Menyambut Teknologi Nissan E-Power di Pasar Indonesia
Nissan akhirnya meluncurkan resmi mobil berteknologi e-Power di pasar otomotif Tanah Air. Namun, akankah Nissan Kicks e-Power dengan teknologi ”jembatan” menuju mobil listrik ini bisa bersaing di pasar saat ini?
Setelah tiga tahun menunggu, akhirnya mobil berteknologi Nissan e-Power resmi dipasarkan di Indonesia. Kini masyarakat bisa merasakan langsung mobil berteknologi ”jembatan” menuju dunia mobil listrik ini.
Pada Oktober 2017, Nissan Motor Indonesia pertama kali memperkenalkan teknologi e-Power ini kepada khalayak media di Tanah Air. Waktu itu NMI mengajak sejumlah jurnalis, termasuk Kompas, menjajal Nissan Note e-Power di sirkuit Bridgestone Proving Ground Indonesia di Karawang, Jawa Barat.
Kami sempat menduga mobil berbentuk hatchback itu lah yang akan dimasukkan ke pasar. Namun, ternyata pada 2 September 2020 lalu, Nissan Indonesia membuat kejutan dengan resmi meluncurkan Nissan Kicks e-Power yang berbentuk crossover SUV. Sebuah strategi yang bisa dipahami mengingat saat ini adalah era serba SUV.
”Strategi baru yang akan Nissan jalankan di Indonesia adalah fokus pada SUV, MPV, dan elektrifikasi. Jadi Kicks ini sangat sesuai dengan strategi ini, SUV dan elektrifikasi. Nissan Note e-Power masih tersedia di Jepang, tetapi saat ini pasar hatchback tengah menyusut,” kata Isao Sekiguchi, Presiden Direktur Nissan Indonesia, dalam wawancara dengan Kompas di Jakarta, Kamis (3/9/2020).
Seperti dijelaskan tiga tahun lalu, teknologi e-Power sejatinya adalah teknologi hibrida seri (series hybrid). Mobil berteknologi ini masih mengusung mesin pembakaran internal konvensional, tetapi tenaga mesin tidak langsung tersalur untuk memutar roda. Alih-alih, mesin konvensional ini bertindak hanya sebagai generator untuk menghasilkan listrik buat mengisi baterai. Listrik dari baterai ini lah yang kemudian disalurkan ke motor listrik untuk menggerakkan roda.
Baca juga: Masa Depan yang Kian Dekat
Ini berbeda dengan cara kerja mobil hibrida lainnya, katakanlah teknologi hibrida pada mobil-mobil Toyota atau Mitsubishi. Pada mobil-mobil berteknologi hibrida ”konvensional” tersebut, mobil bisa dijalankan dalam mode seri ataupun paralel, dalam arti tenaga mesin kadang masih disalurkan langsung ke roda saat dibutuhkan tenaga spontan.
Secara spesifik, Nissan Kicks e-Power dilengkapi mesin bensin tiga silinder berkode HR12DE dengan kapasitas 1,2 liter (1.198 cc) dan memiliki 12 katup. Mesin ini bertindak sebagai generator untuk mengecas baterai litium-ion berkapasitas 1,57 kWh.
Listrik dari baterai ini disalurkan ke motor listrik berkode EM57 yang menggerakkan roda depan. Keluaran tenaga motor listrik ini setara dengan 95 kilowatt (129 PS) dan torsi maksimum yang rata sebesar 260 Nm. Torsi ini bahkan lebih besar dibandingkan torsi puncak Nissan X-Trail bermesin 2.500 cc yang hanya 226 Nm (Kompas, 28/11/2017).
Torsi spontan
Seperti layaknya mobil berteknologi elektrifikasi, torsi puncak ini tersalur spontan begitu kita menginjak gas. Alhasil, mobil melaju dengan ringan dalam berbagai simulasi saat Kompas menguji Nissan Kicks e-Power ini pada pertengahan September 2020. Akselerasi terasa spontan, dan menjadikan mobil ini lebih menyenangkan untuk dikendarai daripada rata-rata mobil Nissan yang kebanyakan menggunakan transmisi continuously variable transmission (CVT).
Dalam bahasa pemasaran Nissan Indonesia, mobil ini memberikan pengalaman 100 persen sebuah mobil listrik karena seluruh tenaga yang tersalur ke roda berasal dari energi listrik dalam baterai. ”Nissan Kicks e-Power menawarkan pengalaman berkendara 100 persen mobil listrik, tanpa khawatir dengan infrastruktur pengecasan baterai,” demikian kata Sekiguchi dalam peluncuran mobil ini secara virtual, 2 September lalu.
