Porsche Macan 2.0, Penuh Daya, Tanpa ”Drama”
Porsche Macan 2.0 adalah varian basic atau terendah dari crossover premium buatan Porsche itu. Namun, bukan berarti mobil ini minim kemampuan. Kompas menjajalnya, baik di jalan raya maupun di medan offroad ringan.
Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (15/5/2020).
[/caption]
Keraguan sempat muncul apakah crossover SUV premium ini akan mampu mengatasi tanggul setinggi sekitar 2 meter yang berlapis rumput basah dengan kemiringan lereng 42 derajat itu. Overhang bagian depan yang panjang dan perangkat ban standar memunculkan keraguan ini.
Namun, dengan memencet tombol mode offroad, y ang membuat ketinggian mobil dari tanah bertambah dan mencoba mengatur sudut masuk ke lereng tersebut, ternyata rintangan awal berhasil terlalui. Mobil pelan-pelan mendongak mengikuti kontur lereng dan dengan menjaga tekanan pada pedal gas untuk mendapatkan traksi maksimal, Kompas membawa mobil ini merayap naik dengan pasti.
Walau diwarnai ban selip beberapa kali, sistem all wheel drive aktif bernama Porsche Traction Management (PTM) membawa mobil dengan mantap melewati tanggul tersebut. Semua dilakukan dengan ban standar Pirelli P Zero ukuran 265/45R20 di roda depan dan 295/40R20 di roda belakang! Melihat tipe dan ukurannya, ban-ban ini dipersiapkan untuk kendali maksimal mobil performa tinggi di jalanan aspal, bukan untuk menjelajah medan berlumpur, apalagi untuk offroad.
Ya, kami tahu, Porsche Macan adalah sebuah crossover SUV premium yang dibuat untuk memaksimalkan performa di jalanan, sesuai nama Porsche yang disandangnya. Kami juga sadar sebagian besar pemilik Macan tidak akan tega membawa mobil ini keluar dari jalan aspal dan nekat mendaki tanggul-tanggul berbatu atau berlapis lumpur.
Namun, pengujian singkat di atas membuktikan bagaimana insinyur Porsche tak main-main dalam membuat Macan menyandang titel SUV dengan kemampuan menjelajah alam yang lengkap. Di kanal Youtube, banyak bertebaran video yang menunjukkan bagaimana mobil ini diajak melibas medan lain yang lebih ekstrem. Uji singkat kami menjadi pembuktian langsung bagaimana kemampuan itu nyata.
Dan perlu dicatat, unit yang kami coba ini adalah varian terendah dari Macan, yakni Porsche Macan 2.0, yang mengusung mesin bensin empat silinder segaris berkapasitas 2.0 liter (1.984 cc). Dengan ditopang perangkat turbo, mesin ini mengeluarkan tenaga 252 PS pada putaran mesin 5.000-6.750 rpm, dan torsi puncak 370 Nm sudah bisa dipetik pada 1.600 rpm hingga 4.500 rpm.
Sekilas angka-angka itu seolah tak mengesankan untuk ukuran mobil premium Eropa, apalagi menyandang nama Porsche yang identik dengan performa tinggi. Namun, pengujian kami selanjutnya sekali lagi membuktikan keraguan itu tak beralasan.
Perubahan minor
Macan 2.0 yang kami coba ini adalah versi facelift yang diluncurkan tahun 2019. Secara tampilan hanya ada beberapa perubahan minor di bagian depan. Perubahan paling kentara dari sisi eksterior ini adalah lampu belakang yang kini memanjang tak terputus dari bagian kiri hingga kanan mobil. Ini adalah detail desain Porsche yang dibawa dari Porsche 911 generasi terbaru.
Kompas pun membawa Macan ke habitat asli Porsche, yakni jalanan aspal mulus di ruas-ruas tol dalam kota. Begitu mode berkendara digeser ke mode Sport+ (ada empat mode, Individual, Normal, Sport, dan Sport+) dengan kenop putar yang menempel di roda kemudi dan pedal gas diinjak dalam-dalam, langsung terdengar derum knalpot saat mobil melesat dan tubuh seolah terempas ke sandaran kursi berlapis kulit.
Jika akselerasi masih terasa kurang, tepat di tengah kenop putar tersebut ada tombol Sport Response Button. Saat ditekan, putaran mesin mendadak melonjak ke area torsi maksimum mendekati 4.000 rpm selama 20 detik. Transmisi kopling ganda PDK (Porsche Doppelkupplung) 7 tingkat percepatannya pun sontak melakukan kickdown, gigi transmisi turun ke rasio lebih rendah, dan mobil melesat lebih kencang lagi bagaikan seekor macan yang meloncat menerkam mangsanya.
Memang, akselerasi ini tentu saja tidak secepat mobil-mobil performa tinggi dengan mesin lebih besar dan lebih bertenaga yang sudah pernah Kompas uji. Namun, di ranah mesin 2.0 liter plus turbo, yang kini sangat banyak digunakan di mobil-mobil premium, performa mesin Porsche terasa lebih bergairah dan sudah lebih dari cukup untuk pemakaian sehari-hari di jalanan Indonesia.
”Pemakaian sehari-hari” menjadi kata kunci berikutnya dari keunggulan Macan 2.0 ini. Sepanjang pengujian menempuh jarak total sekitar 137 kilometer, terasa bagaimana mobil ini sangat nyaman untuk dipakai harian. Salah satu ciri khas Porsche adalah menggabungkan performa dengan kualitas premium khas Eropa, dengan kualitas rancang bangun yang tinggi dan kualitas tunggangan yang nyaman tanpa menjadi membosankan.
Salah satu yang perlu mendapat pujian adalah kualitas kekedapan kabin. Bahkan, di tengah keramaian dan kepadatan lalu lintas atau saat mobil digeber dengan akselerasi maksimum, suara yang masuk ke dalam mobil begitu tersaring.
Dengan begitu, di dalam kabin kita akan optimal menikmati musik dari sistem suara Bose Surround Sound System dengan 14 speaker berkekuatan 665 watt. Layar utama berukuran 10,9 inci bisa berfungsi sebagai layar infotainment untuk mengatur berbagai fungsi mobil sekaligus melakukan koneksi Apple Car Play.
Kemudian suspensi udara mobil ini terasa sangat meredam guncangan di jalan dan cenderung empuk, tetapi sama sekali tidak memantul-mantul. Saat kita membawa mobil lebih agresif, suspensi ini bekerja prima meredam gejala body roll di tikungan-tikungan.
Sistem suspensi udara Porsche Active Suspension Management (PASM) ini sudah menjadi standar untuk varian Macan 2.0 yang dimasukkan ke pasar Indonesia. PASM juga mengatur ketinggian mobil dalam tiga level, yakni normal, rendah, dan tinggi. Pada level rendah, ground clearance mobil akan turun 10 milimeter (mm) dari posisi normal, membuat mobil terasa lebih ceper dan sporty.
Di level tinggi, seperti saat mode offroad diaktifkan di awal tulisan ini, mobil akan naik 40 mm lebih tinggi dari posisi normal, memberikan ground clearance yang makin leluasa untuk menjelajah medan yang tidak rata.
Membawa Macan ini bagaikan menunggang mobil berdaya lengkap dengan potensi yang besar, tetapi tanpa banyak drama yang tidak perlu. Fokus kita jadi mantap dalam menikmati setiap detik berkendara dengan perilaku ”no nonsense” alias tanpa omong kosong. Bukankah perilaku itu yang kini semakin langka di dunia?