Desainer Sapto Djojokartiko menekankan pada potongan ”oversized” yang mengedepankan kenyamanan dalam koleksi terbarunya.
Oleh
Riana A Ibrahim
·5 menit baca
Kehidupan memiliki banyak sisi. Dalam keadaan tersulit pun, terselip kemudahan. Seperti di masa pandemi yang belum berhenti ini. Hambatan yang mengemuka nyatanya mampu menemukan jalan keluarnya. Yang disangka buruk rupanya bisa bertransformasi menjadi sebuah kebaikan melalui proses panjang.
Setelah molor dari jadwal yang seharusnya, desainer Sapto Djojokartiko merilis koleksi musim gugur/musim dingin 2021. Melalui film pendek yang dibesut Davy Linggar, tampilan anyar karya Sapto dapat diintip sejak Senin (27/9/2021). Tak sekadar diintip, koleksi kali ini dapat langsung dibawa pulang, baik melalui situs resmi miliknya maupun berkunjung ke gerainya di Plaza Senayan, Jakarta.
Umumnya, koleksi Sapto membutuhkan jeda waktu 5-6 bulan untuk dipasarkan. Waktu ini terhitung sejak koleksi dipamerkan di landas peraga. Namun, pandemi yang mengakibatkan keterlambatan dalam peluncurannya, membuat Sapto memilih untuk segera memasarkan koleksi kali ini bertepatan dengan pergelarannya.
”Ini koleksi yang terlama nyiapinnya. Biasanya untuk koleksi fall/winter ini ditunjukkan Februari-Maret. Tapi baru ready aja Agustus, jadi baru di-launching September, kan. Dengan segala keterbatasan, prosesnya melambat sampai 8-9 bulan. Karena udah kelewat juga waktunya, ambil strategi langsung pasarkan saja,” ungkap Sapto saat berbincang secara virtual, Rabu (29/9/2021).
Sebanyak 35 tampilan disuguhkan pada koleksi kali ini. Sapto masih berpegang pada bahan organza, katun, tencel, dan silk. Hanya saja, pilihannya untuk keluaran saat ini didominasi dengan bahan menerawang atau sheer. Bahan pun diproduksinya sendiri. Hal ini pula yang sempat membuat pengerjaan tertunda karena kendala internal akibat pandemi.
Layaknya busana saat pandemi, Sapto juga menekankan pada potongan oversized yang mengedepankan kenyamanan. Potongan ini diyakininya masih banyak diminati karena kebanyakan orang masih menghabiskan banyak waktu di rumah meski perlahan sudah mulai keluar rumah.
Namun untuk sebagian kalangan yang sudah kembali ke rutinitas di luar rumah, bahkan mulai berlibur, beberapa elemen kunci seperti potongan A-line dan I-line kembali dihadirkan. Diamati dalam film pendek yang dibuat di Lokananta Studio, Solo, Jawa Tengah, ini, sebagian besar busana besutan Sapto kali ini memegang pakem unisex. Meski ada beberapa yang dikenakan perempuan memiliki lengan gelembung untuk memperkuat unsur feminin.
”Saat menentukan tema koleksi kali ini, yang saya pikirkan adalah sesuatu yang rileks dan memberikan kemudahan. Bahwa semua orang dengan berbagai tipe badan dan berbagai aktivitasnya bisa pakai juga. Bisa juga unisex. Jadi, dari season keempat memang lebih serius juga garap baju cowok,” jelasnya.
Keluar zona nyaman
Selain bermain dengan siluet, Sapto memberanikan diri keluar zona nyaman. Sepanjang perjalanan kariernya, Sapto identik dengan warna netral yang tidak mencolok, seperti nude dan beige. Warna ini tetap dapat ditemukan pada koleksi kali ini dipadu dengan motif etnik yang menarik.
Namun untuk merayakan munculnya secercah harapan dan spirit optimisme di tengah pandemi ini, Sapto memasukkan ragam unsur warna lain yang lebih berani. ”Warna tabrak aja. Kasih warna kuning, tabrakin dengan warna lavender. Warna hijau dengan biru. Penuh kejutan,” ujar Sapto.
Pemilihan warna kuning sendiri sebagai simbol yang menggambarkan optimisme dan harapan. Tak sekadar kuning sebagai warna dasar, Sapto mengembangkan lagi spektrum warna dasar dalam sentuhan detail seperti warna oranye dan kuning kunyit. Untuk warna hijau yang disebutkannya pun dipilih beberapa gradasi seperti hijau lime dan hijau tua. Ada pula warna fuschia dan biru.
Pandemi yang berjalan sepanjang 1,5 tahun ini diakuinya mengajarkan banyak hal. Selain memberikan kesempatan baginya untuk berinovasi, ia disadarkan akan cepatnya perubahan situasi dan kondisi yang harus segera direspons juga oleh dunia mode.
”Tahun lalu itu benar-benar momentum perubahan dan refleksi diri. Perubahan cepat banget. Saya dan tim dituntut untuk memikirkan cara memutarbalikkan berbagai situasi rumit agar dapat terus berkreasi dan membawa ide segar. Dari yang sempat bingung, berubah menjadi termotivasi,” tutur Sapto.
Adaptasi
Peralihan pergelaran dari landas peraga ke medan virtual pun ditanggapinya positif. Meski merindukan kembali pada panggung peragaan busana, presentasi melalui medium video atau film mempunyai keunggulan tersendiri.
”Kalau di catwalk itu, kan, tergantung orang yang menonton. Lihat keseluruhan baju aja. Kalau dengan video semacam ini, malah bisa nge-direct orang buat ngeliat pieces khusus yang memang kita pengin mereka lihat. Lebih detail jadinya. Kalau buat aku gitu ya,” jelas Sapto.
Terlihat memang dalam video berdurasi sekitar 6 menit diiringi kelompok musik .feast yang memainkan lagu ”Peradaban” bersama lalu lalang para model, beberapa kali kamera fokus pada detail pakaian atau aksesori yang disuguhkan. ”Aksesori ini kami juga bikin sendiri dari tas, anting, ikat pinggang,” katanya.
Selain itu, pemilihan lokasi pun menjadi tak terbatas. Seperti pilihannya yang jatuh pada Lokananta Studio yang penuh sejarah. Menggaet .feast pun bukan tanpa alasan. Jiwa muda tanpa batas dan musik mengentak yang dimainkan .feast dinilai Sapto sesuai dengan semangat koleksinya kali ini. Pada koleksi tahun sebelumnya, Sapto menggandeng aktor Muhammad Khan.
Beberapa hal di atas merupakan bentuk adaptasi yang dilakukan Sapto. Geliat digital juga disambutnya dengan makin aktif memasarkan lini busananya di pasar digital yang mampu merambah pangsa global.
”Masuknya vaksin dan lain-lain ini menumbuhkan optimisme, meski tetap diikuti kehati-hatian. Saya mencoba berdamai dengan situasi dan memiliki harapan ke depannya terus beradaptasi dan bertahan untuk kemudian terinspirasi dan juga menginspirasi. Karya-karya ini juga menjadi pengingat bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada harapan” tutup Sapto.
Memang. Tak ada masalah, tanpa solusi. Menumbuhkan rasa optimistis tentu perlu, tapi butuh dibarengi usaha untuk bangkit dan beradaptasi. Berdamai dengan keadaan pun bisa jadi pilihan.