Mengendarai motor avontur yang tinggi besar dan bobot relatif berat memang menuntut keterampilan tersendiri, dan menjadi lebih menantang saat si pengendara bukan orang yang tinggi besar. Ini yang dialami saat Kompas mengeksplorasi salah satu lini produk avontur BMW, F 850 GS, yang segera masuk ke pasar Indonesia.
Unit yang kami gunakan adalah unit pertama yang ditampilkan PT Maxindo Moto-BMW Motorrad pada saat peluncuran di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 lalu. Spesifikasi unit display untuk pasar Israel ini sedikit berbeda dibanding unit versi global yang akan dipasarkan di Indonesia, seperti absennya quick shifter up/ down dan suspensi belakang elektronik Dynamic ESA. Nantinya untuk pasar Indonesia akan dihadirkan sepsifikasi lengkap.
Kehadiran F 850 GS melengkapi jajaran varian adventure dari pabrikan motor asal Jerman itu. Sebelumnya PT Maxindo Moto lebih dulu merilis tiga produk motor avontur BMW di Indonesia, yaitu G 310 GS, R 1200 GS dan R 1200 GS Adventure. F 850 GS ini didesain menyasar pasar kelas menengah di bawah R 1200 GS yang telah puluhan tahun merajai pasar motor avontur di Eropa.
Meski tampang motor ini sekilas mirip kakaknya, peruntukan F 850 GS lebih ke medan off road ringan. Hal ini terlihat dari ban standar yang menggunakan ban aspal Michellin Annakee III ukuran 90/90 R21 pada roda depan dan 150/70 R17 pada roda belakang.
Motor rakitan Berlin, Jerman, ini, muncul dengan beberapa perubahan dibanding pendahulunya, F 800 GS. Tampilan lampu DRL (daytime running light) berteknologi LED makin memperkuat ciri lampu depan asimetris motor BMW. Namun perubahan paling signifikan adalah mesin baru 853 cc yang masih mempertahankan konfigurasi dua silinder segaris DOHC delapan katup berpendingin radiator.
Mesin ini menghasilkan tenaga 95 HP pada putaran mesin 8.250 rpm. Tenaga ini lebih besar 10 HP dibandingkan F 800 GS. Adapun torsi yang dihasilkan mesin sebesar 92 Nm pada 6.250 rpm.
Posisi tangki juga berpindah dari bawah jok ke depan layaknya motor sport lain. Posisi knalpot dan rantai juga bertukar posisi dibanding F 800 GS yang terakhir dirilis tahun 2013. Kini knalpot berada di sisi kanan, sehingga pengendara lebih aman saat naik turun.
Berjejal teknologi
Selain memoles tampilan, BMW juga membekali F 850 GS dengan beragam teknologi canggih. Salah satunya adalah fitur keyless immobilizer dengan kunci terpisah, sehingga kunci cukup dimasukkan saku pengendara tanpa mencolok ke lubang kunci kontak. Kunci fisik hanya terpakai untuk membuka jok saja.
Menyalakan dan mematikan sistem elektronik motor serta mengunci setang kini cukup menekan tombol di bawah layar TFT 6,5 inci. Sekali tombol ini ditekan, tampilan grafis pembuka muncul diikuti informasi dasar di layar berlatar hitam. Tampilan layar tetap mudah dibaca meski kondisi siang hari yang terang sekalipun.
Kelebihan tampilan digital ini adalah tampilan yang ringkas dan sederhana, tetapi menampilkan beragam informasi penting selain kecepatan dan tachometer. Mulai dari mode pengendaraan, posisi gigi transmisi, tekanan ban depan-belakang, status aktivasi rem ABS, kecepatan rata-rata, konsumsi bensin rata-rata, temperatur mesin, jangkauan jelajah, hingga pengingat waktu servis.
Selain itu, motor ini juga mengaplikasikan teknologi BMW Motorrad Connectivity yang dapat dikoneksikan dengan ponsel dengan aplikasi dari BMW yang dapat mengaktivasi fitur GPS. Berbagai fitur keselamatan juga menjadi perangkat standar pada motor ini, mulai dari sistem pengereman ABS, kontrol stabilitas otomatis (ASC), kontrol traksi DTC Pro, suspensi elektronik semi-aktif Dynamic ESA, dan Shift Assist Pro untuk perpindahan transmisi tanpa harus menarik tuas kopling.
