Selamat ”Hari Raya” Peragaan Busana
Hujan cukup deras sepanjang Rabu (30/11/2022) mengguyur kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Toh tamu yang menghadiri peragaan busana Edward Hutabarat Autumn Winter 2023 di pelataran candi tak gentar.
Seiring meredanya pandemi, ruang-ruang peragaan busana hidup lagi. Jadwal peragaan busana padat dan ramai pengunjung. Orang-orang yang bergelut di industri mode seolah tengah merayakan peragaan busana setelah dua tahun puasa dalam bekapan korona.
Hujan cukup deras sepanjang Rabu (30/11/2022) mengguyur kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Toh tamu yang menghadiri peragaan busana Edward Hutabarat Autumn Winter 2023 di pelataran candi tak gentar. Dengan berpayung atau berjas hujan, mereka tetap menikmati acara malam itu.
Hasrat untuk tahu koleksi istimewa perancang busana Edward Hutabarat—akrab dipanggil Edo—yang dibuat dari kain tenun Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, itu sungguh tak masuk akal. Para lelaki dan perempuan yang berdandan ganteng dan cantik, tubuh berbalut kain tenun dari sejumlah daerah, tak peduli kehujanan dan kena cipratan air kotor.
”Jarang bisa lihat koleksi Edo, tak apalah kehujanan,” ujar seorang perempuan yang datang bersama teman-temannya dari Jakarta.
Oktober lalu, orang tumpah ruah juga dalam peragaan busana yang digelar di Jakarta Fashion Week 2023 (JFW 2023) di Mal Pondok Indah, Jakarta. Pada penutupan JFW 2023, yang sempat vakum digelar secara tatap muka selama pandemi, ruang peragaan tak mampu menampung tamu. Mereka ingin melihat Dewi Fashion Knights bertema ”Future Couture” yang menampilkan karya desainer Rinaldy A Yunardi, Stella Rissa, dan Yogie Pratama.
Panitia sempat kewalahan mengatasi keinginan para penikmat mode. Sebagian tamu akhirnya bisa tetap di dalam ruangan, tetapi hanya berdiri untuk melihat koleksi busana dari kejauhan.
Minat tinggi para penikmat mode untuk tahu koleksi terbaru para desainer sejalan dengan melesatnya pertumbuhan bisnis mode untuk kalangan menengah ke atas.
Tak terputus
Pada masa pandemi, mereka hanya bisa melihat koleksi busana baru secara virtual. Sampai awal 2022, Edo masih menggelar peragaan secara virtual di Youtube lewat film bertajuk Forest is the Future. Desainer lain, seperti Patrick Owen atau Sebastian Gunawan yang berkolaborasi dengan Cristian Panarese melakukan cara sama.
Begitu menginjak bulan April, desainer Sapto Djojokartiko melepas koleksi untuk Idul Fitri secara trunk show. Saat itu mulai ada pergelaran busana secara langsung. Namun, ledakan peragaan busana terjadi sejak Oktober hingga Desember. Acara peragaan busana seakan tak ada putusnya.
Ledakan peragaan busana juga berdampak pada terjadinya transaksi penjualan busana serta adanya tambahan penghasilan bagi ratusan pihak yang terlibat dalam peragaan busana tersebut, misalnya petenun, model, dan penata rias.
Selain JFW 2023 dan Jakarta Food and Fashion Festival 2022, beberapa desainer mengadakan pergelaran tunggal yang jadwalnya berlangsung hingga awal Desember ini.
National Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma punya angka sahih pergelaran peragaan busana oleh asosiasinya. Tahun ini IFC telah menggelar sembilan peragaan busana besar. Dimulai dari Muffest (Muslim Fashion Festival) pada April 2022 mengusung tagar #RecoveryForFashionAndMore. IFC kemudian menggelar, antara lain, Jogja Fashion Week, Front Row (Paris), Modest Fashion Show 2022, Indonesia International Modest Fashion Festival, dan Jakarta Muslim Fashion Week 2023.
Baca juga : Suntikan Optimisme Sapto
Pada 1-4 Desember ini, IFC masih menggelar Spotlight yang menghadirkan karya-karya desainer Tanah Air. Fokusnya mengangkat kekayaan wastra Tanah Air di Pos Bloc, Jakarta, agar dapat diakses lebih luas oleh publik. ”Ini adalah bentuk optimisme kami. Bukan (karena) gila event, sama sekali tidak. Kami merasa, event ini memang perlu,” kata Ali seusai pembukaan Spotlight, Kamis (1/12/2022), di Pos Bloc.
Ali mengerti sekali bahwa fashion Indonesia bukan hanya satu atau dua sisi. Ada aspek ekonomi yang perlu kita dukung. Jadi, pihaknya harus benar-benar mendukung semuanya. ”Spotlight di antara sekian puluh event mode kita menurut saya penting,” ungkapnya.
