Geliat Asa Industri Logam Tegal
Industri kecil dan menengah logam di Tegal, Jawa Tengah, sempat terpuruk dihantam pandemi Covid-19. Meski demikian, pelan-pelan kini mereka bangkit kembali.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210421_095236_1619242184.jpg)
Industri kecil menengah logam yang berada di Lingkungan Industri Kecil Takaru Tegal, Jawa Tengah, Rabu (21/4/2021), mulai terlihat menggeliat. Anjloknya permintaan komponen otomotif kini seakan menemui titik cerah pasca pemerintah melakukan relaksasi PPnBM kendaraan bermotor.
Kerisauan tergambar jelas, meskipun tak selalu terkatakan. Begitulah gambaran hari-hari para pelaku industri kecil menengah logam di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang nyaris mati suri dihantam pandemi Covid-19.
Karena sepinya permintaan konsumen, mereka terpaksa merumahkan sebagian karyawan, mengurangi sif kerja, ”mengais” orderan lain agar mesin tetap operasional. Bahkan sempat pula menyambung asa dengan beralih membuat masker dan pelindung muka (face shield).
Sejak pandemi merebak di Indonesia pada Maret 2020, penurunan permintaan di pasar otomotif berdampak pada anjloknya produksi mobil maupun sepeda motor. Tak ketinggalan, aturan pembatasan sosial berskala besar demi mencegah penyebaran Covid-19 menekan mobilitas warga. Hal ini menggerus pula kegairahan di pasar otomotif.
Ibarat kartu domino yang tegak berbaris, didorong roboh satu di ujung, lainnya pun satu per satu rebah. Begitulah gambaran situasi IKM logam di Tegal, Jawa Tengah. Pada Mei 2020, kelesuan mulai dialami pelaku IKM logam ini. Ketika itu rutinitas truk kontainer yang selama ini membawa ribuan komponen otomotif dari kawasan industri kecil menengah ini menuju vendor di Jakarta dan sekitarnya turun drastis.
Sebelum pandemi, truk kontainer bisa mengangkut komponen hasil produksi sebanyak 3-4 kali sebulan. Ritmenya sama, truk-truk ini pergi mengirim ribuan komponen dan pulang mengambil bahan baku lempengan baja. Akan tetapi selama setahun pandemi Covid-19, truk pengangkutan ini hanya bisa beroperasi 1-2 kali sebulan. Itu pun tanpa kepastian.
”Mau bagaimana lagi. Sebagai fasilitator, terus mendengar keluhan IKM, rasanya tidak bisa berdiam diri. Berbekal protokol kesehatan ketat, kami mencari celah dengan mengais orderan ke kota lain. Beruntung, ada industri dongkrak yang membutuhkan ratusan soket dongkrak di kota Solo,” kata Suyanto, Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Tegal, di Lingkungan Industri Kecil Takaru, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (21/4/2021).
PT Sinar Agung Selalu Sukses (SASS) pun menjadi penolong di tengah kelesuan IKM Tegal. Perusahaan manufaktur suku cadang otomotif ini biasanya mengimpor salah satu komponennya. Namun, begitu pasokan impor komponen terhadang pandemi, IKM Tegal ternyata mampu berkontribusi. ”Memang, soket yang dihasilkan IKM jauh lebih kecil, hanya 50 biji per hari. Setidaknya ini menjadi sedikit napas bagi IKM Tegal,” ujar Suyanto.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210421_095320_1619242416.jpg)
Seorang pekerja sedang memproduksi komponen kendaraan bermotor di salah satu industri kecil menengah logam di Tegal, Jawa Tengah, Rabu (21/4/2021). Pandemi Covid-19 sempat menyebabkan IKM logam ini menghentikan produksinya.
Strategi bertahan lain yang masih bisa dilakukan adalah memproduksi komponen aftermarket, terutama sepeda motor. Sebab, pola bekerja di rumah (work from home) rupanya membuat banyak orang doyan ngoprek alias mengotak-atik kendaraannya untuk memperbaiki atau menambahkan aksesori. Hal lain yang menjadi upaya untuk bertahan adalah memproduksi alat kedokteran dan komponen teknologi tepat guna walaupun kuantitas produksinya masih kecil.
Data Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Tegal menunjukkan, penurunan omzet IKM Binaan pada April-Mei 2020 pada sebanyak 22 IKM bervariasi 20 persen hingga 87 persen. Selama pandemi, total omzet mencapai Rp 2,026 miliar. Padahal, sebelum masa pandemi bisa mencapai Rp 3,263 miliar. Selama pandemi terjadi penurunan rata-rata 44 persen atau mencapai sebesar Rp 1,237 miliar.
”Pasokan komponen ke Astra Honda Motor saja turun 30 persen lebih. Belum lagi, turunnya pasokan untuk industri mobil akibat pasar otomotif yang anjlok tahun 2020,” kata Suyanto.
Bangkit kembali
Vaksinasi yang kini mulai gencar dilakukan, ditambah dengan kebijakan relaksasi pajak terhadap otomotif menjadi titik cerah yang memberi harapan. Para pelaku IKM Tegal pun mulai melihat tanda-tanda kebangkitan kembali. Vendor lama menaikkan orderan dan sejumlah vendor baru mulai berdatangan.
