Bertualang rasa mencicipi beragam jenis kuliner dunia di kesempatan ”Folkz Sunday Brunch” di Café Gran Via, Hotel Gran Melia Jakarta, adalah pengalaman berkuliner mengasyikkan.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
Bertualang rasa dengan menu-menu dunia saat sarapan sekaligus makan siang alias brunch menjadi pengalaman mengasyikkan. Tak hanya bisa menggoyang kuncup-kuncup pencecap rasa di lidah, imajinasi pun bisa ikut melayang ke negeri-negeri tempat asal makanan yang dihidangkan.
Di atas meja, tersaji hidangan Nordik, Italia, Perancis, Spanyol, dan hidangan khas negara-negara di Asia. Kami tinggal mencicipinya satu per satu dalam acara Folkz Sunday Brunch, yang digelar Café Gran Via, Hotel Gran Melia Jakarta, pada akhir Agustus lalu.
Aneka hidangan yang disajikan secara à la carte ataupun buffet itu disiapkan dan disajikan oleh tuan rumah, Executive Chef Alain Rion yang berasal dari Perancis. ”Tentunya kami juga punya (pilihan) menu-menu Indonesia,” ujar Rion, Minggu (28/8/2022).
Pada menu awal, Rion menyajikan salah satu menu andalannya, ”The Nordic”, yang bahan baku utamanya berupa daging ikan salmon asap bercita rasa khas. Daging salmon yang sedikit berminyak itu berasa asin dan gurih.
Pada hidangan ini, sang chef menambahkan beberapa sentuhan kuliner Perancis. Ia menggunakan roti brioche sebagai sumber karbohidrat. Cita rasa manis dari brioche cocok berpadu dengan rasa asin-gurih dan berminyak daging salmon.
Kelezatan menu ini diperkaya dengan tambahan saus khas Perancis, hollandaise yang terbuat dari campuran kuning telur (yolk), mentega cair, serta perasan jeruk lemon. Selain itu, ada tambahan telur rebus (poached egg) dengan bagian kuning telurnya yang masih meleleh.
Saat dilumat ke dalam mulut, rasa sisa (aftertaste) gurih dan berkrim (creamy) kuning telur berpadu sempurna dengan cita rasa manis, gurih, dan sedikit asam yang samar-samar. Tambahan sejumput sayur bayam hijau makin membuat sajian ini makin lezat.
Pada menu berikut, Rion memadupadankan saus khas Perancis, concasse, dengan irisan (fillet) daging ikan kakap merah asal perairan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Irisan kakap yang dipanggang sederhana itu terasa gurih manis saat bertemu cita rasa asam saus concasse. Saus concasse sendiri terbuat dari tomat yang dihancurkan kasar alias dicincang.
Bergeser dari Perancis, tetapi masih di kawasan Eropa, Rion menghadirkan sajian khas Spanyol yang diwakili menu sederhana Spanish Omelette. Berbeda dengan versi biasa, omelet khas ”Negeri Matador” ini menggunakan irisan kentang, yang terlebih dulu ditumis (sauteed) bersama irisan bawang bombai. Ketika kentang mulai matang, Rion menyiram dengan kocokan telur yang sebelumnya dibumbui garam dan merica bubuk.
Cita rasa omelet ini lebih ”berat” ketimbang versi biasa. Hal itu disebabkan hadirnya elemen karbohidrat dari kentang, yang menjadikannya sedikit mengenyangkan.
Kelezatan Asia
Setelah mencicipi menu-menu lezat ala Eropa, Rion bergeser ke kawasan Asia. Ia mengajak tamunya bertualang rasa dengan beragam hidangan Asia yang sarat rempah. Ia menyodorkan Masala Dosa dari India dan Rendang Steak dari Nusantara.
Masala adalah olahan roti khas India selatan berbentuk serupa crepes ala Perancis. Bedanya bahan masala terbuat dari beras fermentasi dan kacang lentil hitam (Vigna mungo).
Rion menyajikan Masala dengan isian kentang rebus dilumat kasar yang dibumbui aneka rempah, mulai dari bubuk kunyit, biji moster (mustard seed), hingga asafoetida. Tidak lupa, chef menambahkan irisan cabai hijau dan daun kari. Perpaduan aneka bumbu itu menciptakan sensasi kelezatan yang kompleks.
Selain hidangan India, Rion menyajikan aneka daging bakar ala Mongolia. Daging dimarinasi terlebih dulu sebelum dipanggang di atas pemanggang berupa wajan besi cor berdiameter besar dengan ketebalan sampai 10 sentimeter.
Menurut asisten chef (sous-chef) Mohammad Akbar, daging panggang dari negeri Genghis Khan itu berbeda dengan sajian serupa dari Jepang, Korea, dan China. Selain cara memanggangnya yang berbeda, orang-orang Mongolia menambahkan daun sereh, bawang putih, jahe, dan kecap kedelai asin ke dalam bumbu marinasinya. Tambahan sereh itulah yang menjadikan daging panggang khas Mongolia jauh lebih beraroma.
Selanjutnya, Rion menyodorkan Rendang Steak berbahan daging sapi bagian tenderloin. Umumnya masakan rendang menggunakan daging bagian top side.
Rion menggunakan tenderloin lantaran bagian daging itu lebih lembut, mudah diolah, dan cocok dengan selera tamunya. Tenderloin juga lebih cepat menyerap aroma dan cita rasa aneka bumbu dan rempah yang digunakan ketimbang daging bagian lain.
”Bumbunya sama seperti bumbu rendang biasa, tetapi dibuat lebih halus,” ujar Rion. Ia menambahkan, selain Rendang Steak (à la carte), restorannya juga menyediakan beragam menu khas Indonesia lainnya.
Menu-menu yang disajikan Rion berkarakter fusion dengan pendekatan Eropa yang kuat. Meski begitu, ia memberi ruang yang cukup luas kepada lidah tamunya untuk menemukan jejak-jejak rasa asli pada setiap menunya. Dengan begitu, para tamu tetap bisa berkelana ke negeri-negeri yang jauh lewat hidangan yang mereka santap.