Situasi saat ini, terkait pandemi juga isu resesi yang membayang di depan mata, dari sisi desainer sebagai pengusaha, harus bisa disikapi secara optimistis. Caranya dengan terus bergerak. Tidak diam. Ali sebagai ketua asosiasi merasa harus paling semangat. ”Makanya, saya meng-create. Ubah paradigma. Kalau dari awal harus terus hati-hati, kita enggak akan bergerak. Bisa benar-benar terkena resesi,” tutur Ali.
Asosiasi seperti IFC, ujarnya, memiliki pengaruh yang besar. Begitu pula dengan jenama. dia perlu meyakinkan pemilik jenama agar pelanggan juga semangat. ”Makanya, storytelling itu penting, seperti wastra, sustainability. Sehingga saat customer membeli, mereka merasa berkontribusi. Ini yang penting sebetulnya,” kata Ali.
Kewalahan
Optimisme dengan terus bergerak itulah yang terus dilakukan oleh desainer Sapto. Pandemi tak terlalu berpengaruh bagi penjualan produknya. Tahun ini ia bahkan kewalahan memenuhi jadwal yang sudah disusun selama setahun. Setidaknya ia harus menyiapkan lima koleksi rutin, misalnya untuk Natal dan Tahun Baru, Imlek, Ramadhan, Lebaran, sampai untuk musim gugur dan dingin.
”Uber-uberan terus dengan yang bikin kain. Waktunya sangat mepet, sampai hampir tak bisa bernapas,” ujarnya, November lalu, di Jakarta.
Di luar itu, ia harus rutin membuat baju untuk memenuhi kebutuhan dua tokonya di mal Plaza Senayan dan Plaza Indonesia Jakarta, serta untuk penjualan daring lewat situs. ”Pernah ada pembeli dari Abu Dhabi membeli semua baju yang ada di web store saya. Entah buat apa saya tak tahu,” tambah desainer yang tengah mencari tempat untuk toko ketiganya itu.
Perancang busana Biyan Wanaatmadja merasa campur aduk dengan perubahan yang bisa membawanya kembali memamerkan karyanya langsung di landas peraga. Kendati demikian, Biyan mengalami tantangan tersendiri mengingat dalam waktu berdekatan dirinya harus menggelar dua pertunjukan untuk dua jenamanya.
Juli 2022, Biyan berkesempatan menyuguhkan puluhan hasil rancangannya untuk jenama Biyan secara langsung. Karya bertajuk Renjana itu ditujukan untuk koleksi musim semi dan musim panas 2023. Kemudian, akhir November ini, Biyan menghadirkan lagi koleksinya untuk jenama Studio 133 miliknya yang diperuntukkan bagi generasi muda.
”Kalau ditanya challenging, sangat challenging. Entah sudah membuat koleksi yang keberapa puluh kali, tapi saat membuat koleksi baru selalu ada tantangan baru dan harus struggle. Yang lebih khusus, pada pandemi ini yang belum sepenuhnya lewat,” kata Biyan sebelum pagelaran.
Ia senang bisa lagi mewarnai landas peraga. Hanya saja, butuh adaptasi untuk memenuhi tenggat. Jika biasanya sudah ada jadwal yang ditetapkan dan dalam kurun waktu 6-7 bulan pengerjaannya, kali ini Biyan hanya punya waktu singkat untuk kedua koleksinya, yakni sekitar tiga bulan.
Pemulihan
Meski bisnis fashion kalangan menengah ke atas berputar semakin kencang, desainer Lenny Agustin merasa masa ini bagi dirinya merupakan masa pemulihan. Lenny yang sedang menggarap bisnis busana siap pakai, terutama funkykebaya bagi remaja, mengatakan penjualan produknya masih di kisaran 30-40 persen.
Semula, ia lebih banyak merancang kebaya yang dibuat sesuai pesanan konsumen (customized), tetapi dua tahun ini, Lenny mengubah total arah bisnisnya menjadi produk siap pakai. Kebaya siap pakai yang berjuluk funky kebaya, ditampilkan dengan lebih dinamis, funky, tanpa mengubah bentuk dasar kebaya.
Lenny melakukan itu karena ingin kebaya kelak bisa diterima sebagai salah satu item mode sehingga justru lebih lekang tak hanya di tataran lokal, tetapi juga internasional. Untuk itu, dia sengaja membuatnya menjadi busana siap pakai yang bisa menyasar masyarakat umum, terutama remaja. Oleh karena itu, harganya pun dipatok lebih terjangkau, di kisaran Rp 500.000–Rp 750.000 per potong.
Pandemi mereda, peragaan busana di mana-mana. Mereka seperti habis mengakhiri puasa. Selamat hari raya peragaan busana!