Menyambut Sang Penyelamat Masa Depan Musik Rock
Band rock Greta Van Fleet menyabet penghargaan Album Rock Terbaik pada ajang penghargaan Grammy di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (10/2/2019) waktu setempat. Keberhasilan meraih anugerah musik paling wahid sejagat ini seakan menjadi legitimasi bagi mereka untuk menambatkan diri sebagai penyelamat dan masa depan musik rock yang sedang turun pamornya di tengah belantara rimba genre hip hop dan musik dansa elektronik.
Album Greta Van Fleet yang berjudul From The Fires berhasil menyisihkan album nominasi lainnya yang merupakan senior-seniornya di dunia musik rock. Mereka berhasil menyisihkan album Mania milik raja musik rock-emo yang menguasai pertengahan dekade 2000-an, Fall Out Boy.
Tidak hanya itu, Greta Van Fleet juga mengalahkan album Pacific Daydrem milik band rock yang malang melintang sejak dekade ’90-an, Weezer.
Lebih hebatnya lagi, kuartet asal Michigan, AS, ini baru terbentuk 2012, atau 1-2 dekade lebih muda daripada para seniornya itu. Adapun album From The Fires baru dirilis pada 2017. Artinya, hanya perlu dua tahun bagi Greta Van Fleet untuk meraih Grammy.
Tidak hanya itu, dengan memperoleh penghargaan ini, Greta Van Fleet menyejajarkan diri dengan Foo Fighters, Muse, U2, dan Coldplay yang juga pernah meraih penghargaan kategori ini pada tahun-tahun sebelumnya.
Pada malam penganugerahan Grammy, Greta Van Fleet juga mendapat nominasi dua kategori lain, yaitu Pendatang Baru Terbaik dan Penampilan Rock Terbaik. Namun, dua kategori itu jatuh kepada Dua Lipa sebagai Pendatang Baru Terbaik dan almarhum Chris Cornell untuk lagunya yang berjudul ”When Bad Does Good” pada kategori Penampilan Rock Terbaik.
Baca juga: Kacey Musgraves Memborong Piala Grammy
Tiga nominasi dan satu Piala Grammy membuat kuartet yang terdiri dari Josh Kiszka (vokal), Sam Kiszka (bas dan kibor), Jake Kiszka (gitar), dan Danny Wagner (drum) ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
”Adalah suatu hak istimewa untuk menerima penghargaan Grammy untuk kategori Album Rock Terbaik. Kami ingin mendedikasikan penghargaan ini kepada semua musisi yang menginspirasi dan memberikan musiknya kepada dunia,” ujar band ini dalam keterangan resminya yang diunggah di akun resmi Instagram mereka. Pada malam penganugerahan itu, Greta Van Fleet tidak dapat hadir untuk menerima piala itu.
Masa depan
Panggung utama Grammy malam itu memang bukan untuk musik rock, melainkan untuk musik RnB dan rap. Tak lain karena Childish Gambino yang berhasil mencatat sejarah dengan menjadi lagu rap pertama yang berhasil mendapat penghargaan Rekaman Tahun Ini dengan lagunya ”This is America”.
Nomine lain dalam kategori ini, seperti Drake dan Post Malone, pun punya genre serupa dengan Childish Gambino. Hal ini menandakan musik tinggi oktan ini memang sedang turun pamornya dibandingkan musik hip hop.
Baca juga: Childish Gambino dan Kacey Musgraves Sabet Empat Piala Grammy
Para pemenang dan nomine Grammy ini juga cerminan selera pasar musik dunia saat ini. Menurut aplikasi streaming musik Spotify, lagu yang paling banyak diputar di seluruh dunia pada 2018 adalah ”God’s Plan” yang dipopulerkan oleh Drake yang bergenre hip hop dan RnB. Nama-nama pemenang dan nomine Grammy yang bergenre non-rock juga menghiasi top 10 lagu yang paling sering diputar di Spotify, antara lain ”IDGAF” dari Dua Lipa dan ”Rockstar” dari Post Malone.
Namun, seperti halnya sikap rock yang cuek dan anti-kemapanan, fakta-fakta dominasi musik non-rock itu seakan dimentahkan Greta Van Fleet. Band ini punya persepsi berbeda soal musik rock saat ini.
”Ada sesuatu yang harus diungkapkan bahwa rock telah mengambil peran vital di abad ke-21. Sekarang sudah waktunya bagi mereka yang memiliki musiknya sendiri untuk bermain berisik dan kebangkitan akan kebebasan,” lanjut band. Sebuah pernyataan tegas dan ajakan bermusik rock dari sang penyelamat masa depan musik rock.
