Anomali Laptop ”Gaming” di Masa Pandemi
Laptop ”gaming” cenderung menjulang harganya. Namun, semuanya memiliki spesifikasi khas ”gamer” yang menjanjikan pengalaman ”gaming” yang memuaskan. Apalagi bermain gim merupakan pilihan menarik di kala pandemi.
Bermain gim menjadi jurus paling jitu untuk menepis rasa bosan di rumah. Laptop gaming banyak diburu, tak peduli dengan harga yang merangkak naik.
Ketika tidak ingin mengambil risiko tertular virus korona hanya untuk sekadar berjalan-jalan di mal ataupun menongkrong di kedai kopi, hiburanlah yang harus ”datang” ke rumah. Bermain gim tampaknya menjadi salah satu cara yang paling populer untuk melepas penat.
Para produsen komputer personal (PC) tampaknya melihat ini sebagai celah yang dapat dikapitalisasi, khususnya bagi mereka yang memiliki line-up khusus gaming.
Dalam waktu kurang dari sebulan terakhir, empat raksasa vendor PC dunia, yakni Acer, Lenovo, HP, dan Asus, memperkenalkan laptop gaming terbaru mereka di Indonesia melalui sub-brand gaming masing-masing.
Pada akhir Juni lalu, Acer meluncurkan tiga laptop gaming sekaligus, yakni Acer Nitro dengan harga Rp 12,49 juta; Predator Helios 300 berbanderol Rp 22,9 juta; dan Predator Triton 500 dengan harga Rp 49,9 juta.
Beberapa hari kemudian, Lenovo, melalui sub-brand Legion, meluncurkan laptop Legion 5 dan Legion 5i dengan masing-masing diberi harga Rp 15,9 juta dan Rp 16,9 juta.
Pada awal Juli, Asus memperkenalkan laptop terbaru dari sub-brand Republic of Gamers (ROG), yakni ROG Zephyrus G14. Zephyrus G14 dijual dengan empat konfigurasi spesifikasi, dari harga Rp 18,9 juta hingga Rp 34,9 juta.
Lalu, terakhir, pada awal pekan ini, Selasa (14/7/2020), HP meluncurkan edisi terbaru komputer desktop dan laptop gaming di bawah brand Omen. Laptop Omen 15 2020 dibanderol Rp 18,49 juta untuk konfigurasi terendah.
Laptop gaming memang cenderung menjulang harganya. Namun, memang, semuanya memiliki spesifikasi khas gamer yang menjanjikan pengalaman gaming yang memuaskan; seperti layar dengan refresh rate tinggi dan kartu grafis kelas atas.
Pangsa pasar PC gaming adalah sebuah anomali di masa pandemi ini. Di masa pandemi ini, PC, khususnya pada kategori laptop gaming, mengalami pertumbuhan, tidak seperti gawai lain yang justru anjlok.
Baca juga : Penjualan Ponsel Pintar Anjlok 20 Persen Selama Pandemi Covid-19
Mengambil contoh smartphone (ponsel pintar), misalnya. Telepon seluler (ponsel) pintar adalah gawai yang pasarnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, baik berdasarkan riset IDC maupun Gartner, ponsel pintar mengalami penurunan penjualan terbesar sepanjang sejarah: 11,7 persen menurut IDC; dan 20,1 persen berdasarkan Gartner.
Di sisi lain, IDC memperkirakan PC konsumer akan meningkat 8,7 persen pada kuartal II-2020. Bahkan kenaikan ini, menurut IDC, didorong oleh peningkatan penjualan kategori laptop yang diperkirakan mencapai persentase dua digit.
Hal ini disebut karena banyak konsumen yang menggunakan laptop untuk bekerja dan juga bermain gim. Tren ini juga mungkin yang membuat laptop gaming mutakhir cenderung memiliki desain yang lebih understated; tidak terlalu terkesan gaming, dan cocok untuk kepentingan yang lain.
Bahkan, secara khusus, pasar PC khusus gaming di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) disebut akan mengalami peningkatan 10,6 persen di kuartal II-2020. Pertumbuhan pasar pun dinilai positif, dengan rata-rata peningkatan penjualan sebesar 4,1 persen selama empat tahun mendatang.
