Tidak sekadar dari melihat, mendengar, atau mencecap, stimulasi olfaktori juga medium yang ampuh untuk membangkitkan ragam nostalgia atau bukan tak mungkin justru menciptakan momen baru untuk dikenang.
Oleh
Riana A Ibrahim
·4 menit baca
Memori yang melekat dalam diri nyatanya dapat menjadi kekuatan untuk melangkah, termasuk mencipta karya. Tidak sekadar dari melihat, mendengar, atau mencecap, stimulasi olfaktori atau aroma juga medium yang ampuh untuk membangkitkan ragam nostalgia atau bukan tak mungkin justru menciptakan momen baru untuk dikenang.
Desainer Mary Katrantzou yang akrab dengan sentuhan berani pada karya kolaborasi dengan beberapa jenama ternama dunia, baik untuk busana maupun aksesori, kini masuk ke dunia wewangian. Kerinduan akan masa kanak-kanak dan kampung halamannya di Yunani dituangkan dalam aroma baru parfum Bvlgari Omnia.
Berkolaborasi dengan peracik parfum Alberto Morillas, aroma baru ini merupakan kombinasi dari eksplorasi pencitraan Morillas tentang pelangi dan wangi favorit Katrantzou saat kanak-kanak. Simbol pelangi selalu identik dengan energi positif yang inklusif dan mengusung keberagaman, keindahan, dan harapan.
“Kami ingin menghasilkan interaksi antara warna, aroma, dan emosi. Kami pun membayangkan bersama tiap emosi yang muncul dalam berbagai warna di alam semesta lalu diinterpretasikan oleh Alberto lewat aroma,” tutur Katrantzou dalam wawancara dengan Kompas, Rabu (28/4/2021).
Kami ingin menghasilkan interaksi antara warna, aroma, dan emosi. Kami pun membayangkan bersama tiap emosi yang muncul dalam berbagai warna di alam semesta lalu diinterpretasikan oleh Alberto lewat aroma. -- Mary Katrantzou
Hasilnya pun cukup segar dan memukau dengan variasi yang berasal dari bunga gardenia--bunga kesukaan Katrantzou saat kecil, ekstrak mandarin yang berenergi, dan daun ara yang hangat.
“Ketika masih kecil, ada pohon gardenia indah di taman. Ibuku selalu memotong bunga gardenia segar dan meletakkannya di meja samping tempat tidurku. Itu adalah aroma pertama yang aku cium saat bangun, dan aroma terakhir yang mengantarkanku sebelum tertidur. Itu juga selalu mengingatkanku pada musim panas di Yunani,” jelas Katrantzou.
Di balik segar dan manisnya percampuran aroma tiga bahan tersebut, ada wangi musk yang melapisinya. Meski bukan menjadi yang utama, kekuatan musk dengan aroma yang lembut dan menenangkan tetap terasa. Seperti yang diungkapkan Katrantzou, seperti mencicipi aroma musim panas yang penuh semangat tetapi secara bersamaan juga menenangkan karena identik dengan perjalanan mengisi energi diri.
“Kebetulan juga, tahun lalu, aku beruntung bisa menghabiskan musim panas di Yunani yang dikelilingi dengan bunga-bunga indah. Membahagiakan sekaligus menenangkan dan akan selalu menimbulkan kerinduan. Lagi pula di tengah kondisi saat ini, sesuatu yang membahagiakan dan menenangkan sangat diperlukan,” ujar Katrantzou.
Tak terbantahkan, wewangian kini kerap menjadi pilihan terapi untuk menenangkan diri atau sebagai salah satu sarana relaksasi. Kerja sama Katrantzou dan Morillas ini pun seakan menjawab hal itu mengingat pengerjaannya dilakukan di era pandemi ini.
Katrantzou pun menyebut kerja sama kali ini terbilang ”gila”. Ia hanya bertemu Morillas di London saat awal memulai kolaborasi. Ketika itu, keduanya berupaya mendedahkan ide dan harapan yang ingin dihasilkan pada karya mereka kali ini.
Selanjutnya, semua proses berlanjut secara jarak jauh. Dari pembahasan desain botol parfum ini, pembuatan botolnya, hingga penyelesaian akhir aroma dilakukan terpisah. “Rasanya jadi sangat istimewa, karena tetap berhasil mendapatkan hasil yang selaras dengan pembahasan awal dan yang memang ingin kami capai,” kata Katrantzou.
Perwujudan pelangi tak hanya tersampaikan lewat aroma. Katrantzou juga mewujudkannya dalam desain botol Omnia. Bentuk botol Omnia yang legendaris berupa simbol tentu tak diubah.
Namun kali ini, warnanya dibuat semarak seperti pelangi. Katrantzou memilih menonjolkan warna merah muda berpadu dengan gradasi hijau biru dan gradasi merah oranye. Kemasan warna-warni ini pun diharapkan mampu menjadi pintu bagi para penikmat wewangian untuk masuk ke sebuah taman bunga dengan aroma segar tetapi menenangkan.
“Seperti konsep wewangiannya, kami menerapkan warna pelangi yang dituangkan juga dalam konsep botolnya. Dengan tujuan sebelum orang menghirup aromanya, emosinya sudah terpantik karena melihat warna kemasan botol ini,” tuturnya.
Tak berhenti pada botol, kotak kemasannya juga mendapat sentuhan khusus dari Katrantzou. Bayangan tentang buket bunga warna-warni yang muncul dalam benaknya diwujudkan dalam kotak kemasan parfum ini.
Seperti konsep wewangiannya, kami menerapkan warna pelangi yang dituangkan juga dalam konsep botolnya. Dengan tujuan sebelum orang menghirup aromanya, emosinya sudah terpantik karena melihat warna kemasan botol ini. -- Mary Katrantzou
Uniknya, kotak kemasan ini tak hanya untuk aroma kolaborasinya dengan Morillas. Tiga aroma ikonik dari Bvlgari Omnia, yakni Coral, Crystalline, dan Amethyst juga dibungkus kotak kemasan dengan tambahan aksen bunga di sekelilingnya.
“Aku merancang semua kotak Omnia yang berbeda dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menonjolkan aroma bagian dalam dan menerjemahkannya menjadi gambar nyata. ,” ujarnya.
Sebelumnya, Katrantzou sudah terlibat dengan Bvlgari dalam melahirkan karya yang masuk dalam edisi Serpenti Through the Eyes of Mary Katrantzou. Di sini, dia mendapat kehormatan mendesain tas dan busana dengan nuansa serpenti. Salah satunya terlihat pada tas keluaran Bvlgari edisi ini yang ditekankan pada pegangan tas berbentuk ular.
Keberaniannya memainkan warna dan mengolah aroma bersama Morillas tentu dilandasi harapan. “Aku ingin membuat dunia sedikit lebih indah dan menyenangkan. Sekaligus ingin menyampaikan pesan optimisme dan juga memberi energi, khususnya pada para perempuan untuk meraih bahagia dan mencipta kenangan yang menetap di jiwa sebagai memori indah,” ungkapnya.