Scram 411, Evolusi Urban Royal Enfield Himalayan
Scram 411 dihadirkan sebagai penyegaran yang memperkaya pilihan penyuka motor urban semi-”offroad” (”scrambler”) dari basis Himalayan yang dilahirkan Royal Enfield sesuai medan berat di Pegunungan Himalaya.
Royal Enfield Himalayan yang diproduksi pabrikan asal India telah meramaikan pasar global sejak 2016, tetapi baru masuk di pasar Indonesia pada 2018. Kini, lewat diler PT Nusantara Batavia Internasional telah hadir varian baru berbasis Himalayan, yaitu Scram 411.
Setelah sekian tahun, kini Scram 411 dihadirkan sebagai penyegaran yang memperkaya pilihan penyuka motor urban semi-offroad (scrambler) dari basis Himalayan yang dilahirkan Royal Enfield sesuai medan berat di Pegunungan Himalaya. Produsen yang bermain dalam segmen sepeda motor kelas menengah (250cc-750cc) ini meluncurkan Scram 411 di Indonesia pada Indonesia International Motor Show 2023.
Tampilan Scram 411 terkesan lebih kompak dan sporty. Basis mesin, rangka utama, dan tangki masih sama persis dengan Himalayan. Subframe bagian depan untuk dudukan lampu depan Himalayan dan windshield yang tidak mengikuti rotasi perputaran setang ditanggalkan dan membuat bagian lampu depan lebih ringkas.
Roda depan kini lebih kecil dibandingkan Himalayan dengan diameter pelek 19 inci, sementara ukuran lingkar roda belakang masih sama, yaitu 17 inci. Pelek jari-jari tersebut dibalut ban semi-offroad ukuran 100/90-19 untuk depan dan pada bagian belakang 120/90-17. Pengereman cakram depan dan belakang didukung rem ABS 2 channel.
Sepatbor model paruh ala motor avontur juga ditinggalkan dan hanya terpasang sepatbor pelat biasa yang membuat tampilannya lebih sederhana. Spidometer kombinasi digital dan analog juga lebih minimalis dibandingkan dengan Himalayan. Informasi yang ditampilkan meliputi indikator kecepatan, posisi gigi, meteran bahan bakar, jam digital, trip meter A, B, dan trip F yang otomatis tampil dengan memulai hitungan jarak dari nol saat indikator bahan bakar mulai berkedip, indikator rem ABS serta kelistrikan mesin.
Adopsi mesin Himalayan
Scram 411 mengadopsi mesin empat langkah silinder tunggal OHC LS 410 injeksi Himalayan berkapasitas 411 cc. Mesin ini dirancang khusus dengan konsep long stroke high torque khas Royal Enfield yang dibuat lebih ringkas. Tenaga maksimum sebesar 24,3 bhp dicapai pada putaran mesin 6.500 rpm, sementara torsi puncak 31 Nm bisa dipetik pada 4.250 rpm. Tenaga mesin disalurkan dengan transmisi manual lima percepatan.
Mesin ini telah memiliki balancer shaft untuk mengurangi getarannya, tidak seperti varian klasik RE sebelumnya. Mesin LS410 Himalayan juga menggunakan rantai keteng, berbeda dengan varian-varian klasik Royal Enfield dengan konstruksi overhead valve (OHV) dengan push-rod yang identik menghasilkan getaran berlebih. Kompensasinya mesin jadi lebih cepat panas yang dikompensasi dengan radiator oli untuk membantu pendinginan mesin.
Karakter mesin overstroke (diamater 78 milimeter x langkah 86 milimeter) pada SCRAM 411 bertenaga sejak di putaran bawah sehingga berkendara di perkotaan juga tak perlu menarik gas dalam-dalam. Menembus kepadatan lalu lintas perkotaan menjadi salah satu kelebihan mesin torsi besar ini.
Saat dibawa di trek aspal perkotaan, karakter mesinnya memang tidak meledak-ledak, terkesan kalem. Namun, karakter Scram mulai terisi di putaran rendah. Putaran atas memang bukan jadi kekuatan karakter mesinnya. Scram bukan untuk kebut-kebutan beradu tenaga di putaran atas di jalanan aspal. Namun, ketika berbicara torsi dan tanjakan, itu menjadi santapan yang ditelan enteng oleh Scram 411.
Torsi dari mesin berpendingin udara tersebut membuat motor ini mengasyikkan diajak manuver mendaki tanjakan. Bahkan, turing sekitar seharian badan masih tak terlalu tersiksa berkat posisi pengendaraan dan jok yang nyaman.
Karakter ”scrambler”
Kompas berkesempatan meminjam unit motor tersebut untuk dijajal pada pengendaraan harian di kota dan jalur offroad ringan di luar kota. Posisi pengendaraan tegak dengan setang lebar khas motor adventuredual purpose memberikan pengendalian optimal saat melibas medan offroad dan memberi kenyamanan untuk pengendaraan jauh. Setang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan Himalayan sehingga posisi tangan jadi lebih santai.
