Sempat mengalami pasang surut dan bahkan mati suri, kini Kota Lama Semarang kembali bersinar. Ke sanalah Kompas membawa All New Honda Accord pada uji kendara jarak jauh, akhir September 2019.
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Sepuluh generasi penghuni telah berlalu sejak Kota Lama Semarang didirikan pada awal abad ke-18. Sempat mengalami pasang surut dan bahkan mati suri, kini sudut Semarang yang sering dijuluki ”Little Netherland” itu kembali bersinar.
Berkat program revitalisasi yang dijalankan beberapa tahun terakhir, kawasan itu menjadi tertata, bersih, terang, dan lebih hidup. Bangunan-bangunan berarsitektur Eropa nan cantik yang terbengkalai puluhan tahun, kini difungsikan lagi menjadi restoran, kafe, ruang pertunjukan, dan ruang pamer yang romantis.
Di tengah romantisisme ini lah Kompas membawa All New Honda Accord pada uji kendara jarak jauh, akhir September 2019. Seperti Kota Lama Semarang, Accord juga punya sejarah panjang.
Terlahir sebagai mobil berukuran kompak pada 1976, Honda Accord telah melintasi sembilan generasi dalam empat dekade. All New Accord, yang diluncurkan di Indonesia pada GIIAS 2019, Juli lalu, adalah generasi ke-10 mobil yang sekarang jadi sedan besar ini.
Melintas di depan GPIB Immanuel Semarang atau lebih populer disebut Gereja Blenduk, di pusat Kota Lama Semarang, Rabu (25/9/2019) malam, terlihat bagaimana desain All New Accord ini begitu kontras dengan gereja klasik yang dibangun tahun 1753 tersebut.
Nyaris tak tersisa nuansa klasik pada desain Accord baru ini. Desainnya yang menyerupai mobil coupe, dengan atap melandai ke belakang dan tersambung dengan tutup bagasi, sangat modern dan progresif.
Bisa dikatakan Accord baru ini lebih kental nuansa sporty-nya. Walau sosok besarnya (panjang 4,89 meter; lebar 1,86 meter; dan tinggi 1,45 meter) masih kental citra elegan dan mewah, hilang sudah kesan ”mobil bapak-bapak” yang selama ini melekat di Accord. Yang terlihat justru siluet ala sedan-sedan gran turismo dari Eropa.
Memasuki interior, tersebar aura sedan premium abad ke-21. Material kulit warna krem membalut semua kursi, door trim, hingga kotak konsol dan dasbor. Ada aksen kayu, untuk menambah kesan mewah, memanjang di dasbor dan panel pintu meski jika diraba dan dilihat dari dekat, itu hanya kayu imitasi.
Layar sentuh ukuran 8 inci di tengah dasbor memberi Accord ciri teknologi terkini yang sudah ”wajib” ada di setiap mobil baru. Sistem hiburan, konektivitas ponsel Apple CarPlay atau AndroidAuto, hingga data perjalanan, bisa dilihat di layar berwarna jernih ini.
Hanya saja, kualitas audio standar dengan 10 pengeras suara masih terasa terlalu standar untuk sedan yang dibanderol Rp 714.600.000 (on the road, Jakarta), ini. Walau setting audio sudah diatur sedemikian rupa, tetap masih ada ruang untuk peningkatan kualitas bagi para konsumen yang telinganya menuntut lebih.
Jika ada yang terasa kurang dari interior All New Accord ini adalah absennya atap kaca (sunroof/moonroof) dan head-up display (HUD) yang sangat membantu pengemudi.
Namun, semua itu seolah terlupakan saat kita duduk di kursi belakang. Dengan jarak sumbu roda 2,83 meter, ruang belakang ini terasa begitu lega dan nyaman. Kaki nyaris bisa selonjor tanpa khawatir lutut terantuk sandaran kursi depan. Ruang kepala pun terasa lega meski atap mobil turun melandai ke belakang.
Ah, andai saja kursi belakang ini dilengkapi fitur massage atau reclining seat, pasti akan jauh lebih nyaman lagi!
Baiklah kita tekan tombol start, memasukkan tuas transmisi ke D, lalu mulai menjelajah Kota Lama Semarang. Kekedapan kabin cukup meredam keriuhrendahan pengunjung yang memadati kawasan khusus pedestrian di depan Gedung Spiegel, toko kebutuhan rumah tangga dan kantor yang dibangun pada 1895 dan kini menjadi kafe.
Begitulah keseharian di Kota Lama belakangan ini. Bahkan, di hari-hari kerja pun, gegap gempita pengunjung bisa hingga tengah malam. Mereka menikmati kawasan pedestrian yang lebar, berswafoto ria di bawah lampu-lampu antik dengan latar belakang gedung-gedung kuno.
Berbelok ke Jalan Gelatik yang sempit dan menyambung ke Jalan Kepodang (dulu bernama Hoogendorpstraat), terasa bagaimana pengendalian Accord ini cukup presisi. Kap mesin yang panjang dan terlihat dari ruang kemudi memberi patokan posisi yang penting.
Di Jalan Suari yang masih gelap, tak diduga ada cekungan melintang di jalan. Mobil pun menghajar cekungan itu dan terasa bagaimana bantingan suspensi mobil terasa keras. Sebuah anomali untuk sedan besar yang di Indonesia dianggap sebagai mobil mewah ini.
Namun, ”anomali” itu baru terjawab setelah mobil dipacu dengan kecepatan tinggi di Tol Trans-Jawa. Suspensi keras itu memberi rasa mengemudi yang lebih sporty karena mobil tak mengayun-ayun saat melintasi jalan tol yang sedikit bergelombang.
Satu keistimewaan lagi dari All New Accord ini adalah dipasangnya fitur Honda Sensing sebagai perlengkapan standar. Ini adalah gabungan berbagai fitur keselamatan aktif yang berfungsi mencegah atau menghindari kecelakaan.
Salah satunya collision mitigation brake system (CMBS) yang memanfaatkan kamera dan radar di depan mobil untuk mendeteksi obyek di bagian depan mobil. Saat terdeteksi obyek yang berbahaya di depan mobil, sistem akan memberikan alarm dan jika diperlukan akan mengerem mobil agar laju kendaraan berkurang guna meminimalkan benturan.
Fitur ini terutama sensitif saat mendeteksi orang yang hendak menyeberang jalan.
Kemudian ada fitur lane keeping assist system (LKAS) dan road departure mitigation system (RDM) yang berfungsi mencegah mobil keluar jalur. Saat mobil melanggar marka jalan tanpa menyalakan lampu sein, setir akan bergetar dan memberi ”perlawanan” lembut agar mobil tetap di jalurnya.
Fitur ketiga adalah adaptive cruise control (ACC) yang sangat membantu saat mobil melaju di Tol Trans-Jawa yang panjang dan cenderung sepi. Saat ada mobil di depan, ACC otomatis mengerem mobil guna menjaga jarak aman. Saat mobil di depan menepi atau pindah jalur dan jalan kosong lagi, ACC otomatis menambah kecepatan sesuai batas yang diset di cruise control.