Pulang Kampung: Rajut Kasih Lewat Tradisi
Natal dan Tahun Baru menjadi satu masa yang dinanti banyak orang. tak merayakan pun menjadikan momentum ini untuk bersua dengan keluarga, sanak saudara, dan teman di kampung halaman.

Menu Desa - Suasana keguyuban masyarakat saat makan bersama di sebuah rintisan pondok pesantren Annur Lembah Kemuning di Dusun Kemuning, Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (18/09/2020). Desa tersebut menyimpan potensi ekonomi, sosial, dan memiliki landskap indah. KOMPAS/DAHLIA IRAWATI2020-09-18
Demi melepas rindu dengan orang-orang terkasih, masyarakat rela berduyun-duyun menghabiskan berjam-jam, bahkan berhari-hari di jalan untuk mudik. Gairah ini selalu mewarnai masa Natal dan Tahun Baru yang kerap menghadirkan kisah tersendiri bagi mereka yang merayakannya.
Tren kasus Covid-19 yang relatif terkendali mendorong banyak orang memanfaatkan hari besar untuk kembali menjalin silaturahmi. Pasalnya, tak heran jika ikatan itu sempat renggang lantaran menahan diri bertatap muka karena pandemi. Akhirnya saat Lebaran lalu, pembatasan melonggar, tak sedikit masyarakat yang memanfaatkannya sebagai ajang kembali menjalin tali kasih.
Belum puas dengan pertemuan saat Lebaran, mereka pun kembali mudik menjelang Natal dan Tahun Baru. Masyarakat tak keberatan meski perlu merogoh kocek lebih sebab rata-rata harga tiket berbagai moda transportasi meningkat.

Penumpang saat mencetak tiket secara mandiri di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat pada Rabu (7/12/2022).
Kondisi itu dialami Melia Putri Handayani (26) yang menghabiskan sekitar Rp 7,5 juta untuk tiket pesawat sekali jalan dari Busan, Korea Selatan ke Yogyakarta, Indonesia. Nominal itu belum termasuk biaya saat bertemu dengan keluarga besar.
“Jadi kalau pergi-pulang kira-kira Rp 15 juta. Kalau budget untuk pulang kali ini, sekitar Rp 25 juta untuk berbagai macam, seperti oleh-oleh dan biaya rekreasi,” ujar mahasiswa Pukyong National University, Korea Selatan saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (16/12/2022).
Baca juga: Hidup Frugal demi Masa Depan: Irit atau Pelit?
Melia berupaya memanfaatkan jatah liburnya yang mencapai 28 hari. Kesempatan emas itu ia gunakan untuk bertemu dengan keluarganya di Jakarta, sebelum berkumpul dengan keluarga inti di Yogyakarta. Selain makan bersama, aktivitas favorit keluarganya mengunjungi tempat wisata terdekat.
“Sekarang jauh lebih fleksibel dalam mengadakan acara keluarga dibanding saat pembatasan. Jumlah keluarga yang bisa berpartisipasi juga makin lengkap,” tambah Melia yang juga menantikan keluarga besar dari daerah lain, seperti Muntilan dan Malang ikut bergabung.
Para karyawan juga biasanya memanfaatkan cuti tahunan saat hari raya. Hal ini tentu berlaku selama pekerjaan akhir tahun dipastikan tuntas tanpa masalah. Karyawan swasta, Patricia Dian (26), misalnya yang ikut arus mudik dari Cikarang, Jawa Barat ke Dumai, Riau mendekati hari Natal.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F22%2Fc9097199-f56c-40dd-8e67-e7e492730685_jpg.jpg)
Penumpang kereta api bersiap masuk ke gerbong kereta saat KA Brantas dengan tujuan Blitar telah tersedia di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (22/12/2022). Memasuki libur Natal dan Tahun Baru yang juga bersamaan dengan libur sekolah jumlah penumpang kereta api yang akan bepergian ke sejumlah kota mengalami peningkatan. Pada angkutan Natal dan Tahun Baru 2022/2023 PT Kereta Api Indonesia (Persero) menyediakan 5,5 juta tempat duduk bagi penumpang kereta api. Hingga Rabu (21/12/2022) telah terjual 916 ribu tiket kereta api jarak jauh dari 2,4 juta tiket kereta api jarak jauh yang disediakan. PT KAI juga menyiapkan posko angkutan Natal dan Tahun Baru yang akan melayani masyarakat pada periode 22 Desember 2022-8 Januari 2023. KOMPAS/RADITYA HELABUMI 22-12-2022
Selama ini, dipastikan ia tak akan pulang ke kampung halaman jika hanya mendapat libur 1-2 hari. Alhasil, Natal jadi momen besar untuk pulang sekaligus berkumpul dengan keluarga.