Jauh-jauh hari sebelum Greta Van Fleet mendapatkan penghargaan Grammy, gitaris rock legendaris Slash sudah memberikan perhatian dan pujian setinggi langit untuk Greta Van Fleet.
”Dan sudah jelas, Greta Van Fleet telah membuat hal yang luar biasa dan membuat orang terpukau dan berkata, ’Oh, wow! Kini orang mencari band rock n roll remaja,” ujar gitaris bernama asli Saul Hudson itu saat diwawancara Billboard Radio China, Desember lalu.
Mantan gitaris Guns n Roses dan Velvet Revolver itu mengatakan, pendekatan komersial membuat musisi rock saat ini banyak yang beralih ke musik campuran dengan teknologi digital. Menurut Slash, gejala ini membuat musik khususnya rock menjadi membosankan dan tumpul.
”Namun, kini ada sekelompok remaja muda dan lapar yang bisa membawa maju musik rock kembali,” ucap gitaris yang menduduki peringkat ke-65 gitaris terbaik dunia versi majalah Rolling Stone ini.
Led Zeppelin
Selain digadang-gadang sebagai penyelamat masa depan musik rock, ada satu hal lagi yang membetot perhatian publik akan Greta Van Fleet. Tidak lain dan tidak bukan, karena musik yang mereka bawakan terdengar sangat mirip dengan band rock era ’60 hingga ’70-an, Led Zeppelin. Sontak, publik menambatkan mereka sebagai reinkarnasi Led Zeppelin.
Tak hanya sama-sama berformasikan kuartet, Greta Van Fleet punya musik yang senada dengan Zeppelin. Pekikan suara Josh mengingatkan kita pada suara melengking vokalis Zeppelin, Robert Plant. Suara gitar overdrive dan bidikan not dari Jake senada dengan alunan nada Jimmy Page, sang gitaris Zeppelin.
Coba simak lagu mereka ”Highway Tune”. Nada tinggi bidikan Josh mengingatkan kita akan merdunya lolongan falset Robert di lagu ”Immigrant Song” yang dipopulerkan Zeppelin. Tengok juga ritme melodi gitar Jake pada lagu ”Black Smoke Rising”, mengingatkan kita pada pola not ”Whole Lotta Love” yang dimainkan Jimmy.
Bukan melulu soal musik yang mereka mainkan, penampilan Greta Van Fleet pun mengingatkan kita pada semangat generasi bunga yang ditularkan Zeppelin lebih dari empat dekade lalu. Rambut gondrong terurai, mengenakan celana cutbray, kemeja lengan panjang gombrong dengan motif bunga atau corak dengan berwarna cerah, semua jadi sajian Greta Van Fleet untuk menghibur penggemarnya.
Baca juga: BTS, Grup Kpop Pertama di Grammy Awards 2019
Josh dan Sam pun mengakui, Zeppelin merupakan salah satu pengaruh dalam proses kreatif mereka. Namun, Sam, sang basis dan kibordis, mengaku bukan Zeppelin yang menjadi idola pertamanya. Mereka tumbuh dengan mendengarkan para ”King” musisi blues, yaitu BB King, Albert King, dan Freddy King.
”Saya bahkan tidak tahu siapa Led Zeppelin sampai saya SMA,” ujar Josh dalam sebuah wawancara dengan Rolling Stone, Januari lalu. Namun, kemudian, mereka jatuh cinta dan serius mempelajari bagaimana Zeppelin melakukan segalanya.
Meski menjadi kekuatan mereka, kemiripan mereka dengan Zeppelin sering kali dinilai sebagai kelemahan mereka. Associate Culture Editor Majalah Esquire Matt Miller mengatakan, Greta Van Fleet tidak punya orisinalitas dan mudah terjebak tuduhan plagiarisme.
”Greta Van Fleet entah sudah membunuh musik rock atau menyelamatkannya. Tergantung bagaimana kamu mempertanyakannya,” tulis Matt dalam artikel berjudul ”I Feel Bad for Greta Van Fleet” yang terbit di situs Esquire, 8 Februari.
Apabila publik terbelah, entah menyukai atau membenci mereka, yang jelas Led Zeppelin yang dipadankan dengan band itu malah tidak merasa itu sebuah masalah. Bahkan, pujian dan pengakuan bahkan langsung datang dari personel Led Zeppelin.
”Mereka adalah Led Zeppelin! Aku benci mereka!” kelakar Robert Plant, sambil diiringi tawa, dalam sebuah wawancara yang diunggah di Youtube.
Sudah jelas, sang legenda mendukung kiprah kuartet anak muda ini. Apakah kelak Greta Van Fleet bisa betul-betul menyelamatkan musik rock? Mari kita simak sepak terjang mereka ke depan.