Kini saatnya menjajal langsung mobil yang dibanderol mulai Rp 238 juta (varian Standar) hingga Rp 295 juta (varian Long Range) itu.
Oleh
DAHONO FITRIANTO
·4 menit baca
Di sela-sela penyelenggaraan pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022, Wuling Motors memberi kesempatan awak media melakukan uji perdana Wuling Air ev. Seperti diberitakan sebelumnya, mobil listrik murni berukuran mungil ini sudah diluncurkan resmi di pembukaan GIIAS pekan lalu dan sudah diumumkan harganya.
Kompas mendapat giliran melakukan uji perdana mobil listrik yang sudah diproduksi di dalam negeri ini pada Jumat (19/8/2022). Pengujian dilakukan di trek tertutup di kluster perumahan Nava Park di BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten.
Sebelumnya, pada 15 Juli 2022 lalu, Kompas sempat mengeksplorasi dari dekat mobil listrik mini ini di Wuling Center di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Namun, eksplorasi waktu itu dilakukan dengan mobil belum dijalankan, jadi baru eksplorasi statis terhadap Air ev.
Kini saatnya menjajal langsung mobil yang dibanderol mulai Rp 238 juta (varian Standar) hingga Rp 295 juta (varian Long Range) itu. Unit yang diuji perdana ini adalah varian tertinggi, yakni Long Range yang sudah dilengkapi berbagai fitur canggih.
Salah satu fitur itu adalah Smart Start System, di mana untuk membuat mobil siap jalan, pengemudi tidak perlu memencet tombol atau memutar kunci kontak. Cukup buka kunci pintu dengan memencet remote control atau memencet tombol di dekat tuas pintu, maka panel instrumen berbentuk layar digital ukuran 10,25 inci langsung menyala.
Saat memasuki mobil, pengemudi tinggal menginjak rem selama beberapa detik, dan akan muncul tulisan ”Ready” di panel instrumen. Itu tandanya mobil sudah siap diajak berjalan.
Tuas putar ”transmisi” pun diputar ke posisi D, dan tinggal injak pedal akselerator, maka mobil pun meluncur dengan mulus. Tak ada suara mesin tentu saja, tetapi masih terdengar suara dengung motor listrik yang sedang bekerja.
Mobil dilengkapi dengan tiga mode berkendara, yakni Eco, Normal, dan Sport. Perpindahan mode berkendara ini bisa dilakukan dengan memencet tombol di dasbor di dekat panel kontrol AC. Setiap mode menawarkan sensasi akselerasi berbeda-beda.
Kompas mencoba mode Eco dulu. Akselerasi terasa lembut dan tidak terlalu bertenaga. Baru setelah mode berkendara dipindah ke Normal, akselerasi mobil menjadi lebih bersemangat. Namun, paling menyenangkan saat mobil dipasang di mode Sport, akselerasi lumayan spontan langsung terasa saat pedal ”gas” diinjak.
Manuver lincah
Setelah melewati jalur relatif lurus di kluster perumahan tersebut, mobil dibelokkan ke ruas jalan buntu yang telah disiapkan menjadi medan pengujian mobil. Di situ mobil dibawa melewati sebuah ramp pendek untuk menyimulasikan kinerja di tanjakan sekaligus mencoba fitur Hill Hold Control dan Automatic Vehicle Holding (AVH).
Fitur rem otomatis ini bekerja sempurna saat mobil direm dalam-dalam pada posisi mobil menanjak. Fitur AVH langsung aktif dan mencegah mobil bergerak melorot ke belakang. Untuk meneruskan perjalanan, pedal akselerator tinggal diinjak kembali.
Saat turun dari ramp ini, terasa bagaimana bantingan suspensi, terutama di bagian belakang, terasa cukup keras. Bantingan suspensi belakang yang keras ini semakin terasa saat Kompas mencoba duduk di kursi belakang.
Selepas dari ramp, mobil dibelokkan memutar (u-turn) di jalan yang tak terlalu lebar. Mobil berdimensi panjang 2.974 milimeter (mm), lebar 1.505 mm, dan tinggi 1.631 mm serta jarak sumbu roda (wheelbase) 2.010 mm itu dengan mudah melewati u-turn. Manuver pun dilanjutkan dengan melintasi trek zig-zag yang sudah dipersiapkan untuk menyimulasikan manuver di jalan raya yang padat. Air ev melalui lintasan zig-zag itu dengan lincah.
Lepas dari lokasi pengujian kecil itu, mobil kembali digas penuh di trek yang lebar dan lurus. Kecepatan 60 km per jam diraih dengan mudah. Ini kecepatan yang sudah cukup kencang untuk jalur dalam kota.
Dalam uji perdana yang dibatasi hanya dua kali putaran itu, muncul kesan kuat bahwa Wuling Air ev memang dirancang untuk menempuh jarak dekat di medan perkotaan. Salah satunya adalah tidak adanya sandaran untuk telapak kaki kiri, yang membuat kaki kiri lebih sering ditekuk. Pada perjalanan jarak panjang, posisi kaki seperti itu akan membuat cepat lelah.
Demikian juga faktor kenyamanan yang sangat kurang bagi penumpang di kursi belakang. Sandaran kursi belakang ini sangat tegak dan sekali lagi bantingan suspensi belakang cukup keras. Ruangan pun terasa sempit meski lutut orang setinggi 160 cm tidak menyentuh sandaran kursi depan meski kursi depan ditarik mundur maksimal.
Namun, segala kekurangan itu akan ”termaafkan” saat mobil hanya dipakai untuk menempuh jarak pendek, katakanlah komuter harian dari rumah ke kantor, atau untuk mengantar jemput anak sekolah.
Perlu pengujian yang lebih detail lagi untuk mengeksplorasi seluruh fitur canggih yang disematkan di varian tertinggi ini. Namun, impresi perdana menjajal Wuling Air ev adalah mobil ini memang untuk dipakai untuk berbagai kegiatan di dalam kota. (DHF)