Meski demikian, terdapat sejumlah perbedaan saat sebelum dan puncak pandemi, serta setelah kasus Covid-19 relatif terkendali. Sebelum Covid-19 terdeteksi, semua karyawan bebas keluar-masuk kota tanpa hambatan. Saat awal pandemi, perjalanan keluar kota dibatasi, bahkan wajib karantina dan tes usap sebelum kembali kerja. Namun, kondisi yang kini mulai terkontrol, setelah vaksin booster umum ada, tak ada lagi kewajiban tes usap. Alhasil, bepergian ke mana saja juga lebih bebas.
“Saat ini jauh lebih leluasa. Hal yang enggak leluasa ya ongkosnya,” kata Dian bergurau.
Baca juga: Awas, Jebakan Batman Paylater di Akhir Tahun
Sementara itu, Aparatur Sipil Negara (ASN) pun mendapat kesempatan yang sama untuk merayakan hari raya. Tak ada pembatasan dalam masa liburan kali ini mendorong para ASN ikut mudik ke kampung halamannya masing-masing.
“Perjalananku dari Barabai, Kalimantan Selatan ke Semarang, Jawa Tengah. Kemudian berlanjut ke Ngawi, Jawa Timur, kampung halaman kedua orangtuaku untuk bertemu dengan keluarga besar. Banyak yang libur, jadi pada kumpul,” ujar Agata.
Selain bertukar cerita, Agata dan saudara-saudaranya berupaya menghidupkan kembali tradisi arisan keluarga. Kegiatan itu sempat terhenti karena pandemi Covid-19.
Budaya pulang kampung ini tak hanya berlaku untuk seseorang yang merantau ke tempat yang jauh. Alasannya, perantauan beda kota dalam satu provinsi juga menggunakan momen ini untuk berkumpul dengan keluarga.
Baca juga: Optimisme Ekonomi Menyongsong Natal dan Tahun Baru

Lalu lintas di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (29/12/2022). Selama enam hari pelaksanaan operasi lilin dari 23 sampai 28 Desember 2022, Korps Lalu Lintas (Korlantas) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mencatat 1.189 kecelakaan lalu lintas. Akibatnya, sebanyak 154 orang meninggal dunia, 138 orang menderita luka berat, dan 1.235 orang mengalami luka ringan. Dari total 1.189 kecelakaan, sebanyak 426 terjadi di jalan kolektor atau jalan umum, 420 terjadi di jalan arteri, 329 terjadi di jalan lingkungan, dan 14 terjadi di jalan tol. ADRYAN YOGA PARAMADWYA (Z20) 29-12-2022
Menurut mahasiswa Universitas Airlangga, Hilman Pandu (18) berencana merayakan Natal di Blitar, Jawa Timur. Sebab berkuliah di ibu kotanya, Surabaya dengan jarak yang relatif dekat, yakni sekitar 164 kilometer menguntungkannya untuk pulang ke rumah tiap bulan. Meski begitu, ia akan menghabiskan waktu liburnya bersama orang-orang terdekatnya di rumah.
“Rencananya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena orangtua juga sudah tua, sehingga bisa menghabiskan momen bersama,” lanjutnya.
Fenomena ini sekaligus menunjukkan bahwa kerinduan terhadap kampung halaman tak kenal jarak. Berbagai cara akan diupayakan demi bertemu orang-orang terkasih, kembali merajut benang persaudaraan yang sempat kendur karena pandemi.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F30%2F4292ea86-35cc-4422-9b1b-5022393fadb0_jpg.jpg)
Warga berkunjung ke ALun-Alun Surabaya dua hari sebelum tahun baru, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (30/12/2022). Pada hari tersebut pemerintah resmi menghentikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Pemerintah Kota Surabaya membuka seluruh taman pada malam Tahun Baru. Namun demikian Pemerintah kota melarang adanya konvoi kendaraan. Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)
Tradisi pulang kampung
Pulang kampung telah mengakar dalam budaya Indonesia. Tak heran jika pemerintah dan berbagai kalangan lainnya mempersiapkan tiap momen libur panjang dengan matang, agar perjalanan sesuai rencana.
