Valentine dan Kencan Daring Muda-mudi
Hari Kasih Sayang atau Valentine tahun ini dirayakan secara berbeda oleh sejumlah pasangan. Ketika makan malam romantis tidak bisa dilakukan, kencan daring pun jadi solusi.
”A thousand miles seems pretty far/But they’ve got planes and trains and cars/I’d walk to you if I had no other way//”. (”Hey There Delilah”, Plain White T’s).
Apabila diterjemahkan, lirik lagu keluaran 2005 ini lebih kurang: ”Seribu mil terasa sangat jauh/Tapi ada pesawat dan kereta dan mobil/Aku akan berjalan ke arahmu jika aku tidak punya cara lain//”.
Nyatanya, mengunjungi kekasih saat pandemi tidak selalu mudah. Sejumlah pasangan terpisah jarak karena pandemi. Ada yang pulang kampung, ada juga yang sepakat tidak bertemu sementara demi keamanan masing-masing.
Lirik lagu Plain White T’s menambah nelangsa para pasangan long distance relationship (LDR). Kalaupun mau mengunjungi kekasih dengan kereta, pesawat, atau mobil, hasil tes Covid-19 harus negatif. Hari Valentine yang diperingati besok, Minggu (14/2/2021), pun dirayakan dari rumah masing-masing.
Hal ini dialami Claudia (19), mahasiswa Yogyakarta yang pulang kampung ke Bekasi, Jawa Barat. Hari Kasih Sayang tahun ini dirayakan dengan pacar secara berjauhan. Mereka sepakat menonton film baru To All the Boys: Always and Forever secara daring bersama-sama.
”Kami sama-sama suka film. Itu aktivitas yang paling memungkinkan untuk dilakukan saat ini karena kami tinggal di kota yang berbeda. Saya di Bekasi dan pacar di Yogyakarta. Kami janjian nonton besok malam. Ini Valentine pertama kami,” ujar Claudia saat dihubungi, Sabtu (13/2/2021).
Baca juga : Laris Manis Paket Hari Kasih Sayang
Perayaan Valentine juga terpaksa dilewati sendiri oleh mahasiswa Agnes Chika (21). Ia berada di Banjarnegara, Jawa Tengah, sedangkan pacarnya ada di Yogyakarta. Pertemuan fisik tidak bisa terwujud.
Chika mengatakan, ini pertama kalinya ia merayakan Valentine dengan pacar. Sebelumnya, Valentine selalu dirayakan bersama teman-teman dengan saling bertukar cokelat. Bayangan makan malam romantis berdua dengan pacar pun buyar.
”Aku mau tahu bedanya merayakan Valentine dengan pacar dan teman. Kupikir kami bisa jalan dan makan berdua seperti orang-orang di Instagram. Ternyata Valentine tahun ini tidak sesuai ekspektasi,” ujarnya.
Baca juga : Bergembira dalam Festival Melupakan Mantan
Kendati berjauhan, Chika dan pacarnya tetap menyatakan kasih sayang melalui kado. Chika memberikan kue kering yang dibeli secara daring, sedangkan kekasihnya memberi cokelat dan kue keranjang beberapa hari sebelum Valentine. ”Kue keranjang itu kado yang unik. Kebetulan pacarku merayakan Imlek,” tambah Chika.
Aku mau tahu bedanya merayakan Valentine dengan pacar dan teman. Kupikir kami bisa jalan dan makan berdua seperti orang-orang di Instagram. Ternyata Valentine tahun ini tidak sesuai ekspektasi.
Pegawai kantor pemerintah, Irma (28), juga merayakan Valentine jarak jauh. Ia tinggal di Kalimantan, sedangkan kekasihnya di Sumatera. Keduanya janjian membuka kado dari satu sama lain sambil melakukan panggilan video di Hari Valentine.
”Dia mengusulkan agar kami bertukar kado dengan anggaran maksimal Rp 100.000. Sekarang tinggal tunggu kadonya tiba di rumah masing-masing. Dia juga akan mengirim bunga dengan bantuan adikku. Bunga itu seharusnya jadi kejutan, sih,” kata Irma.
Momentum
Baik Claudia, Chika, maupun Irma setuju bahwa kasih sayang tidak harus diperingati setiap 14 Februari saja. Kasih sayang bisa ditunjukkan setiap hari kepada kekasih, teman, dan keluarga. Namun, Valentine dianggap spesial karena jadi momentum menyatakan rasa sayang secara simbolis.
Valentine juga jadi kesempatan merayakan cinta kasih secara cheesy. Makan malam romantis jadi lebih spesial karena dilakukan di hari yang spesial pula. Buat yang punya kekasih, Valentine jadi momen menyegarkan hubungan.
Perayaan Hari Kasih Sayang memang bukan budaya asli orang Indonesia. Publik merayakannya karena terpengaruh budaya pop dari luar negeri, misalnya komik dan film. Masyarakat Indonesia kemudian mengadopsi budaya ini dan memaknainya secara berbeda-beda.
Baca juga : Hari Kasih Sayang Sepanjang Masa
Pengamat media dan budaya pop Idi Subandy Ibrahim mengatakan, Valentine di Indonesia merupakan produk globalisasi budaya. Budaya dari Barat ini diduplikasi oleh masyarakat negara-negara lain. Menurut Idi, ini upaya agar seseorang terlihat modern.
”Valentine menjadi ritual tahunan dan tidak akan hilang. Walau begitu, ada pula yang kontra terhadap Valentine. Pertentangan ada karena masing-masing orang memaknai Hari Kasih Sayang secara berbeda,” tutur Idi.
Komodifikasi
Lebih lanjut, Valentine mengalami komodifikasi. Hal itu tampak dari penjualan cokelat, kartu ucapan, bunga, hingga reservasi makan malam yang marak saat Valentine.
Valentine sejatinya diperingati sebagai penghormatan terhadap Santo Valentine, seorang uskup pada masa kekaisaran Romawi. Dia dianggap berjasa bagi pasangan muda yang saat itu dilarang menikah. Larangan menikah itu dikeluarkan Kaisar Romawi Claudius II saat Romawi sedang perang. Para pemuda dilarang menikahi pasangannya agar fokus berperang.
Santo Valentine tidak mengindahkan larangan tersebut. Ia tetap menikahkan pasangan yang datang kepadanya secara diam-diam. Valentine akhirnya dihukum mati setelah aksinya diketahui sang kaisar (Kompas, 14/2/2009).
Survei Compare Cards di Amerika Serikat menyatakan bahwa generasi Z (usia 18-23 tahun pada 2020) menghabiskan 82 dollar AS untuk hadiah Valentine. Milenial (24-39 tahun) menghabiskan 113 dollar AS, generasi X (40-55 tahun) 293 dollar AS, dan baby boomer (56-74 tahun) 55 dollar AS.
Adapun data Statista mencatat, masyarakat berusia minimal 18 tahun di AS menghabiskan total 20,7 miliar dollar AS pada 2019. Angka itu naik menjadi 27,4 miliar dollar AS pada 2020. Belanja publik untuk Valentine 2021 diprediksi turun jadi 21,8 miliar dollar AS.
”Merayakan Valentine itu tidak apa-apa, asal tidak berlebihan dan berfoya-foya,” kata Idi.