Gerilya Toyota Memperluas Edukasi tentang Elektrifikasi Kendaraan
Akhir Mei 2022, TMMIN kembali menggandeng satu perguruan tinggi lagi, yakni Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Jawa Tengah, untuk melakukan riset bersama terkait elektrifikasi kendaraan.
Oleh
DAHONO FITRIANTO
·5 menit baca
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO
Mobil listrik produksi Toyota dipamerkan di Gedung Prof Soedarto SH di kompleks kampus Universitas Diponegoro, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam rangkaian seminar "100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission", Rabu (25/5/2022).
Di tengah gencarnya sejumlah agen pemegang merek mobil di Tanah Air meluncurkan produk-produk mobil listrik murni atau battery electric vehicle langsung ke pasar otomotif, Toyota melangkah konsisten dengan terus menggandeng perguruan-perguruan tinggi untuk mendorong riset tentang elektrifikasi kendaraan. ”Gerilya” Toyota ini diharapkan akan membuahkan kolaborasi triple helix antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha guna mempercepat terwujudnya nol emisi karbon secara luas.
Toyota Indonesia, dalam hal ini diwakili PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), sudah sejak 2018 menggandeng enam perguruan tinggi negeri untuk melakukan riset terpadu elektrifikasi kendaraan. Keenam perguruan tinggi itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Udayana.
Akhir Mei 2022, TMMIN kembali menggandeng satu perguruan tinggi lagi, yakni Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Jawa Tengah. Kerja sama itu diawali dengan penyelenggaraan seminar nasional bertajuk ”100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission” pada 25 Mei 2022. ”Aktivitas seminar nasional ini harapannya dapat menjadi wadah diskusi komprehensif yang membantu dan mendukung akselerasi Indonesia mencapai target net-zero emission (nol emisi karbon). Hal tersebut tentunya dapat terwujud melalui sinergi bersama antara institusi pendidikan, generasi muda, dan juga sektor industri khususnya industri otomotif nasional,” ujar Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT TMMIN dalam sambutannya.
Seminar yang menghadirkan tiga pembicara yang mewakili pemerintah, Undip, dan Toyota, ini, mendiskusikan berbagai hal, mulai dari tantangan perubahan iklim yang sudah terjadi saat ini, berbagai upaya pemerintah untuk mewujudkan target nol emisi karbon pada 2060, hingga berbagai strategi yang telah ditempuh Toyota di tingkat global dan regional untuk mendukung upaya mencapai net-zero emission tersebut.
Di luar ruang seminar di Gedung Prof Soedarto SH di kompleks kampus Undip di Tembalang, Semarang, Toyota juga menampilkan sejumlah mobil berteknologi elektrifikasi yang sudah diproduksi maupun masih dalam tahap riset studi. Mobil-mobil itu antara lain mobil listrik mini Toyota C-pod, mobil berteknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) Toyota Prius PHV, Toyota Prius HEV, dan sebuah Toyota Kijang Innova EV yang tengah dalam proses riset studi. Selain Innova EV ini, mobil-mobil berteknologi elektrifikasi tersebut bisa diuji coba oleh para peserta seminar.
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO
Toyota Kijang Innova EV yang dibuat PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia untuk riset studi dipamerkan di Gedung Prof Soedarto SH di kompleks kampus Universitas Diponegoro, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam rangkaian seminar "100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission", Rabu (25/5/2022).
Tidak ditinggal
Warih menambahkan, salah satu prinsip dalam mencapai nol emisi karbon ini adalah ”no one left behind”, alias tak ada satu orang pun yang ditinggal. ”Kami meyakini bahwa pengembangan kendaraan elektrifikasi perlu melibatkan seluruh stakeholder industri otomotif Indonesia. Mulai dari para pemangku kebijakan, para pelaku bisnis, hingga para akademisi, serta masyarakat umum, terutama para generasi muda sebagai penentu masa depan bangsa. Dalam pencapaian net-zero emission, musuh bersama kita adalah emisi karbon. Mari kita wujudkan agar semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk turut berkontribusi menurunkan emisi karbon. No one left behind!”tandas Warih.
Berkaitan dengan prinsip ”no one left behind” itu, Toyota hingga saat ini masih menerapkan pendekatan multijalur (multi pathway approach) dalam menawarkan mobil-mobil berteknologi elektrifikasinya ke pasar. Seperti diketahui, Toyota tidak fokus pada pengembangan mobil listrik murni (battery electric vehicle/BEV) saja, tetapi juga menawarkan serangkaian produk berteknologi EV lainnya (xEV), seperti mobil hibrida (hybrid electric vehicle/HEV), PHEV, hingga mobil listrik berbasis sel bahan bakar (fuel cell electric vehicle/FCEV). Bahkan, TMMIN menjanjikan pada tahun ini, pihaknya akan meluncurkan mobil HEV produksi dalam negeri pertamanya ke pasar Tanah Air.
