Permintaan yang melampaui kemampuan produksi global membuat cip atau semikonduktor makin langka. Akibatnya ongkos produksi gawai yang menggunakan cip sebagai salah satu komponen utamanya, kian tinggi.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rangkaian efek domino kelangkaan cip dunia mulai berdampak ke level konsumen. Ongkos produksi yang lebih besar untuk mendapatkan cip, harus mulai ditanggung oleh konsumen dalam wujud harga yang lebih mahal.
Salah satu pemain ponsel pintar besar dunia, Oppo, terpaksa harus mengoreksi harga penjualan gawai gelang pintar atau smartband-nya, yakni Oppo Band, menjadi lebih tinggi. Hal ini disebut karena kelangkaan cip prosesor yang digunakan oleh gawai tersebut.
Perwakilan Oppo di Indonesia pada Kamis (25/3/2021) malam mengumumkan bahwa harga gelang pintar dengan kemampuan pemantauan detak jantung dan saturasi oksigen tersebut diubah menjadi Rp 649.000. Ketika diluncurkan di Indonesia pada Rabu (24/3), gawai ini dibanderol Rp 549.000.
”Karena kelangkaan stok prosesor yang digunakan untuk Oppo Band, harga dari Oppo Band harus dikoreksi,” tulis keterangan tertulis tersebut.
Meski demikian, Oppo akan menggelar flash sale di situs marketplace Shopee selama 4-9 April dengan cashback sebesar Rp 50.000.
Langkah untuk menaikkan harga juga mulai dipertimbangkan oleh produsen gawai asal China lainnya, Xiaomi. Dalam rapat umum pemegang saham yang digelar pada Rabu (24/3), Presiden Xiaomi Wang Xiang mengatakan bahwa kelangkaan cip telah menyebabkan ongkos produksi terus melambung.
”Kami akan berusaha keras untuk mengoptimalisasi harga produk, tetapi terkadang kita juga harus mulai membagikan kenaikan ongkos produksi ini ke konsumen,” kata Wang, dilaporkan Reuters.
Karena kelangkaan stok prosesor yang digunakan untuk Oppo Band, maka harga dari Oppo Band harus dikoreksi.
Pada saat peluncuran ponsel Xiaomi Mi 11 di Indonesia pada pertengahan Maret ini pun, Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse juga telah menyatakan ada gangguan suplai komponen dalam produksi ponsel teranyarnya itu. Stok Mi 11 yang ada di Indonesia disebut akan sangat terbatas.
Perusahaan cip Qualcomm, salah satu suplier kunci berbagai produsen ponsel pintar dunia, dilaporkan Reuters pada awal Maret ini mengakui kewalahan memenuhi permintaan.
Kami akan berusaha keras untuk mengoptimalisasi harga produk, namun terkadang kita juga harus mulai membagikan kenaikan ongkos produksi ini ke konsumen.
Lonjakan permintaan yang di luar dugaan terhadap gawai di tengah pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor utama penyebab kelangkaan cip global yang saat ini terjadi.
Lawan dominasi
Perlu diperhatikan bahwa Qualcomm, yang memiliki pangsa pasar terbesar ponsel 5G dunia, hanya mendesain dan lalu mengontrakkan proses produksi fisiknya.
TSMC menjadi produsen cip yang didesain dan dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan yang lebih terkenal, seperti Apple, AMD, dan Qualcomm.
Fabrikator atau foundries produksi fisik cip tercanggih saat ini pada dasarnya dikuasai oleh TSMC Taiwan dengan hampir 90 persen penguasaan pasar. Sisanya, dikuasai oleh Samsung, seperti yang dilaporkan oleh Ars Technica.
Berusaha melawan dominasi Asia ini, raksasa semikonduktor Amerika Serikat, Intel Corp, pada Kamis (25/3) mengumumkan akan menggelontorkan investasi sebesar 20 miliar dollar AS (Rp 288,6 triliun) untuk peningkatan kapasitas produksi.
Intel adalah contoh dari sedikit produsen cip yang memiliki fasilitas produksinya sendiri.
CEO Intel Corp Pat Gelsinger bahkan menyatakan akan membuka fasilitas produksinya tersebut untuk mengerjakan cip milik perusahaan lain; meniru model bisnis foundries seperti TSMC dan Samsung.