Dengan harga Rp 1,398 miliar (on the road di Jabodetabek), mobil bernama lengkap Audi A5 Sportback 40 TFSI S-Line ini seolah ”melupakan” segala tetek bengek fitur canggih yang lazim ditemui di rival-rivalnya.
Oleh
DAHONO FITRIANTO
·6 menit baca
Di dunia otomotif modern dewasa ini, ada orang yang menuntut kelengkapan fitur dan teknologi tercanggih dicangkokkan ke mobil mereka, tidak peduli fitur itu akan mereka gunakan atau tidak. Namun, ada pula mereka yang mencari unsur-unsur kesenangan berkendara yang murni tanpa banyak bumbu.
Audi A5 Sportback yang Kompas uji hampir sepanjang pekan ini sepertinya menyasar orang-orang di kelompok kedua itu. Dengan harga Rp 1,398 miliar (on the road di Jabodetabek), mobil bernama lengkap Audi A5 Sportback 40 TFSI S-Line ini seolah ”melupakan” segala tetek bengek fitur canggih yang lazim ditemui di rival-rivalnya, tetapi terkadang redundan. Alih-alih, sedan bertampang coupe ini menawarkan kebersahajaan: hal-hal esensial yang dibutuhkan untuk mendapat sensasi kesenangan berkendara sejati.
Pertama-tama, desain eksteriornya sudah sedemikian menggoda untuk mengajak kita masuk dan segera melecutnya di jalanan. Mulai dari gril heksagonnya yang menganga lebar di ujung bonet yang rendah, segera memantik imajinasi akan seekor binatang buas yang tengah merunduk, siap menerkam mangsanya. Hingga garis atap yang miring melandai ke belakang untuk menegaskan ciri sebuah coupe.
Empat pintu tanpa bingkai (frameless door) semakin menyerukan bahwa ini bukan sedan biasa, tetapi membawa kandungan mobil berjiwa sporty. Velg palang lima berukuran 18 inci menambah kesan atletis A5 Sportback ini. Wajar saja mengingat A5 memang dirancang sebagai varian yang lebih atletis dan emosional dari sedan kompak andalan Audi, A4.
Andrew Nasuri, Presiden Direktur PT Garuda Mataram Motor (GMM), mengatakan, mobil ini cocok untuk kaum muda yang dinamis, yang perlu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat dan elegan. ”Ini adalah sedan, tetapi berdesain coupe,” kata Andrew seusai peluncuran mobil itu pada 9 Juni 2021 (Kompas.id, 24/6/2021).
Semua itu membuat tak sabar untuk segera membuka pintu ruang kemudi dan bergegas masuk ke dalamnya. Interior bernuansa hitam dengan aksen garis-garis warna perak menyambut kita. Beberapa tombol di dasbor dilapisi krom yang memunculkan kesan modern dan premium. Namun, di sinilah kebersahajaan mobil ini bermula.
Tombol-tombol krom tersebut ternyata adalah panel kontrol penyejuk udara atau AC mobil. Alih-alih menggunakan tombol-tombol tekan dengan indikator digital untuk mengatur berbagai fungsi AC, mobil ini masih menggunakan tuas putar tradisional. Pilihan ”menu” AC pun tidak tampil secara digital, tetapi terukir di pinggir setiap tuas itu, seperti pilihan suhu udara, level kekuatan angin, sampai arah embusan AC.
Sistem penyejuk udara di varian standar A5 Sportback ini juga masih satu zona, artinya seisi kabin hanya bisa mengikuti satu setelan yang dipilih. Bahkan, di kursi baris kedua tidak tersedia kisi-kisi pengembus udara dingin AC.
Melirik ke atas, atap mobil ini solid, tanpa ada hiasan atap kaca sunroof atau panoramik yang sekali lagi sudah lazim di mobil-mobil sekelasnya. Di bagian perlampuan, walau lampu depan dan belakang sudah mengadopsi LED, tidak terlihat lampu kabut pada posisinya di bumper depan.
Menekan tombol Start langsung memantik derum suara mesin sekaligus nyala monitor berlayar sentuh di tengah dasbor dan panel instrumen dengan teknologi virtual cockpit kebanggaan Audi. Hanya, karena tidak ada pilihan menu navigasi pada menu utama mobil, tidak ada tampilan peta yang bisa diproyeksikan di layar digital panel instrumen tersebut.
Tidak juga ada head up display (HUD). Yang ada adalah tampilan speedometer dan tachometer yang desainnya bisa dipilih dari tiga opsi yang tersedia, dan tampilan multi information display (MID), seperti konsumsi BBM, sisa jarak tempuh dengan BBM yang tersedia di tangki. Semuanya informatif, tetapi dengan tampilan sederhana.
