarkan dua produk mobil bertenaga hibrida (HEV).
Kompetitor Honda di Indonesia sudah melaju dengan produk mobil elektrifikasinya. Toyota, misalnya, telah menjual Innova Zenix Hybrid, bahkan sudah mengekspornya. Sebelumnya ada juga Corolla Cross. Di segmen mobil berbaterai murni, mereka telah menjual SUV bz4x. Lini mobil mewah mereka, Lexus, telah lebih dulu mengeluarkan mobil baterai murni (BEV). Setahun belakangan, merek Suzuki menyematkan motor listrik di model MPV Ertiga.
Langkah elektrifikasi lebih maju dipertontonkan pabrikan asal Korea Selatan dan China. Hyundai merakit mobil bertenaga baterai Ioniq 5 di dalam negeri, dan mulai berancang-ancang meneruskannya dengan model Ioniq 6. Saudara kembarnya, KIA, telah memasarkan EV6 yang mengambil ceruk pasar mobil di kisaran Rp 1 miliar.
Di kelompok pabrikan asal China, Wuling bisa jadi kampiunnya. Produk mobil kecil mereka, Air EV yang berbaterai murni di kisaran Rp 300 juta laris bak kacang goreng. Mereka juga punya mobil bertenaga hibrida pada model Wuling Almaz. Jenama DFSK membuka pasar mobil listrik di segmen niaga.
Pasar mobil elektrifikasi di Indonesia sedang naik daun. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik pada 2022 mencapai 15.437 unit, meroket sekitar 300 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dua model yang paling laris adalah Wuling Air EV Long Range dengan 6.859 unit, dan Hyundai Ioniq 5 Signature Extended dengan 1.517 unit.
Bagaimana dengan Honda? Secara global, terutama di Jepang, Honda telah punya beberapa model elektrifikasi, tapi belum satu pun yang masuk pasar Indonesia. Pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2022 lalu, Honda Indonesia memamerkan model SUV CR-V dan sedan Accord bertenaga hibrida—mereka menyebutnya e:HEV untuk mobil hibrida.
Saat itu, Yusak Billy, Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), menegaskan bahwa kedua model tersebut tidak bisa dipesan. “Hanya untuk dipamerkan, mengenalkan kepada masyarakat bahwa Honda memiliki teknologi strong hybrid,” kata dia. Model CR-V yang didatangkan langsung dari Jepang itu boleh dicoba pengunjung pameran.
Billy tak mengada-ada. Berbulan setelah pameran itu, tak terdengar lagi kabar perihal dua model hibrida tersebut. Honda malah mengeluarkan produk SUV kecil WR-V yang masih bermesin bakar (internal combustion engine/ICE). Bersama model Brio, yang juga bermesin bakar, WR-V dan HR-V menjadi primadona penjualan Honda di Indonesia.
Pada September 2022, pabrikan China Wuling mengeluarkan mobil mini berbaterai murni (BEV) bernama Air EV dengan harga di kisaran Rp 300 juta. Mobil ini langsung laris. Honda masih anteng saja, sepertinya nyaman dengan penjualan Brio, yang sama-sama berukuran kecil, yang laris di kelasnya.
Di ujung 2022, ketika Toyota mengeluarkan generasi baru Innova yang bertenaga hibrida, Honda tetap bergeming. Bisa jadi Honda berkilah bahwa pasar mereka tak beririsan dengan pengguna MPV seperti Innova. Sebagian besar produk Honda di Indonesia saat ini adalah SUV. Beberapa model MPV Honda seperti Freed, Odyssey, dan Mobilio cenderung diabaikan.
Mencoba Honda e
Pada 10 April 2023, titik cerah elektrifikasi Honda mulai tampak. PT HPM mengundang awak media mendatangi pabrik mereka di Karawang, Jabar. Agenda utamanya adalah pemaparan perihal e:Technology, kampanye elektrifikasi mereka yang merupakan sinergi antara produk mobil, sepeda motor, dan generator.
Di situ, mereka memajang sepeda motor PCX Electric—yang juga belum dipasarkan, generator LiB-AID E500, dan mobil Honda e. Porsi terbesar di acara itu justru mengenalkan produk mobilnya, yang telah dipasarkan di Jepang dan beberapa negara Eropa sejak 2019.
Mobil Honda e terkesan imut, layaknya kebanyakan kei car, sebutan untuk mobil berdimensi dan bertenaga kecil di Jepang. Desain interiornya minimalis. Perwajahan depan dan belakang, khususnya formasi lampu, cenderung mirip. Sekilas, Honda e ini mengingatkan pada Honda Civic generasi pertama. Bisa dibilang, mobil ini bergaya retro futuristik; antik tapi modern.
Honda e dibekali baterai berkapasitas 35,5 kWh yang diklaim bisa menempuh jarak sejauh 220 kilometer, lebih besar dibandingkan baterai Wuling Air EV yaitu 26,7 kWh (varian long range). Tapi Honda e terkesan lebih siap dipakai melipir agak jauh dari kota dibandingkan Air EV. Kursi penumpang di baris kedua cukup lega menampung dua orang. Kenyamanannya terjaga.
Kesan itu menguat ketika menjajal Honda e di sirkuit kecil di kawasan pabrik. Putaran setirnya begitu terukur. Pada trek lurus, mobil ini bisa digeber dari berhenti hingga 100 km/jam dalam waktu tak sampai 9 detik. Torsinya 315 Nm dengan tenaga maksimum 154 PS.