”Mempertimbangkan tekad Toyota untuk no one left behind, Toyota akan mendorong semua xEV, dengan setiap tipe penggerak akan memiliki peranan masing-masing dalam menyediakan mobilitas bagi semua dan mendekarbonisasi transportasi,” ungkap Indra Chandra Setiawan, Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing, yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut.
Indra mencontohkan penggolongan peruntukan setiap tipe elektrifikasi yang sudah dipasarkan Toyota. Mobil berteknologi hibrida (HEV), yang menjadi mobil elektrifikasi paling banyak diproduksi Toyota saat ini, bisa didorong untuk mewujudkan elektrifikasi massal karena tidak membutuhkan perubahan perilaku pengguna mobil, tidak membutuhkan infrastruktur khusus, dan menjadi mobil berteknologi elektrifikasi dengan harga paling terjangkau saat ini.
Sementara mobil-mobil PHEV dapat mengisi ceruk pasar mobil mewah dan berukuran menengah. Mobil ini bisa menjadi mobil kedua yang bisa dicas secara privat di rumah pemilik dan harga premiumnya akan bisa menutup biaya produksi baterai yang masih tinggi.
Lalu mobil-mobil BEV dapat menjadi pilihan untuk transportasi komuter dalam kota, penggunaan jarak dekat (last mile vehicle), hingga pilihan transportasi umum. Walaupun dalam pengujian nyata yang dilakukan Kompas, mobil BEV Lexus UX 300e terbukti sanggup diajak menempuh perjalan jauh dari Jakarta hingga ke Borobudur di Jawa Tengah.
Terakhir, mobil berteknologi FCEV, seperti Toyota Mirai, bisa menyasar ceruk pasar mobil mewah atau untuk digunakan sebagai kendaraan pengantar logistik point to point. ”Karena mobil tipe ini dapat membatasi investasi infrastruktur di rute yang tetap atau area pelayanan yang terbatas,” ungkap Indra dalam paparannya.
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO
Toyota Kijang Innova EV yang dibuat PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia untuk riset studi dipamerkan di Gedung Prof Soedarto SH di kompleks kampus Universitas Diponegoro, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam rangkaian seminar "100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission", Rabu (25/5/2022).
Pendekatan multijalur
Pembicara lainnya, Prof Dr Ing Wiwandari Handayani dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Undip, mengingatkan, bahwa dalam upaya pencapaian net-zero emission, semua pihak jangan terlalu fokus pada satu sektor saja, misalnya transportasi. Hal itu karena sektor transportasi hanya berkontribusi sekitar 8 persen saja dari total emisi karbon di Indonesia. Kontribusi terbesar justru datang dari sektor agrikultur, kehutanan dan pemanfaatan lahan lainnya (AFOLU) yang mencapai 55 persen berdasar data tahun 2019.
”Setengah dari emisi CO2 di Indonesia berasal dari AFOLU, sementara setengah lainnya dari berbagai sektor, seperti energi, transportasi dan manufaktur. Itu sebabnya, Indonesia membutuhkan multi pathway approach daripada fokus pada satu sektor saja,” ungkap Wiwandari.
Seusai acara seminar tersebut, Dekan Fakultas Teknik Undip Prof Ir M Agung Wibowo mengatakan, saat ini Undip tengah berusaha menyusul ketertinggalan dalam riset elektrifikasi kendaraan. Saat ini, lanjut dia, sudah ada penelitian terkait baterai dan sistem pengisian ulang baterai (recharging) yang dilakukan di Departemen Teknik Elektro.
Pengembangan riset tentang EV ini dimungkinkan dengan kerja sama berbagai pihak. ”Kami tentunya tidak bisa sendiri, ya. Tetap harus bergandengan tangan dengan industri. Karena bagaimana pun kami terus terang punya keterbatasan. Sebenarnya pagi ini adalah contoh yang sangat bagus. Artinya dengan Toyota kita bisa saling
trust
, harus ada
trust
dulu, lalu ada komunikasi, frekuensi bisa sama, kita bisa
happy
bareng-bareng baru akhirnya bisa berjalan itu,” tutur Agung (DHF).