FotografiFoto CeritaMencipta Ruang Baru dari Kopi ...
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Bebas Akses

Mencipta Ruang Baru dari Kopi Jalanan

Ruang seadanya itu melahirkan ekosistem baru yang bukan hanya soal kopi, melainkan juga tentang ruang kreatif.

Oleh
RADITYA MAHENDRA YASA
· 2 menit baca

Kawasan perdagangan biasanya hidup ketika pagi hingga menjelang sore. Di rentang waktu itu kawasan perdagangan berdenyut dengan hiruk-pikuk transaksi. Menjelang malam, selepas pintu-pintu toko ditutup, suasana kawasan perdagangan itu berubah dengan hadirnya pedagang kopi jalanan. Fenomena tumbuhnya kopi jalanan yang bagaikan jamur di musim hujan menciptakan tren munculnya ruang publik baru di kawasan-kawasan tertentu.

Suasana siang Jalan Pekojan yang menjadi salah satu pusat perdagangan di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Suasana siang Jalan Pekojan yang menjadi salah satu pusat perdagangan di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Salah satu pedagang kopi keliling menunggu pembeli di Jalan Pekojan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Salah satu pedagang kopi keliling menunggu pembeli di Jalan Pekojan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Mereka menyulap dan menggunakan trotoar sebagai arena berdagang. Saat siang trotoar penuh dengan hiruk-pikuk kuli angkut dan di malam hari bersalin rupa sebagai tempat menikmati segelas kopi susu. Ruang santai tercipta dari gelaran tikar dan kursi-kursi plastik yang ditata sepanjang trotoar Jalan Pekojan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Menjelang senja, gelombang keramaian mulai terasa ketika sekelompok anak muda berdatangan. Berada di bawah cahaya remang penerangan Jalan Pekojan, riuh tawa terdengar dan obrolan hangat mengalir bersama alunan musik dari pengeras suara sederhana.

Tren kopi jalanan atau lebih dikenal dengan sebutan street coffee bukan sekadar menjual dan menikmati minuman. Di lokasi ini juga terbentuk ekosistem sosial baru. Anak muda yang beberapa bulan ini berkumpul dan meramaikan tempat itu juga turut membentuk ruang publik baru di tengah perkotaan.

Sebuah kedai kopi dengan koleksi buku-bukunya di kawasan Stadion Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Sebuah kedai kopi dengan koleksi buku-bukunya di kawasan Stadion Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Jauh sebelum Pekojan, kawasan Simpang Lima dan Jalan Pahlawan lebih dulu tumbuh. Hal ini tak lepas dari menjamurnya bisnis perkopian yang menyebar ke sudut-sudut kota. Anak-anak muda bermodal minimalis menggunakan kreativitas untuk merintis usaha tanpa perlu sewa tempat.

Pengunjung menikmati suasana menjelang malam dengan membaca buku dengan mengunjungi sebuah kedai di Jalan Pekojan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pengunjung menikmati suasana menjelang malam dengan membaca buku dengan mengunjungi sebuah kedai di Jalan Pekojan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Salah satu lapak kopi jalanan, Dananjaya, menjadi salah satu tujuan anak muda Semarang. Mereka datang ke Dananjaya setelah tertarik dengan atraksi yang ditampilkan. Awalnya Dananjaya menampilkan disk jockey yang meramu beragam musik untuk menghibur dan merebut hati anak muda Semarang.

Dinda (21), mahasiswi dari kampus swasta yang datang bersama tiga temannya, mengaku penasaran setelah menonton konten digital tentang viralnya Pekojan sebagai tempat berkumpul. Sementara aktivitas sehari-hari di Pekojan merupakan kawasan perdagangan, antara lain bahan bangunan dan onderdil otomotif, yang tutup saat sore dan lengang menjelang malam.

Kendaraan roda tiga dimanfaatkan sebagai lapak kopi keliling dengan berjualan di tepi jalan kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Kendaraan roda tiga dimanfaatkan sebagai lapak kopi keliling dengan berjualan di tepi jalan kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Pengunjung di salah satu lapak kopi keliling yang memanfaatkan jalan sebagai area jualan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Pengunjung di salah satu lapak kopi keliling yang memanfaatkan jalan sebagai area jualan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Tren ini mencerminkan kebutuhan masyarakat perkotaan akan tempat yang tidak sekadar berfungsi secara komersial. Ruang yang terbentuk secara organik ini menggerakkan perekonomian mikro dengan pedagang kecil di sekitarnya.

Kehadiran tempat baru ini juga menjadi ruang sosial dan budaya yang bertemu, berbagi, serta berekspresi khas anak muda. Dengan memanfaatkan ruang yang ada itu, mereka melahirkan ekosistem baru yang bukan hanya soal kopi, melainkan juga tentang ruang ekonomi kreatif bersama.

Santai menikmati sore dengan nongkrong di salah satu lapak kopi jalanan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Santai menikmati sore dengan nongkrong di salah satu lapak kopi jalanan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Segelas <i>caffe latte, </i>minuman berbasis kopi espreso yang diberi susu, sebagai salah satu menu wajib salah satunya di lapak kopi jalanan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Segelas caffe latte, minuman berbasis kopi espreso yang diberi susu, sebagai salah satu menu wajib salah satunya di lapak kopi jalanan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/9/2025).

Memuat data...
Memuat data...
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699