Motor elektriknya berada di as roda belakang. Area moncong mobil ini diisi perangkat pengisian daya dan pengatur pengereman regeneratif. Baterainya terentang di dasar mobil bagian tengah. Dengan demikian, menurut klaim Honda, distribusi bobotnya berimbang 50:50. Hasilnya adalah mobil yang lincah. Kelincahan itu diperkuat dengan radius putar yang relatif kecil.
Dengan karakteristik demikian, rasanya pas jika Honda e dipakai di kota besar seperti Jakarta. Kabar buruknya, Honda tak berencana menjual mobil ini di Indonesia. Yusak Billy berkali-kali menegaskan hal itu sepanjang acara.
PT HPM “membeli” tiga unit Honda e dari Jepang untuk dipelajari para teknisi di Indonesia. Yulian Karfili, Public Relation Manager PT HPM mengatakan, tiga mobil ini baru datang di awal April setelah dipesan sejak Januari. Ada tiga warna yang didatangkan, yakni putih, merah, dan biru.
”Teknisi kami mempelajari bagaimana cara kerja mobil listrik, misalnya perihal rem regeneratif. Kami ingin menyediakan mobil listrik yang sesuai kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan karakter Honda, terutama di aspek kenyamanan dan rasa berkendaranya,” kata Arfi, nama sapaannya.
Harga satu Honda e di Jepang, kata Arfi, sekitar Rp 600 juta. Jika didatangkan utuh ke Indonesia mungkin bisa sekitar Rp 1 miliar. Bandingkan dengan Hyundai Ioniq 5 yang jarak tempuhnya bisa lebih dari 400 km dengan harga di bawah Rp 900 juta. Ini bisa jadi membuatnya sulit bersaing. Ditambah lagi, tak banyak fitur terkini mobil listrik yang disematkan.
Mobil KIA EV6 GT-Line, misalnya, dengan harga Rp 1,4 miliar, jauh lebih canggih; bisa diparkir dari luar mobil dengan remot. Fitur pemasok listrik untuk perangkat elektronik rumah tangga juga sudah ditawarkan Hyundai Ioniq 5, misalnya. Faktor “wow” dari Honda e tersisa pada keunikan desainnya—ini juga tergantung selera orang yang lihat.
Sisi terangnya, teknologi elektrifikasi Honda terbukti tangguh di ajang balap mobil Formula 1. Semua mobil yang berlaga di Formula 1 bertenaga hibrida. Honda memasok mesin bakar dan motor elektrik bagi tim Red Bull Racing yang mengantarkan Max Verstappen jadi juara dunia 2022, dan membuat timnya jawara di kompetisi konstruktor.
Kandidat hibrida
“Kami memang tidak berencana menjual Honda e. Tahun ini akan ada dua model bertenaga hibrida. Di tahun-tahun berikutnya akan terus bertambah, termasuk yang bakal dirakit di dalam negeri,” kata Yusak Billy. Ketika ditanya model apa, Billy menyebut, “Segmen model yang diminati masyarakat. Silakan analisis sendiri.”
Mobil Honda yang diminati masyarakat di Indonesia adalah mobil irit Brio, dan jajaran SUV. Penjualan model sedannya kecil sekali. Mencermati pernyataan Billy, kemungkinannya mengerucut pada Brio dan beberapa SUV. Namun, pasar Brio, yang umumnya mobil pertama bagi pembelinya, rasanya agak kesulitan menyesuaikan kenaikan harga yang bisa jadi drastis bila ada model hibridanya.
Baca juga: Wuling Alvez yang Ekonomis dan Canggih
Kemungkinan yang lebih realistis adalah model SUV. Penjualan SUV HR-V cukup tinggi. Ini adalah kandidat tepat menghadirkan varian hibridanya. Kandidat lainnya adalah WR-V, yang juga diminati masyarakat, mengingat mobil contoh mereka adalah Honda e yang sama-sama berdimensi kompak.
Di luar itu, ada kemungkinan lain. Di pasar global, generasi terbaru SUV CR-V punya varian hibrida. Belum lama ini, Honda Jepang juga telah mengeluarkan varian hibrida bagi model MPV premium Odyssey. Pasar MPV di Indonesia juga seksi. Jika Honda Indonesia bersikukuh menghadirkan dua model hibrida di tahun ini, yang tinggal delapan bulan lagi, CR-V dan Odyssey adalah kandidat kuat. Jangka panjangnya adalah merakit varian hibrida bagi HR-V dan WR-V.
Dugaan ini bisa saja salah. Bisa jadi, justru Brio, yang kompetitornya telah mengeluarkan generasi baru, mendapat varian hibrida. “Kita lihat pasarnya ke arah mana,” kata Billy. Dia memastikan misi elektrifikasi Honda, yaitu “Volume produksi mobil listrik sebanyak 2 juta unit di seluruh dunia termasuk Indonesia pada 2030.” Dan di 2023, langkah Honda Indonesia masih samar-samar.
Dia memastikan misi elektrifikasi Honda, yaitu ”volume produksi mobil listrik sebanyak 2 juta unit di seluruh dunia, termasuk Indonesia, pada 2030.” Dan di 2023, langkah Honda Indonesia masih samar-samar.