Pada kondisi berhenti menggerakkan setang terasa berat, tetapi setelah dikendarai ternyata cukup nyaman dan stabil. Jok dengan ketinggian 795 milimeter menyambung antara pengendara dan pembonceng, sedikit berbeda dibandingkan dengan jok Himalayan yang didesain bertingkat. Jok terasa empuk dan nyaman dan ini salah satu faktor penting penunjang fisik pengendara saat perjalanan jauh.
Tinggi badan pengendara di kisaran 163 sentimeter masih terasa pas bertengger di atas motor ini. Bagi postur saya, kedua kaki memang harus jinjit saat berhenti dan terasa repot saat memundurkan atau memutar balik motor karena faktor bobot motor. Namun, saat berjalan, yang dirasa hanyalah menikmati sensasi kenyamanan Scram 411.
Suspensi depan teleskopik konvensional dengan diameter 41 milimeter memiliki jarak main (travel) 190 milimeter, atau lebih pendek 1 sentimeter dibandingkan dengan Himalayan. Adapun di bagian belakang peredaman mengandalkan sistem monosok dengan tambahan sambungan penghubung (linkage) yang membuat peredaman lebih progresif. Suspensi belakang ini memiliki jarak main 180 milimeter.
Kombinasi suspensi standar ini terasa pas melahap medan offroad, tetapi agak terasa keras di jalanan mulus. Sementara performa rem ABS bisa dibilang tidak terlalu istimewa.
Meski bobot lumayan terasa berat saat statis, ketika motor dibawa jalan ternyata motor tetap lincah dan enteng. Hanya saja setang yang lebar agak kesulitan saat menembus celah di antara mobil dalam kemacetan. Jarak sumbu yang semakin pendek (1.455 milimeter) membuat motor ini menjadi lebih lincah di perkotaan dibandingkan dengan Himalayan.
Konsep scrambler yang diadopsi pada Scram mengharuskan motor ini siap diajak ke jalanan mulus ataupun offroad ringan. Setelah puas mengendara harian di jalanan Jakarta, Kompas mencoba membuktikan kehandalannya dengan membawa Scram 411 warna graphite yellow ini bertualang ringan ke daerah Klapanunggal, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dengan menjajal trek lumpur, berbatu, semen kasar, serta rerumputan dan aspal mulus.
Aksesori standar skid plate melindungi kolong mesin dari benturan dengan bebatuan di jalanan offroad. Sayangnya, celah di bearing roda depan dengan sumbu suspensi teleskopik depan masih menyisakan ruang renggang sehingga rawan terkena kotoran lumpur yang dapat mempersingkat usia bearing as roda depan. Seandainya ada ring penutup, pastinya akan lebih aman. Footstep juga menganut aura scrambler, di mana karetnya dapat dilepas dan hanya menyisakan pijakan besi bergerigi agar lebih menggigit bagian sol sepatu.
Saat kami mencoba medan tanah di kawasan perkebunan sawit, sayang kondisi trek tidak seperti yang diharapkan. Tanah terlalu lembek dan berlumpur karena dilanda hujan deras pada malam dan pagi harinya. Manuvernya tidak bisa maksimal dan terasa agak repot dengan motor berbobot kosong 185 kilogram ini.
Setelah melewati trek pasir dan kerikil yang kering, pengendalian motor kembali terasa lincah dan mengasyikkan. Pengendara akan melupakan persoalan bobot tadi dengan sendirinya.
Fitur sederhana
Scram 411 sudah dilengkapi port USB 2A untuk pengisian daya ponsel dengan posisi di setang bagian kiri. Uniknya, ada juga fitur pengaman seperti layaknya motor matik. Jadi, saat mesin dinyalakan dalam kondisi gigi netral dan anda memasukkan ke gigi 1 tanpa melipat standar, mesin akan mati dengan sendirinya. Selain itu tersedia fitur standar, seperti lampu hazard, tombol engine cut off, dan tombol passing dimmer.
Kapasitas tangki menampung 15 liter bensin dengan cadangan 3 liter. Konsumsi bensin rata-rata pemakaian dalam kota dalam kondisi macet dan lancar didapatkan angka sekitar 22 km per liter, agak berbeda dengan klaim pabrikan 30 km per liter. Angka ini memang sangat tergantung karakter pengendaraan dan kondisi jalanan.
Rasio kompresi Scram 411 sebesar 9,5 : 1 sebenarnya memungkinkan meminum bensin oktan di bawah 92. Hal ini menguntungkan saat blusukan ke daerah yang pelosok yang sukar mendapatkan bensin oktan tinggi. Namun, pihak RE tetap menyarankan agar Scram 411 mengonsumsi bensin oktan 92 ke atas.
Bicara soal fitur, Scram 411 memang tidak menawarkan banyak kecanggihan selain mesin injeksi. Namun, justru simplisitas itu yang menguatkan citarasa scrambler dan minim perawatan.
Secara umum, impresi motor seharga Rp 130 jutaan ini terasa menyenangkan di jalanan perkotaan untuk pengendaraan harian ataupun akhir pekan, tetapi masih mengasyikkan juga di jalanan offroad ringan. Scram 411 yang hadir dalam tujuh pilihan warna dan tersedia dalam tiga varian dengan harga Rp 130,8 juta untuk base variant, Rp 132,4 juta untuk mid variant, dan Rp 133,8 juta untuk premium variant. Semua harga dalam kondisi on the road di Jakarta.