Biar Tua asal Mesra
Tatkala anak-anak sudah dewasa lalu mandiri, banyak pasangan mendapat waktu luang atau bahkan kekosongan. Saat itulah mereka meniti kembali kemesraan yang barangkali sempat tertunda oleh masa-masa mengurus anak.
Menua bersama dan tetap mesra menjadi impian banyak pasangan. Tatkala anak-anak sudah dewasa lalu mandiri, banyak pasangan mendapat waktu luang atau bahkan kekosongan. Saat itulah mereka meniti kembali kemesraan yang barangkali sempat tertunda oleh masa-masa mengurus anak.
Noorca M Massardi (68) dan Rayni N Massardi (65) duduk berdua berteman kopi di salah satu mal pusat kota Jakarta, Selasa (13/9/2022). Jemari tangan mereka saling menjalin seolah tak mau dilepaskan. Sesekali mata mereka saling menatap. Ah, mesranya.
Noorca dan Rayni adalah pasangan senior yang tidak ragu memperlihatkan kemesraan di depan orang banyak. Mereka telah menikah hampir separuh abad. Dan, bara asmara di antara mereka terus menyala.
Pada pertemuan sore itu di kafe, Rayni yang antusias dan Noorca yang sedikit kalem menuturkan kisah cinta mereka. Keduanya bertemu dan berpacaran sejak 1975. Saat itu, Rayni masih duduk di bangku SMA, sementara Noorca mengajar teater di dekat sekolah Rayni di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Saya Tidak Tua, tetapi Senior
Lulus SMA, Rayni hijrah ke Paris, Perancis, melanjutkan studi. Noorca yang mabuk kepayang nekat menyusul ke Paris bermodal tiket sekali jalan dan uang sisa hadiah lomba penulisan. Usahanya tidak sia-sia. Mereka seolah menjadi sepasang merpati yang setiap hari kasmaran.
Setahun kemudian, keduanya menikah dan kembali ke Indonesia pada 1981. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua anak perempuan, Cassandra dan Nakita Massardi. Dari anak mereka, Noorca dan Rayni mendapat tiga cucu.
Sepulang dari Paris, Noorca dan Rayni masih kerap kembali ke sana. Biasanya untuk memperingati hari jadi pernikahan sekaligus jalan-jalan napak tilas ke tempat-tempat favorit mereka atau menghadiri festival film besar di Cannes. Kebiasaan itu dilakukan hingga tahun 2000-an dan terhenti karena faktor biaya.
Hingga kini, baik Noorca maupun Rayni masih mempertahankan kebiasaan pergi jalan-jalan ke luar kota berdua saja, bahkan secara mendadak. Bermodalkan tiket sekali jalan, mereka seringnya pergi ke Pulau Dewata Bali. Tiga lokasi di Bali jadi favorit mereka, yakni Kuta, Sanur, dan Ubud.
”Kalau sekarang cuma berdua kami menginapnya di mana saja, enggak perlu hotel berbintang. Kalau orang bilang, wah sering bolak-balik ke Bali pasti banyak duit, ya enggak juga. Malah kadang kami cuma beli tiket berangkat. Lalu, pulangnya bagaimana? Ya, yakin saja nanti akan ada duit dari langit. Ha-ha-ha,” ujar Noorca sambil tertawa.
Agustus lalu, Noorca baru saja memberi kejutan untuk istrinya tercinta. Dia menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi terbaru, 69 Cinta untuk Rayni sebagai bentuk ungkapan cinta. Ilustrasi sampul dan isi bukunya menggunakan gambar-gambar digital karya Rayni, yang selama ini hanya tersimpan di dalam gawai.
Penyair Adri Darmadji Woko dalam sambutan di buku itu memuji kelanggengan hubungan cinta keduanya. Adri juga memuji gambar-gambar digital karya Rayni, yang seolah menyatu dan dipersatukan dengan puisi-puisi Noorca. Karya buku ini tak lagi sekadar sebuah karya bersama, tetapi juga bukti sebuah cinta kasih.
”Lebih tegas lagi, angka 69 menyimbolkan filosofi China, Yin dan Yang. Lambang keharmonisan. Itulah Noorca dan Rayni. Ini (buku) sekaligus bukti bahwa dunia ini memang hanya milik mereka berdua,” tulis Adri memuji.
Kemesraan
Api asmara yang dimiliki Seto Mulyadi (71) juga terkesan tak pernah redup walau usia beranjak senja. Keromantisan selalu ditunjukkan kepada sang istri, Deviana Mulyadi (52), di mana saja, mulai dari di kamar, ruang publik, sampai di jalan.
”Istilahnya kemesraan ini janganlah cepat berlalu,” ujar Seto tersenyum sambil mencuplik syair lagu karya penyanyi balada terkenal Tanah Air, Iwan Fals, ”Kemesraan”.
Kejutan penuh makna asmara kerap diberikan Kak Seto kepada sang istri dalam beragam bentuk, mulai puisi, prosa, hingga bunga. Bunga yang diberikan kadang berasal dari taman di rumahnya sendiri.
Menurut Kak Seto, perhatian yang diberikan kepada istrinya semakin menguatkan perasaan cinta di antara mereka. Selain itu, dia memberi saran, ”Jangan pernah lupa untuk rajin berkomunikasi.”