”Pangsa pasar laptop gaming diuntungkan dengan kian besarnya ketertarikan masyarakat untuk mendapatkan hiburan dari dalam rumah selama masa lockdown. Gim daring juga menjadi cara konsumen untuk memenuhi kebutuhan sosial,” kata senior program manager IDC EMEA Nikolina Jurisic.
Ketika tidak ingin mengambil risiko tertular virus korona hanya untuk sekadar berjalan-jalan di mal ataupun menongkrong di kedai kopi, hiburanlah yang harus ”datang” ke rumah. Bermain gim tampaknya menjadi salah satu cara yang paling populer untuk melepas penat.
Seperti yang sudah diberitakan, peningkatan akibat gaming dan gamers tidak hanya terjadi pada sisi perangkat keras, tetapi juga pada sektor perangkat lunak, atau gimnya itu sendiri.
Firma riset pasar NPD melaporkan pada Mei lalu bahwa total konsumsi video gim masyarakat AS meningkat 9 persen dibandingkan 2019 menjadi 10,9 miliar dollar AS (setara Rp 155 triliun).
Nilai saham sejumlah perusahaan video gim pun mengalami peningkatan. Saham milik Activision Blizzard Inc—pengembang Call of Duty, World of Warcraft, dan Candy Crush—meningkat 23 persen selama setahun terakhir. Electronic Arts, pengembang seri gim FIFA, Battlefield, dan The Sims, harga sahamnya pun meningkat 8,9 persen.
Baca juga : PS5, Konsol Gim Terbaru Sony
Peningkatan di masa pandemi ini tentu kontras dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan terbesar Amerika Serikat pada indeks S&P 500 yang malah turun 12 persen (Kompas.id, 12/6/2020).
Putra (26), seorang karyawan swasta, bahkan mengaku mengeluarkan uang hingga lebih dari Rp 2 juta dalam beberapa bulan terakhir hanya untuk membeli beberapa gim dari marketplace gim, seperti Steam dan EA Origin. Biasanya, pengeluaran untuk gim jauh lebih kecil.
Ia menduga, ia impulsif membeli gim karena bosan. ”Bosen? Banget. Sebab, enggak bisa ke mana-mana, jadinya nge-game,” kata Putra.
AMD vs Intel
Dalam peluncuran sejumlah laptop gaming kemarin, hal yang juga menarik adalah melihat kehadiran AMD Ryzen seri 4000 sebagai sebuah opsi prosesor dalam pasar laptop. Ini adalah bukti intrusi AMD yang semakin mengganas; mengganggu basis kekuatan Intel yang terakhir.
Pangsa pasar prosesor laptop inilah yang belum terganggu oleh kehadiran arsitektur Ryzen milik AMD sejak 2017. Di segmen pasar yang lain: desktop, komputasi awan, semuanya sudah tersentuh pesona AMD Ryzen, performanya yang bertenaga powerful dapat melebihi Intel Core, tetapi dengan harga yang lebih terjangkau.
Saat AMD mengumumkan AMD Ryzen seri 4000 pada ajang CES 2020 Januari 2020, analis industri teknologi asal AS Patrick Moorhead mengatakan bahwa prosesor tersebut akan menjadi lakon penting dalam perang prosesor antara AMD dan Intel.
”Kalau saya menggambarkan perang prosesor antara AMD dan Intel, (seri Ryzen 4000) adalah serangan AMD untuk merebut satu-satunya keunggulan terakhir Intel terhadap AMD; pasar prosesor laptop,” kata Moorhead dalam artikelnya di Forbes.
Dalam artikelnya itu, Moorhead merangkum sejumlah hasil benchmark yang dilakukan oleh berbagai publikasi lain, seperti PCWorld dan Digital Trends. Sebagian besar skenario benchmark menunjukkan keunggulan AMD Ryzen 9 4900H dibandingkan dengan sejumlah cip Intel kelas atas, seperti Intel Core i9-9800HK dan Core i9-9980H.