Walau demikian, jangan lupakan untuk menghasilkan listrik itu, mesin bensin tetap harus menyala. Bedanya, karena hanya cukup menyala pada putaran tetap seperti layaknya generator, Nissan mengklaim konsumsi bensin mobil ini akan sangat irit.
Nissan tidak mau mengungkapkan angka resmi konsumsi BBM pada Kicks ini, dengan alasan, ”Jalanan di Indonesia berbeda dengan jalanan di Jepang (tempat pengujian konsumsi BBM ini dilakukan). Kami tentu saja punya angka konsumsi BBM dalam pengujian di Jepang, tetapi dikhawatirkan akan misleading jika kami sampaikan kepada para konsumen di Indonesia,” kata Sekiguchi.
Baca juga: Nissan Indonesia Akan Fokus ke SUV, MPV, dan Mobil Listrik
Maka, Kompas pun melakukan simulasi perjalanan dalam berbagai kondisi untuk menguji konsumsi BBM Nissan Kicks baru ini. Dalam perjalanan sejauh 231 kilometer dengan rute sebagian besar adalah jalan tol, layar multiinformation display (MID) menunjukkan konsumsi bensin rata-rata 19,5 km per liter.
Sementara dengan metode penuh ke penuh, didapatkan angka rata-rata 17,2 km di rute campuran, dari jalan tol sampai rute dalam kota. Namun, karena waktu pengujian ini bertepatan dengan penerapan kembali PSBB di Jakarta dan sekitarnya, kami tidak pernah menemui jalanan yang benar-benar macet seperti pada hari-hari normal.
Semua pengujian ini dilakukan dengan mode berkendara normal (D), yang merupakan mode paling boros. Dua mode berkendara lainnya adalah Eco yang memaksimalkan efisiensi, dan mode Smart yang menjaga keseimbangan antara efisiensi dan kesenangan berkendara.
Serba ringan
Di jalan dengan tanjakan terjal, Kicks e-Power ini juga mampu melibasnya dengan aman. Secara umum, kesan berkendara dengan mobil ini adalah serba ringan. Akselerasi ringan, setir ringan, dan mobil sangat mudah diajak bermanuver.
Dibanderol dengan harga Rp 449 juta (on the road, Jakarta), yang membuat Kicks e-Power adalah mobil berteknologi elektrifikasi termurah yang dijual di Tanah Air saat ini, mobil ini juga dilengkapi banyak fitur modern. Mulai dari cruise control adaptif, blind spot warning, kamera 360 derajat dengan sensor deteksi objek bergerak, rear cross traffic alert, sampai hill start assist, semua sudah jadi standar.
Dari sisi desain, Kicks juga sudah mengadopsi bahasa desain terbaru Nissan, dengan ciri khas gril berbentuk V-Motion yang besar. Garis-garis tegas mendominasi SUV dengan ground clearance 175 milimeter (mm) ini.
Ruang interior pun terasa lega dengan jarak sumbu roda (wheelbase) sekitar 2,6 meter. Walau demikian, duduk di belakang terasa kurang nyaman karena sandaran kursi yang tegak.
Baca juga: Nissan Tawarkan Pengalaman Mobil Listrik Seharga Rp 400 Jutaan
Nissan juga membanggakan fitur One Pedal Operation pada Kicks e-Power ini. Dalam mode Smart atau Eco, sistem pengereman regeneratif (energi kinetik dari putaran roda saat deselerasi diubah menjadi energi listrik untuk mengecas baterai) bekerja lebih keras sehingga seolah-olah mobil otomatis direm saat pedal gas dilepas. Fitur ini sangat bermanfaat di jalanan dalam kota yang sering macet, atau saat meliuk-liuk di medan pegunungan yang berkelok-kelok.
Untuk meyakinkan konsumen Indonesia akan daya tahan sistem penggerak elektrik mobil ini, Nissan Indonesia juga memberikan garansi khusus baterai lithium-ion dan sistem kelistrikan hingga 5 tahun atau 100.000 km, mana yang tercapai lebih dulu.
Namun mungkinkah Nissan Kicks e-Power akan mampu bersaing di pasar mobil elektrifikasi yang mulai ramai saat ini? Lanskap mobil elektrifikasi di Tanah Air saat ini memang sudah berbeda dibandingkan tiga tahun lalu.
Toyota saja sudah memiliki enam model mobil berteknologi hibrida di pasar Indonesia saat ini, sebagian dengan kisaran harga yang tak terpaut jauh dari Kicks. Bahkan Hyundai tak lama lagi akan segera meluncurkan Hyundai Ioniq yang sepenuhnya elektrik dengan ancer-ancer harga Rp 600 jutaan. Kita lihat saja nanti!