Kak Seto juga kerap memberikan hadiah sederhana yang diyakini bisa menjadi pupuk bagi tanah tempat bunga asmara tumbuh subur, merekah, dan mewangi. Hadiah itu bisa saja berupa kliping foto atau berita yang mengisahkan mereka berdua.
Namun, perjalanan mereka tidak hanya diisi kisah semanis madu. Tahun 1990, mereka mendapat ujian ketika janin kembar yang dikandung Deviana gugur. Sebelum kejadian itu, Deviana menemani Kak Seto untuk urusan pekerjaan Yayasan Nakula Sadewa ke pelosok Bogor, Jawa Barat.
Baik Seto maupun Deviana, keduanya tak ingin saling menyalahkan. Mereka menganggap keguguran itu takdir yang harus dihadapi mereka berdua. Selain coba memetik hikmah, pasangan ini juga berupaya membalik kemalangan dengan memaknainya sebagai kebersamaan abadi dan kenangan berkesan.
Asmara purnakarya
Kisah tak kalah romantis ditunjukkan pasangan purnakarya guru asal Klaten, Jawa Tengah, Oma Tari dan Opa Budhi. Selepas anak-anak mereka dewasa dan berumah tangga, lalu disusul masa purnatugas mereka, kedua sejoli warga senior ini memilih sibuk dengan aktivitas bersama.
Keduanya sering bepergian spontan mengunjungi tempat-tempat wisata atau sekadar menemui rekan lain sesama pensiunan untuk bersilaturahmi. Salah satu kegiatan yang rutin mereka kerjakan adalah bepergian dengan bersepeda motor saat merayakan hari jadi pernikahan.
Hal itu kerap dilakukan tanpa memberi tahu anak-anak. Menurut Oma Tari, ketiga anak mereka baru ngeh keduanya pergi jalan-jalan dengan sepeda motor setelah mereka melihat swafoto yang Oma Tari dan Opa Budhi unggah ke akun media sosial mereka.
Saat bersama, keduanya juga tak ragu memamerkan kemesraan. Bahkan, ketika menghadiri kegiatan resmi, kedua opa dan oma ini kerap bergandengan dan berangkulan mesra di depan orang-orang.
”Jadinya, sering juga digojloki (digoda) teman-teman lain. Kok, kata mereka, masih bisa mesra-mesraan begitu, padahal sudah tua. Pasti mereka iri, tuh, ha-ha-ha,” ujar Oma Tari dengan tertawa berderai saat dihubungi per telepon, Jumat (16/9/2022).
Pasangan yang baru saja memperingati hari jadi ke-40 pernikahan mereka itu dikaruniai tiga anak dan enam cucu. Mereka juga masih aktif di kepengurusan organisasi purnakarya guru dan dosen, Ikatan Purnakaryawan Pendidikan dan Kebudayaan (IPPK), di Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Opa Budhi menjadi ketua dan Oma Tari menjabat sekretarisnya.
Baca Juga: Siraman Cinta untuk Senior
Demi menjaga keharmonisan di antara mereka, Oma Tari mengaku sepakat untuk tak mengumbar pertengkaran mereka, termasuk di depan anak-anak dan cucu. Jika sedang bertengkar, mereka biasanya janjian untuk membahas tuntas di malam hari berdua saat anak-anak sudah tidur.
”Biasanya, ya, janjian dulu, ditulis di kertas lalu dikasih. Bilang, Pah atau Mah, aku mau ngomong. Nah, itu biasanya malam kalau anak-anak sudah pada tidur baru kami bertengkar, tapi bisik-bisik. Biasanya selesai lalu jadi mesra-mesraan lagi setelahnya, hi-hi-hi,” cerita Oma Tari.
Prasyarat berdua
Psikolog Universitas Indonesia, Agustine Dwiputri, menjelaskan, tidak semua pasangan bisa mandiri dan memutuskan untuk melanjutkan hidup hanya berdua. Ada sejumlah kondisi dan prasyarat yang harus dimiliki atau dijalani terlebih dahulu agar bisa mencapai kondisi macam itu.
Salah satunya soal pemahaman bersama bahwa mereka tak akan selalu menjadi orangtua yang terus mengurus kebutuhan anak-anak. Akan ada waktunya ketika anak-anak dewasa, mandiri, dan bahkan membangun keluarga sendiri. Dengan kesadaran bersama sejak awal seperti ini, pasangan suami istri bisa melanjutkan hidup kembali berdua saja.
Saat tak lagi ada anak-anak untuk diurus, para orangtua mengalami kekosongan atau biasa disebut sindrom sangkar kosong (empty nest syndrome). Kondisi itu masih diperberat saat suami masuk masa pensiun dan mengalami sindrom lain, pascaberkuasa (post power syndrome).
”Memang sekarang semakin banyak pasangan (senior) ke mana-mana berdua. Malah mungkin sudah bisa disebut tren. Mereka bisa begitu karena sejak awal mempersiapkan diri. Setidaknya urusan di antara keduanya sudah selesai. Tak ada lagi urusan-urusan masih mengganjal semisal luka masa lalu karena ada yang selingkuh,” ujar Agustine.
Mumpung anak-anak sudah besar, silakan pacaran dengan pasangan sampai tua. Jadi, biar tua, asal tetap mesra.