Surabaya Aero Club untuk Misi Sosial dan Pariwisata
Kalangan pengusaha muda di Surabaya, Jawa Timur, menginisiasi pembentukan komunitas penerbang dan pemilik pesawat. Salah satu misi mereka ialah kegiatan sosial terutama dalam situasi bencana dan wabah seperti saat ini.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kalangan pengusaha muda di Surabaya, Jawa Timur, menginisiasi pembentukan komunitas penerbang dan pemilik pesawat. Salah satu misi mereka ialah kegiatan sosial, terutama dalam situasi bencana dan wabah seperti saat ini.
Mereka memperkenalkan pembentukan Surabaya Aero Club di hanggar Merpati Training Center dalam kompleks Bandar Udara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Beberapa di antara mereka telah memiliki pesawat ringan microlight atau ultralight dan atau pesawat mesin tunggal, terutama Cessna.
Wilson Tirta (18), misalnya, pemilik Kuweh Surabaya dan Bober Cafe serta pernah menjadi produser eksekutif di enam film ini telah memiliki dan menerbangkan Cessna 206 tahun rakit 2008.
Jawa Timur belum ada komunitas seperti ini.
Selain itu, Luxie Diandra (33), sosialita, desainer, dan pengusaha batik serta perhiasan, telah memiliki dan menerbangkan Cessna 152 produksi 1984.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir ini, kalangan pengusaha muda ini menggandrungi hobi menerbangkan pesawat. Kebetulan mereka belajar bersama di Merpati Training Center dan berkeinginan untuk membentuk komunitas penerbang dari kalangan sipil.
”Jawa Timur belum ada komunitas seperti ini,” ujar Eko Rohmat Ferdiansyah, salah satu inisiator Surabaya Aero Club, Jumat (10/7/2020).
Diinisiasi
Komunitas penerbang sudah ada di Jakarta dan Bandung yang diinisiasi oleh kalangan atlet terbang. Di Yogyakarta, klub penerbang diinisiasi oleh pejabat militer.
”Suarabaya Aero Club diinisiasi oleh pengusaha muda,” kata Tom Liwafa, pemilik Handmadeshoesby.
Klub penerbang ini akan diperkenalkan secara resmi kepada publik dalam acara makan malam di Hotel Wyndha, Rabu (15/7/2020). Surabaya Aero Club untuk saat ini telah beranggotakan 30 orang yang seluruhnya adalah pengusaha muda tetapi memiliki passion kedirgantaraan.
Eko yang juga menjadi steering committee kepengurusan klub mengatakan, setelah pembentukan, Surabaya Aero Club akan membeli 10 pesawat. Target ambisius mereka, setiap anggota punya setidaknya satu pesawat.
Dengan adanya pesawat-pesawat, kata Tom, mereka bisa dan bersedia digerakkan untuk menjalankan misi sosial. Dalam situasi wabah Covid-19 akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2), mereka dapat dengan cepat menjangkau wilayah kepulauan atau terpencil untuk membawa bantuan kesehatan.
”Begitu juga saat ada bencana kami ingin menolong,” kata Luxie.
Selain misi sosial, klub ini juga bisa mendorong partisipasi publik yang lebih besar dalam olahraga kedirgantaraan. Selain itu, mendorong bisnis pariwisata dari aspek kedirgantaraan, misalnya sky diving atau pameran untuk menarik wisatawan.
”Misalnya diadakan Flying Bromo, tentu akan keren dan semoga segera mengembalikan dunia pariwisata yang terdampak wabah,” kata Wilson yang menamatkan pendidikan SLTA dengan metode home schooling itu.
Tommy Haditya, Kepala Instruktur Merpati Training Center (MTC), menyambut gembira kehadiran Surabaya Aero Club. Bagi MTC, anak usaha maskapai Merpati Nusantara Airlines, kehadiran klub-klub kedirgantaraan akan terus menggairahkan dunia penerbangan.
MTC melalui Merpati Pilot School juga terdapat di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Sumenep (Madura), Medan, dan Palopo. MTC terutama di Surabaya memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan sekolah penerbangan lainnya, terutama sejumlah pesawat jet dan turboprop yang tak beroperasi lagi tetapi dapat digunakan untuk praktik para siswa. Selain itu, juga ada flopssimulator untuk FOO (flight operations officer).