New Mazda CX-3 Sport, Tetap Lincah dengan Mesin 1.500 cc
Akhir Maret lalu, Mazda meluncurkan varian baru Mazda CX-3 dengan mesin 1.500 cc. Selain tenaga yang mengecil, ada beberapa fitur yang hilang pada varian ini. Namun mobil baru ini langsung terjual habis. Apa pasal?
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Jika hanya mengandalkan pandangan pada tampilan luarnya saja, akan sulit membedakan New Mazda CX-3 dengan varian yang lebih dulu beredar di Indonesia. Padahal ada berbagai perubahan penting dalam kehadiran varian baru SUV crossover urban ini.
Adalah kebiasaan Mazda sejak dulu untuk tidak menempelkan terlalu banyak emblem dan tulisan penjelas pada mobil-mobil produknya. Pada bagian buritan, tempat produsen mobil memasang tanda-tanda pengenal produk-produknya, Mazda hanya akan menempelkan emblem logo dan tulisan model mobilnya.
Tak ada keterangan tambahan, misalnya, tentang tipe atau varian mobil, kapasitas mesin yang diusung, apakah mobil bertransmisi manual atau otomatis, atau apakah mobil dilengkapi turbo atau tidak. Mazda seolah menganggap perbedaan-perbedaan itu tidak penting dan konsumen tidak perlu khawatir “ketahuan” jika memilih opsi mobil yang, katakan, lebih “rendah” kastanya dan lebih murah.
Kembali ke CX-3, memang nyaris tidak mungkin membedakan varian baru yang bermesin 1.5 liter (1.496 cc) ini dengan varian terdahulu yang bermesin 2.0 liter (1.998 cc). Sebab, tak ada embel-embel tulisan 1.5 atau 2.0 di belakang emblem Mazda CX-3 di bagian belakang mobil.
Hanya dengan pengamatan lebih cermat, baru akan terungkap perbedaan di antara dua varian ini. Paling sederhana, dalam beberapa tahun belakangan, Mazda membedakan varian dan tingkatan trim atau “kasta” mobil dengan pemasangan velg yang berbeda. Bisa berbeda desain atau ukuran, atau berukuran sama tetapi memiliki desain dan warna berbeda.
Pada CX-3 ini, varian bermesin 1.5 liter ditandai dengan velg berwarna abu-abu gunmetal, sementara varian 2.0 liter menggunakan velg dengan warna perak terang. Walaupun ukuran diameter velg pada kedua varian itu sama, yakni 18 inci dengan dibalut ban ukuran 215/50R18.
Lalu perbedaan akan makin nyata saat pintu dibuka dan kita masuk ke kabinnya. Mazda CX-3 2.0 yang memiliki tingkatan trim Pro dilengkapi kursi-kursi yang dibalut kulit Nappa berwarna merah tua, sementara CX-3 1.5 yang menggunakan trim Sport memiliki kursi-kursi yang dibalut perpaduan bahan kulit sintetis dan bahan tekstil (cloth).
Kursi depan pada Mazda CX-3 2.0 Pro juga bisa diatur secara elektrik, sementara pada varian 1.5 Sport pengaturan posisi kursi masih harus dilakukan secara manual. Itu pun untuk kursi penumpang tidak ada pengaturan tinggi rendah bantalan kursi. Kursi penumpang depan pada varian ini hanya bisa dimaju-mundurkan dan direbahkan sandarannya.
Menelisik lebih jauh ke fitur-fiturnya, akan semakin jelas perbedaan di antara dua varian yang dipisahkan jarak harga lebih dari Rp 100 juta ini (CX-3 2.0 dibanderol Rp 454.400.000, sementara CX-3 1.5 dihargai Rp 339.900.000. Semua dalam kondisi on the road di Jakarta). Misalnya saja, fitur Auto pada pengaturan lampu depan dan wiper absen pada CX-3 1.5 Sport ini. Menyalakan lampu dan mengaktifkan wiper harus dilakukan secara manual.
Lalu kaca spion dalam di varian yang lebih murah ini juga masih dioperasikan secara manual untuk mengurangi pantulan menyilaukan dari lampu kendaraan di belakang. Sementara pada varian yang lebih mahal, kaca spion ini sudah membawa fitur auto-dimming yang secara otomatis mengurangi pantulan menyilaukan.
Demikian juga kehadiran atap kaca alias sunroof yang menjadi standar di varian 2.0, absen di varian 1.5 liter.
Tak terasa
Namun, selebihnya, kembali tak terasa perbedaan signifikan antara kedua varian ini. Terutama soal rasa berkendara saat kita mengemudikan SUV kecil ini.
Tadinya sempat ada keragu-raguan terkait tenaga mesin pada varian 1.5 ini, mengingat perbedaannya di atas kertas cukup berarti. Mesin Skyactiv-G 1.5 liter pada varian Sport ini hanya mengeluarkan tenaga maksimum 111 PS pada putaran mesin 6.000 rpm dan torsi puncak 144 Nm pada 4.000 rpm. Bandingkan dengan varian 2.0 liter yang mengeluarkan tenaga maksimum 149 PS pada 6.000 rpm dan torsi puncak 195 Nm pada 2.800 rpm. Walau varian bermesin lebih besar ini juga harus menghela beban yang lebih berat 21 kilogram dibanding varian 1.5 liter.
Namun pada pemakaian sehari-hari di medan perkotaan, bisa dikatakan tak ada keluhan berarti pada tenaga CX-3 1.5 ini. Pengendaliannya masih khas Mazda, dengan torsi yang cukup di putaran mesin bawah untuk melaju dengan gesit tanpa ragu-ragu. Akselerasi baru terasa agak lambat saat mobil dilarikan di trek panjang seperti jalan tol. Memindahkan mode berkendara ke Sport dan menggunakan paddle shift untuk berpindah gigi transmisi secara manual sedikit menambah kegairahan mesin, walau tak banyak.
Yang terasa istimewa dari varian bermesin kecil ini adalah konsumsi bensinnya. Pada pengujian selama empat hari dengan jarak tempuh sekitar 200 km, layar multi information display (MID) sempat menunjukkan konsumsi BBM sebesar 17,5 km per liter. Namun secara rata-rata, mobil ini mengkonsumsi bensin sebesar 15 km per liter untuk medan dalam kota.
Di samping itu, berbagai fitur keselamatan modern yang ada di varian 2.0 liter juga masih dipertahankan. Seperti fitur Blind Spot Monitoring (BSM), Rear Cross Traffic Alert (RCTA), Hill Launch Assist (HLA), Dynamic Stability Control (DSC) dan Traction Control System (TCS), serta G-Vectoring Control. Teknologi LED pada lampu depan dan lampu siang (DRL) pun masih tetap ada.
Pada akhirnya, konsumen dihadapkan pada opsi mobil dengan gaya dan desain yang sama, sedikit perbedaan fitur, dan sedikit penurunan performa, dengan selisih harga lebih dari Rp 100 juta. Tak heran, menurut Fedy Dwi Parileksono, Head of Public Relation and Media Communications PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), gelombang pertama stok New Mazda CX-3 1.5L Sport ini langsung terjual habis tak lama setelah peluncurannya pada 29 Maret 2021 lalu. “Gelombang berikutnya baru datang bulan Juli mendatang,” tuturnya.