Menurut antropolog, Argo Twikromo, mayoritas masyarakat Indonesia memanfaatkan kesempatan Natal dan Tahun Baru untuk bertemu keluarga dan teman-teman di kampung halaman. Budaya ini berbeda dengan negara-negara Barat yang memanfaatkan libur panjang untuk bepergian secara individu.
“Jadi aspek kebersamaan itu cukup kuat walaupun budaya itu bukan dari kita. Namun, kita justru punya strategi yang cukup bagus disesuaikan dengan konteks sosial budaya di Indonesia. Ini jadi tradisi untuk bertemu bersama dengan keluarga atau handai taulan,” tutur dosen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini, Kamis (15/12/2022).
Baca juga: Pajangan Natal Bersirat Makna
Berbeda dengan Lebaran yang lekat dengan tradisi bermaaf-maafan, Natal justru jadi strategi untuk bertemu dan merayakan bersama. Mereka yang tak memperingatinya, tetap memaknai kebersamaan dengan orang-orang terdekat. Hal ini makin kuat ketika banyak orang memiliki memori masa kecil yang sama, seperti kerap bermain kembang api kala kanak-kanak.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F24%2Fa07c45b1-bd7a-47be-85c7-65d67a827bcd_jpg.jpg)
Warga bergotong-royong mendorong perahu milik salah satu warga yang telah selesai dibuat di Desa Jaya Makmur, Kecamatan Binongko, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/9). Tradisi gotong royong membantu sesama masih kental dipegang dan dilestarikan masyarakat di daerah ini. Kompas/Heru Sri Kumoro (KUM) 27-09-2017
Saat pembatasan ketat karena pandemi, masyarakat harus menahan diri untuk menekan mobilitasnya. Dana tahunan yang biasanya digunakan untuk berlibur pun tersimpan, sehingga kini saatnya untuk pulang kampung. Hal ini makin terlihat saat warga kota berbondong-bondong pulang kampung demi melepas karakter individualisnya yang kuat.
“Keharmonisan, saling menghargai, kerukunan yang dirindukan saat di daerah. Nah, kerinduannya itu bisa dituangkan saat pulang,” tambah Argo.
Baca juga: Setelah Natal, Diprediksi Jumlah Penumpang Bus Melonjak
Hal serupa dikatakan sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rochadi. Pulang kampung berarti bersilaturahmi kepada generasi senior serta teman sepermainan di tempat asal. Momen ini sekaligus ajang perantau menunjukkan keberhasilannya secara ekonomi saat status sosialnya naik, seperti berbagi rezeki pada orangtua dan saudara di kampung.
“Kenapa masih kuat di negara kita? Karena ikatan sosial kekerabatan masih kuat. Ikatan sosial berdasarkan hubungan darah, tempat tinggal yang sama masih kuat,” kata Sigit.
Selain itu, nuansa rekreasi erat kaitannya saat masa liburan. Hal ini berlaku bagi kelompok atau generasi tertentu yang lama tak bepergian ke tempat asalnya.
Hati-hati di Jalan
Tradisi yang mulai bangkit dan tidak adanya pembatasan mobilitas ini memang makin meningkatkan euforia. Terlihat pada penggunaan kereta api, sebanyak 1.095.714 penumpang bepergian menggunakan kereta api jarak jauh pada periode 22-29 Desember 2022. Pada Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, tingkat keterisian tempat duduk rata-rata 102 persen.
Vice President Public Relations PT KAI Joni Martinus mengatakan, tingkat okupansi atau keterisian 100 persen lebih ini karena satu kursi dapat diisi oleh lebih dari satu penumpang. Dia mencontohkan, ketika ada penumpang dari Stasiun Gambir yang turun di Stasiun Cirebon, kursi yang ditinggalkan tersebut dapat diisi lagi oleh penumpang lain.
”Periode Natal dan Tahun Baru sekarang kenaikannya sebesar 204 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya. Ini terjadi karena perubahan persyaratan naik kereta api),” ujar Joni.
Tingginya antusiasme untuk pulang kampung ini juga perlu diantisipasi agar tetap bisa berjumpa dengan keluarga dan kembali lagi dengan sehat.
Juru Bicara Divisi Humas Kepolisian Republik Indonesia Komisaris Besar (Pol) Saptono Enggar Waskitoroso mengimbau agar semua yang hendak mudik berhati-hati di perjalanan, apalagi dengan tingginya animo. ”Jika lelah bisa beristirahat dengan memanfaatkan rest area untuk menghindari kecelakaan,” ujar Saptono.