Direktur PT FNF Metalindo Utama Faizal A Elfas juga sudah mulai bisa tersenyum. Pandemi sempat membuat ingatannya kembali pada tahun 2010 saat ayahnya mengalihkan kendali usaha kepadanya. Pertama kali usahanya berusaha memenuhi permintaan vendor tier-1 AHM (PT Dharma Polimetal), Elfas sempat ingin menyerah. Tidak gampang menerima orderan vendor besar.
Menurut Elfas, Yayasan Dharma Bhakti Astra berperan seolah menjadi ”ayah angkat” yang membantu IKM di Tegal dalam meningkatkan teknologi, pengetahuan proses produksi, serta jaminan kepastian orderan. Ketika itu, Elfas selama dua tahun mendapat pendampingan untuk berbenah. Ia menjalani proses untuk mendapatkan legalitas dan sertifikasi industri, termasuk memperkuat etos kerja 5 R (ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin).
”Saya sempat hampir menyerah. Bukan hanya merumahkan separuh karyawan, berhenti produksi pun sempat terjadi selama satu bulan. Sepi orderan,” ujar Elfas.
Baca juga: IKM Logam Mesti Jeli Melihat Peluang Pasar
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210421_095642_1619242869.jpg)
Direktur PT FNF Metalindo Utama Faizal A Elfas (kiri) menjelaskan persoalan bahan baku kepada Suyanto, Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis Tegal (kanan), di Lingkungan Industri Kecil Takaru, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (21/4/2021).
Walaupun pandemi sempat memaksausahanya beralih ke produksi barang lain, Elfas kini berkomitmen kembali fokus memproduksi komponen untuk melayani vendor utamanya. Produksi sekitar 70-80 varian komponen atau total 800.000 buah per bulan ini akan menggerakkan kembali mesin-mesin produksinya secara maksimal. Ia juga menambah sifkerja dan mempekerjakan kembali karyawan yang dirumahkan.
Tri Sukamto, pemilik PT Bimuda Karya Teknik, pun sumringah sambil memperlihatkan sejumlah mesin-mesinnya yang memproduksi komponen. Tahun 2020, pandemi membuat usahanya turun drastis. Setelah mengurangi 50 persen karyawannya, dia bertahan bersama 12 karyawan. Hanya bisa bekerja satu sif, karyawan pun diajak memahami kondisi usahanya dengan membagi rata hari kerja mereka dalam sepekan. Tidak bisa masuk sekaligus, sementara orderan anjlok.
Sejak Maret 2021, orderan kembali meningkat menuju situasi normal. Jumlah karyawan pun mulai ditambah demi mengejar produksi dan menjaga kontinuitas. Pada Januari-Februari 2021 rata-rata permintaan komponen berada di kisaran 300.000 buah per bulan. Akan tetapi, pada Maret 2021, permintaan melonjak lebih dari dua kali lipat atau mencapai 700.000 buah per bulan.
Satu demi satu, mesin produksi kembali beroperasi. Ritme jam kerja dengan ditandai sirene mulai terdengar. Ada waktu istrirahat awal selama 15 menit, ada pula waktu istirahat makan siang. Sifkerja pun kembali menjadi dua kali dalam sehari.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F20210421_103526_1619243095.jpg)
Mengontrol kualitas menjadi salah satu pekerjaan yang penting dalam setiap produksi komponen di IKM logam di Tegal, Jawa Tengah, seperti terlihat Rabu (21/4/2021). Vaksinisasi dan relaksasi PPnBM mulai membuat IKM logam di Tegal kembali menggeliat.
Geliat IKM logam di Tegal kini mulai siap ”berlari kencang”. Mereka perlu bersiap menangkap kembali permintaan para vendor AHM. Sejumlah vendor ini adalah PT Nandya Karya Perkasa, PT Berdikari Metal Engineering, PT Dharma Polimetal, PT Mada Wikri Tunggal, PT Inti Polymetal, dan PT FSCM Manufacturing Indonesia. Selain itu, ada pula kebutuhan pasokan vendor PT Metindo Era Sakti dan PT Nusahadi Citraharmonis untuk PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.
Direktur PT Astra International Tbk sekaligus Ketua Dewan Pembina YDBA Gita Tiffany Boer secara terpisah kembali mengingatkan, selain pelatihan, pendampingan, serta fasilitasi pemasaran atau pembiayaan, YDBA mendorong IKM untuk kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti kolaborasi dengan grup Astra dan suplier. ”Dengan istilah ayah angkat, YDBA sesungguhnya ingin mendorong IKM mampu mencapai standar quality, cost, dan delivery,” kata Gita.
IKM Tegal tak sekadar dituntut memproduksi komponen untuk kebutuhan kendaraan konvensional. Tantangan bagi industri ini ke depan yang perlu mulai dipikirkan oleh para fasilitator LBP Tegal bersama pelaku IKM logam, adalah langkah strategis untuk berkontribusi pada produksi kendaraan listrik. IKM pun perlu bersiap, apabila ternyata kendaraan listrik yang mulai diproduksi tahun 2022 di Tanah Air bakal mengurangi sebagian suku cadang yang terbuat dari logam.