Aroma berperan penting untuk memengaruhi kondisi psikologis seseorang. Beragam cara dilakukan agar mood terjaga ketika berada di dalam ruangan, termasuk menggunakan aromaterapi.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
Aroma berperan penting untuk memengaruhi kondisi psikologis seseorang. Beragam cara dilakukan agar mood terjaga ketika berada di dalam ruangan, termasuk menggunakan aromaterapi.
Aromaterapi dikemas dalam berbagai bentuk, seperti minyak esensial, lilin, dan diffuser, yakni alat yang berfungsi menyemprotkan uap dari minyak esensial yang dicampur air. Ada pula aromaterapi dalam bentuk reed diffuser. Alat ini menyebarkan aroma minyak esensial melalui tongkat kecil yang umumnya terbuat dari rotan berpori.
Media-media penyebar aroma ini tidak asing bagi karyawan swasta, Satya (25). Pekerjaan di bidang desain interior membuat Satya belajar lebih banyak soal aroma yang cocok diaplikasikan di ruangan klien. Selain untuk klien, ia juga beberapa kali menggunakan aromaterapi di kamar tidur.
”Saya cukup sensitif terhadap bau. Jika ada bau yang tidak enak, saya bisa muntah,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (9/5/2020).
Untuk itu, ia menjaga aroma kamar indekosnya tetap terjaga. Ia beberapa kali menggunakan lilin dan diffuser dengan wangi yang segar, antara lain aroma serai dan daun eukaliptus. Ia juga meletakkan beberapa tumbuhan agar udara di dalam kamar terasa segar.
Satya merasa senang dan puas ketika mencium hidungnya mulai mencium aromaterapi. Ibaratnya, seperti rasa senang saat mencium tubuh yang harus sehabis mandi. Aromaterapi juga membantu Satya menemukan inspirasi untuk pekerjaannya.
”Aromaterapi itu seperti 1 persen (komponen) yang awalnya tidak ada. Lalu aromaterapi melengkapi diriku yang sudah 100 persen menjadi 101 persen. Rasanya puas. Walau begitu, aromaterapi merupakan kebutuhan tersier buatku karena harganya cukup mahal,” kata Satya.
Ia juga mengandalkan aromaterapi untuk membangun suasana berdasarkan memori. Contohnya, ia mengaktifkan aroma serai karena mengingat ibunya yang dulu kerap memasak dengan serai. Adapun bau eukaliptus mengingatkan Satya pada aroma adiknya setelah memakai minyak kayu putih di masa lalu.
”Menurutku, preferensi orang terhadap aroma sedikit banyak dipengaruhi oleh memori, baik sadar maupun tidak,” katanya.
Sementara itu, mantan karyawan bank Iqbal (25) juga kerap membaui aromaterapi. Mulanya, ia memanfaatkan diffuser agar kamarnya berbau harum. Namun, kini wangi yang dihasilkan dari difusser membantunya mengatasi stres.
Wewangian yang sering dipilih Iqbal adalah lavender dan mawar. Ia hanya mengaktifkan difusser miliknya ketika stres dengan pekerjaan. Menurut dia, aromaterapi membantunya rileks.
”Aromaterapi juga membantu saya tidur lebih cepat. Saya tersugesti untuk rileks,” kata Iqbal.
Merangsang otak
Psikolog Mira Amir mengatakan, aroma adalah salah satu stimulus otak untuk menciptakan kondisi hati (mood) tertentu. Misalnya, untuk bersantai maupun penguat suasana hati (mood booster).
”Aroma juga bisa jadi alat bantu terapi bagi sejumlah psikolog. Aroma bisa langsung diproses ke pusat pengolahan sensori manusia dan proses ini berlangsung dengan cepat,” kata Mira.
Aromaterapi juga dapat membantu meredakan kecemasan seseorang. Mira mengatakan, pikiran orang yang cemas biasanya mengembara ke masa lalu terlalu dan masa depan. Mereka pun mencemaskan hal yang sudah lewat dan hal-hal yang belum tentu terjadi nanti. Oleh sebab itu, orang yang cemas perlu ditarik kesadarannya ke masa kini (mindfulness).
Mindfulness dapat ditunjang dengan beragam instrumen, salah satunya aromaterapi. Orang yang cemas akan diminta menghirup aroma yang ada dan fokus hanya pada saat ini.
”Selain aroma, instrumen lain yang memanfaatkan pancaindera juga bisa digunakan untuk meredakan kecemasan, misalnya musik dan warna,” kata Mira.
Aroma juga mengirimkan sinyal ke otak yang mengaktifkan memori, pikiran, dan emosi. Selain itu, aroma dapat memengaruhi perubahan pada tekanan darah, ketegangan otot, dan sebagainya.
Dalam jurnal, disebutkan beberapa aroma memiliki efek spesifik terhadap otak. Misalnya, lavender dan rosemary diasosiasikan dengan aroma untuk menurunkan stres. Sementara itu, perpaduan aroma chamomile, lavender, sandalwood, dan eugenol membuat individu yang menghirupnya merasa nyaman.