Fungsi navigasi sekarang bisa langsung diambil dari telepon pintar penggunanya, karena sistem infotainment mobil sudah mengadopsi konektivitas Apple CarPlay dan Android Auto. Jejak-jejak teknologi juga bisa terlihat pada kaca spion dalam yang berdesain tanpa bingkai dan memiliki fitur auto-dimming. Demikian juga dua kaca spion luar yang dilengkapi pemanas untuk mencegah pengembunan dan bisa meredup otomatis saat pantulan lampu dari mobil di belakang terlalu menyilaukan.
Kira-kira cukup sedemikian fitur canggih di mobil ini. Saat dijalankan, juga terungkap bagaimana mobil premium ini juga tak membawa berbagai fitur keselamatan aktif, semacam blind spot monitor, lane departure warning, atau lane keep assist. Sekadar catatan, fitur-fitur semacam ini sekarang sudah berproliferasi bahkan di mobil-mobil berkasta jauh di bawah sebuah Audi A5.
Namun, apakah absennya segala wujud kemajuan teknologi otomotif itu mengganggu kenikmatan berkendara mobil? Jawaban singkatnya: tidak! Sama sekali tidak!
Sejak detik pertama tuas transmisi ditarik mundur ke posisi D dan pedal gas diinjak, sensasi berkendara sebuah Audi masih terasa nyata. Rasa berkendara langsung didapatkan nyaris tanpa waktu adaptasi. Pengendalian kemudinya tajam, presisi, dan ringan.
Suspensi standar Audi meredam setiap bantingan dan gemeretak di permukaan jalan dengan lembut. Di kecepatan tinggi, suspensi ini menyangga mobil dengan prima, menghilangkan gejala limbung sehingga membuat setiap manuver dilakukan dengan kepercayaan diri tinggi.
Tenaga mesinnya pun terasa mantap, walau varian 40 TFSI ini dibekali mesin yang bisa dibilang ”standar”. Mesin bensin empat silinder berkapasitas 2.0 liter (1.984 cc) dengan turbo mengeluarkan tenaga maksimum 190 PS dan torsi puncak 320 Nm. Lebih dari cukup untuk pemakaian sehari-hari.
Yang terasa istimewa, penyaluran tenaganya ke roda depan melalui transmisi S Tronic 7 percepatan terasa begitu halus dan mulus meski tetap ”berdaging”. Bahkan, di pilihan transmisi S (Sport) dan mode berkendara Dynamic, penyaluran tenaga mesin masih berlangsung halus walau tahu-tahu kecepatan sudah menyentuh tiga digit.
Jika ada keluhan pada rasa berkendara A5 Sportback ini adalah tombol seleksi mode berkendara yang berada di ujung kiri deretan tombol di tengah dasbor. Walau masih terjangkau tangan pengemudi, pandangan pengemudi tetap harus lepas sebentar dari arah depan untuk memastikan kita memilih mode berkendara yang tepat. Ada lima mode berkendara yang tersedia.
Namun, selebihnya, Audi A5 Sportback varian standar ini sama sekali tidak kehilangan rasa berkendaranya yang mengingatkan ini adalah mobil kasta premium. Kekedapan kabin juga menambah kenyamanan di interior mobil yang dilengkapi kaca akustik di kaca depan ini. Mau berkendara agresif di jalan bebas hambatan, atau melenggang santai di jalanan dalam kota di waktu malam, semua terasa premium.
Sebenarnya, Audi bukannya tidak memiliki segala pernik kecanggihan teknologi atau fitur keselamatan aktif yang dimiliki para kompetitornya. Namun, di Indonesia, berbagai pernik itu tersaji sebagai pilihan tambahan alias opsional, yang masing-masing memiliki harganya sendiri.
Penambahan head up display, misalnya, membutuhkan tambahan harga sebesar Rp 50,71 juta. Satu set kamera 360 derajat sekaligus sistem bantuan parkir Park Assist with Parking Aid Plus mensyaratkan pembelinya merogoh kocek lagi sebesar Rp 111,87 juta. Atau Anda ingin mobil memiliki atap kaca panoramik? Siapkan dana Rp 69,74 juta.
Di tengah persaingan berat dengan rival-rivalnya sesama ”anak Jerman”, yakni BMW dan Mercedes-Benz, yang memiliki keunggulan harga karena sudah dirakit di dalam negeri, Audi memang harus cerdik bersiasat untuk mengincar ceruk pasar yang spesifik. ”Audi A5 Sportback ini menyasar kelas A+, kelompok profesional usia 35-45 tahun, dan keluarga muda,” tutur Herry Noverino, Marketing & PR Department Head PT GMM.
Dan tentu saja bagi mereka yang masih menempatkan kenikmatan berkendara sebagai prioritas.