Menunggu Leaf Mengusir Polusi Udara di Indonesia
Seiring berjalannya waktu, dunia terus berubah. Iklim, pemanasan global, polusi udara dan suara, serta ketersediaan bahan bakar fosil menjadi isu penting. Negara-negara di dunia juga mulai berubah dan mengembangkan sumber tenaga ”hijau”.
Polusi udara yang tinggi sering kali dikaitkan dengan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak. Hal itu terlihat dari jutaan mobil pribadi yang menjejali jalanan kota-kota di dunia setiap hari. Apalagi saat kemacetan mendera warga di jam-jam sibuk.
Selain menimbulkan polusi udara, kemacetan juga menimbulkan kerugian yang besar. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, kerugian yang ditimbulkan oleh kemacetan di Jakarta adalah Rp 67 triliun per tahun. Kemacetan menghadirkan ketidakefisienan transportasi di Jakarta, baik dari segi biaya maupun waktu.
Pemerintah terus mencoba mengatasi kemacetan di Jakarta. Salah satu adalah dengan pembangunan transportasi massal berbasis rel. Proyek transportasi massal yang diresmikan paling akhir adalah kereta moda raya terpadu (MRT) di Jakarta. Transportasi massal itu diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019.
Dengan transportasi umum yang baik, tepat waktu, aman, serta terintegrasi, pemerintah berharap pengguna mobil pribadi akan beralih ke transportasi umum. Dengan demikian, jumlah mobil dan polusi udara dapat ditekan.
Di sisi lain, produsen mobil terus berupaya membuat kendaraan hemat bahan bakar, emisi gas buang rendah, dan mengembangkan mobil listrik. Pengembangan mobil listrik diharapkan mampu menjawab tantangan itu. Mobil listrik sendiri merupakan mobil yang digerakkan oleh motor listrik dengan sumber tenaga dari baterai isi ulang. Bergerak dengan motor listrik tentunya mobil ini tidak mengeluarkan emisi gas buang.
Salah satu produsen yang sudah menjual mobil listrik kepada masyarakat umum adalah Nissan. Pabrikan asal Jepang ini mulai meluncurkan mobil listriknya, Leaf, pada akhir 2010 di Jepang. Sejak saat itu, Leaf terus dikembangkan. Bukan saja terkait kapasitas baterai, teknologi pengisian baterai, tetapi juga teknologi-teknologi baru juga dipasangkan untuk kenyamanan dan kemudahan berkendara.
Di awal kemunculannya, Leaf dibekali dengan baterai berkapasitas 24 kWh. Saat itu Leaf mampu meluncur di jalanan hingga sejauh 200 kilometer untuk sekali pengisian baterai. Setelah beberapa kali ditingkatkan, saat ini, baterai Leaf versi terbaru sudah berkapasitas 40 kWh. Dengan baterai itu, jarak tempuh Leaf mencapai 400 km.
Selain baterai, Nissan juga mengembangkan teknologi inverter untuk mobil itu. Di New Leaf, inverter yang dipasang berdaya 110 kW. Daya inverter itu meningkat 30 kW dari Leaf generasi sebelumnya. Dengan daya yang lebih besar, akselerasi mobil menjadi lebih responsif.
Mengemudi tanpa pedal rem
Dari segi kenyamanan mengemudi, Leaf versi teranyar ini dilengkapi dengan moda e-pedal. Moda e-pedal ini memungkinkan kita mengemudi tanpa menginjak pedal rem. Bahkan di turunan tajam ataupun menanjak, pengemudi tidak perlu menginjak pedal rem atau menarik rem tangan agar mobil tidak terperosok. Cukup lepas pijakan kaki dari pedal gas, maka mobil akan berhenti.
