Mati Satu Tumbuh Lima Mal di Semarang

Seorang penjaga berjalan lalu menaiki tangga eskalator menuju wahana permainan yang berada di lantai paling atas Transmart Studio. Suasana sepi dan gelap masih melingkupi arena yang beberapa tahun sebelumnya selalu riuh dengan tawa anak-anak. Sebuah fenomena yang harus dihadapi pusat perbelanjaan saat mulai ditinggalkan pengunjungnya dan ketika ada tempat baru lainya sedang populer.

Beberapa tahun terakhir suasana di Transmart yang berada di Jalan Setia Budi, Kota Semarang ini terasa berbeda. Di tengah ruang yang luas berpencahayaan redup, langkah kaki pengunjung terasa jarang dan suasana mal pun tampak sepi. Toko-toko yang biasanya ramai kini sepi dan beberapa di antaranya sudah lama menutup gerai, salah satunya terdapat restoran waralaba, Rabu (17/9/2025).

Kondisi ini seolah menjadi gambaran nyata ketatnya persaingan di dunia pusat perbelanjaan di Semarang. Apalagi pada masa pandemi yang berlangsung hampir tiga tahun itu juga mengubah banyak pola dan tren masyarakat. Transmart yang tersebar di beberapa sudut kota berakhir tumbang.

Fenomena ini bukan hal baru ketika Mal Sri Ratu yang sangat legendaris bagi warga Semarang harus berakhir pada tahun 2019. Nasib serupa juga terjadi dengan Plaza Simpanglima setelah mencoba bertahan dan pada tahun 2024 lalu semakin kalah bersaing di tengah tumbuhnya sejumlah mal baru yang membawa konsep dan tematik kekinian.

Sementara itu, DP Mall yang sempat tertatih-tatih untuk menarik pengunjung datang mengubah konsepnya. Mereka menghadirkan suasana baru dari kehadiran beberapa jenama terkenal dan memperluasnya. Salah satunya supermarket AEON yang baru saja dibuka sebulan ini dapat mengundang pengunjung berlipat-lipat dari sebelumnya.

Beberapa mal antara lain Queen City, Paragon, DP Mall, Ciputra, Java Mall, The Park, dan Tentrem harus bersaing ketat.Di tengah melemahnya daya beli masyakarat mereka harus mendatangkan pengunjung dengan beragam cara. Salah satu mal bahkan mengkonsep tren bergaya Korea dengan suasana dan hisasannya.

Program promosi juga menjadi jalan agar pengunjung tidak sekedar datang melainkan berbelanja. Sepinya transaksi jual beli di pusat perbelanjaan belakangan ini memunculkan istilah “Rojali” dan “Rohana” bagaimana menggambarkan pengunjung hanya melihat tanpa membeli atau berbelanja.

Di tengah maraknya pembangunan mall baru itu mereka harus bisa merebut hati pengunjung dengan memahami dan memenuhi kebutuhannya secara dinamis.