Eksplorasi mode kendara
Demi menikmati sensasi komprehensif dan elaborasi detail seluruh kemampuan motor, F 850 GS kami kendarai menuju Kota Bogor. Bersama seorang rekan yang juga menggunakan motor besar, kami memulai perjalanan melalui rute avontur dari Jatibening-Jatiasih-Ciangsana-Cibubur-Cimanggis-Cikeas-Tapos hingga berakhir di kawasan Sempur, Kota Bogor.
Motor yang akan dibanderol Rp 560 juta (off the road) ini sepenuhnya menggunakan ride by wire, jadi tak ada lagi kabel gas. Pengendara juga dapat memilih empat mode berkendara, yaitu Rain, Road, Dynamic dan Enduro (mode ekstra Enduro Pro akan tersedia untuk pasar Indonesia).
Dalam setiap mode, sistem pengontrol elektronik akan mengatur traksi ban, penyaluran tenaga mesin hingga aktivasi ABS sesuai karakter trek yang dilewati. Mode Road pertama dipilih untuk mengawali perjalanan. Sensasi pertama dari BMW ini adalah jambakan torsi 92 Nm disertai deru mesin yang terdengar layaknya auman singa.
Posisi pengendaraan yang tegak khas motor penjelajah membuat kenyamanan tetap terjaga untuk perjalanan jarak jauh. Setang yang lebar membuat posisi dada pengendara terbuka lebar dengan pandangan ke depan yang leluasa juga memudahkan manuver pengendalian.
Postur tinggi besar motor masih terasa bersahabat di jalanan perkampungan. Sesekali kejutan kecil dari pengguna jalan lain menuntut refleks pengereman yang menggunakan sistem besutan Brembo.
Memasuki kawasan Kota Wisata Cileungsi, hujan menyapa kami dan memaksa perjalanan berhenti sejenak. Setelah agak mereda, turing kami lanjutkan. Jalanan yang masih basah tak disia-siakan untuk menjajal mode Rain. Mode ini membuat karakter mesin lebih kalem dan grip ban lebih optimal.
Perjalanan pulang dari Bogor ke Jakarta kami memilih rute Kedung Halang-Pondok Rajeg-Margonda-Pasar Minggu mendekati tengah malam yang telah sepi dari kendaraan. Kondisi ini membuat leluasa menjajal kemampuan manuver di rute yang berkelok-kelok, halus dan cukup lebar.
Mode Dynamic yang dipilih memungkinkan eksplorasi tenaga yang lebih liar dibanding mode Road. Karakter mesin agresif F 850 GS terasa keluar dengan respon gas lebih spontan.
Konsumsi bahan bakar rata-rata berada di kisaran 18,5 km per liter, cukup hemat untuk ukuran dapur pacu motor besar ini. Konsumsi bahan bakar pastinya akan berubah menyesuaikan karakter pengendaraan.
Keesokan harinya GS kami ajak berkeliling di kawasan BSD untuk menjajal mode Enduro di trek tanah. Mode ini mengekspos sisi terliar dari karakter off road F 850 GS. Tenaga maksimum yang tersalur melalui rantai dengan intervensi minimal dari sensor kontrol traksi membuat ban belakang tak jarang spin dan membuat pantat motor meliuk-liuk ke kiri-kanan.
Posisi riding berdiri sangat nyaman untuk melibas gundukan-gundukan tanah dan parit. Travel 204 mm pada suspensi upside down di depan dan 219 mm di suspensi monoshock di belakang, ditunjang ukuran roda depan-belakang, membuat halangan di medan semakin mudah ditaklukkan.
Eksplorasi selama beberapa hari ini membawa kami pada kesimpulan, pengendalian F 850 GS tidak seintimidatif penampilannya yang bongsor. Kemampuan meliuk-liuk di antara lalu lintas ibu kota masih dapat diandalkan. Motor juga masih menyenangkan diajak off road ringan. CEO PT Maxindo Moto-BMW Motorrad Indonesia, Joe Frans, mengatakan akan melepas F 850 GS ke pasar sekitar bulan Desember 2018 ini.