Sensasi berkendara tanpa menginjak pedal rem itu dirasakan Kompas dalam acara Nissan Futures yang digelar di Hongkong, 7-11 Maret 2019. Test drive mobil listrik terlaris di dunia itu dilakukan di jalanan umum Hongkong. Berbekal aplikasi peta online dan didampingi pemandu jalan, Kompas menyusuri 42 kilometer jalanan Hongkong
Jalanan Hongkong dengan aneka situasi dan kondisinya menjadi menu test drive kali itu. Mulai dari jalan macet hingga jalanan sempit dan berkelok-kelok seolah ingin menampilkan kinerja dan nyamannya mobil itu dalam pemakaian sehari-hari.
Saat pertama memasuki kabin belakang kemudi, sensasi teknologi e-pedal langsung ingin dirasakan. Begitu tombol e-pedal yang berada di dekat tuas persneling ditekan, lampu indikator e-pedal di area spedometer langsung menyala.
Kagok adalah kesan pertama saat mobil mulai berjalan di jalanan menurun untuk keluar dari area hotel di kawasan Kowloon. Saat melihat turunan tajam, otomatis kaki langsung berpindah ke pedal rem dan berharap sisa laju mobil bisa mencapai turunan. Namun, mobil malah langsung berhenti saat kaki belum menyentuh pedal rem.
Setelah beradaptasi, moda baru ini memberikan kenyamanan dan kemudahan berkendara. Terlebih saat melewati jalanan macet ataupun saat antre di jalanan menanjak. Bahkan saat harus berhenti di jalanan menanjak, kita tidak perlu menginjak pedal rem ataupun menekan tombol rem tangan.
Cukup lepaskan kaki dari pedal gas, maka mobil akan berhenti di tempat. Saat hendak bergerak lagi, tenaga motor listrik yang ada mampu membuat Nissan Leaf dengan mudah melaju kembali.
Nissan Leaf versi terbaru juga dilengkapi dengan fitur ProPilot. Fitur ini membuat mobil secara otonom dapat mengendalikan kemudi, akselerasi, dan pengereman. Fitur keamanan itu dapat berjalan karena Leaf dilengkapi dengan kamera dan sensor di sekeliling mobil.
Kamera dan sensor yang ada digunakan untuk mendeteksi marka jalan dan benda di sekitarnya. Data kedua perlengkapan itu menjadi sumber otomatisasi mobil, bahkan menjaga tetap di antara marka jalan saat melaju.
Bentuk Leaf yang ramping juga membuat mobil ini lincah melibas jalanan turun berkelok-kelok. Mobil ini menghadirkan ruang kabin yang senyap. Kesenyapan itu tercipta karena memang mobil listrik ini tidak menghasilkan suara mesin. Yang ada hanyalah desingan saat pedal gas diinjak.
Layak ditunggu
Selain mencoba Nissan Leaf, Nissan Futures juga diisi dengan rangkaian seminar sehari terkait teknologi dan mobilitas masa depan. Di awal acara seminar, Regional Senior Vice President Nissan Asia and Oceania Yutaka Sanada mengumumkan bahwa pada 2022 Nissan akan mengelektrifikasi satu dari empat mobil Nissan yang terjual di Asia dan Oceania. Selain itu, Sanada juga mengumumkan secara resmi bahwa pada 2020, Nissan akan mulai menjual Leaf di pasar Indonesia dan Filipina.
Pengumuman resmi itu tentunya menjadi angin segar bagi Indonesia. Di tengah usaha pemerintah untuk menekan polusi udara, kehadiran mobil listrik mungkin bisa menjadi salah satu solusi atas polusi udara di kota-kota di Indonesia. Kendaraan listrik memang membuat polusi udara di kawasan menjadi rendah.
Tengok saja di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, yang nyaris 100 persen mobilitas warga dilakukan dengan jalan kaki, sepeda, dan sepeda motor listrik. Di situ kebersihan udara dapat terjaga dengan baik.
Walaupun sebenarnya peraturan yang menjadi payung hukum kehadiran mobil listrik belum diterbitkan, kehadiran mobil listrik secara resmi di Indonesia layak ditunggu. Ditunggu untuk mengusir polusi udara yang ditimbulkan oleh penggunaan mobil berbahan bakar fosil.