Sejak Ryzen generasi pertama diluncurkan pada 2017, market share AMD mulai meningkat, sedangkan Intel mengalami stagnansi dan bahkan penurunan.
Pada kuartal III-2019, berdasarkan data Passmark, untuk pertama kali AMD menembus angka 40 persen market share prosesor desktop setelah 14 tahun. Passmark adalah perangkat lunak untuk benchmark yang populer.
Bahkan data pada kuartal III-2020 yang sedang berjalan, market share hampir terbelah dua; 48 persen untuk AMD dan 52 persen untuk Intel. Ini perubahan yang signifikan mengingat Intel pada 2017 sempat mendominasi dengan penguasaan 76,6 persen pasar prosesor desktop.
Pilihan HP untuk mulai menyodorkan Ryzen seri 4000 sebagai pilihan pada laptopnya bisa dianggap salah satu penanda intrusi AMD terhadap kenyamanan Intel.
Kunci kelebihan AMD Ryzen seri 4000 adalah transistor pada setiap keping prosesor. AMD berhasil mengembangkan prosesor dengan ukuran transistor sebesar 7 nanometer (nm).
Artinya, dengan ukuran yang lebih kecil, jumlah transistor yang bisa dibenamkan dapat lebih banyak. AMD mulai memproduksi prosesor 7 nm pada 2018. Intel pada saat yang sama baru memproduksi prosesor 10 nm.
Keunggulan AMD pun diakui oleh Intel. Seperti yang dilaporkan Tom’s Hardware, Chief Financial Officer Intel George Davis pada Maret 2020 mengatakan bahwa pihaknya menargetkan proses produksi cip 7 nm akan dapat berjalan pada 2021 dan kembali memimpin pasar melalui cip 5 nm pada tahun berikutnya.
Ketika peluncuran laptop HP Omen 15 edisi 2019 dan Omen X 2S, HP hanya menyediakan Intel Core i7 dan i9 sebagai prosesor. Dalam sebuah pemberitaan, HP menyebut pangsa pasar laptop gaming AMD di Indonesia belum menarik.
Namun, kini, HP menilai bahwa kerja sama dengan AMD dapat mendorong kesuksesan pertumbuhan pasar PC perusahaan asal AS itu dan memenuhi ekspektasi para gamer.
”Dan inilah mengapa portfolio Omen saat ini menawarkan prosesor AMD agar lebih sesuai dengan kebutuhan para gamer,” kata HP.
Patut diketahui bahwa HP bukanlah vendor pertama yang memperkenalkan laptop gaming AMD Ryzen seri 4000 ke Indonesia. Asus meluncurkan empat konfigurasi laptop ROG Zephyrus G14.
Baca juga : HP Perbarui Laptop ”Gaming” Seri Omen
Zephyrus G14 tersedia dari konfigurasi Ryzen 5 4600HS dan kartu grafis Nvidia Geforce GTX 1650Ti dengan harga Rp 18,299 juta; hingga Ryzen 9 4900HS dengan Geforce RTX2060 berbanderol Rp 34,9 juta. Laptop gaming kelas atas Asus ini bisa didapatkan dari situs dagang Indonesia pada umumnya.
”Berkat spesifikasinya yang powerful, laptop gaming ini mampu mengerjakan berbagai tugas berat, seperti video rendering dengan sangat lancar,” klaim Asus Regional Director Southeast Asia Jimmy Lin dalam keterangan tertulis.
Sepekan sebelumnya, Lenovo juga telah memperkenalkan laptop gaming dengan AMD Ryzen seri 4000, yakni Legion 5. Laptop berbanderol Rp 15,9 juta tersebut menggunakan prosesor Ryzen 7 4800H dan kartu grafis GTX 1650Ti.
Seperti HP, Lenovo juga memperkenalkan versi Intel-nya, yakni Legion 5i. Legion 5i menggunakan Intel Core i7 dan kartu grafis GTX 1660Ti. Laptop versi Intel ini dijual dengan harga Rp 16,9 juta.
Baca juga : HP Perbarui Laptop ”Gaming” Seri Omen