RI Tingkatkan Komitmen Dagang dengan ASEAN dan Peru
Deklarasi ASEAN tentang Peningkatan Konektivitas Rantai Pasokan dihasilkan untuk memperkuat Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia meningkatkan komitmen perdagangan barang dengan negara-negara lain anggota ASEAN dan kerja sama ekonomi dengan Peru. Hal itu dilakukan, baik melalui pemutakhiran perjanjian perdagangan barang maupun pembuatan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif.
Di tingkat Asia Tenggara, RI bersama negara-negara lain anggota ASEAN tengah merundingkan peningkatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA). Pemutakhiran perjanjian yang diteken pada 2010 itu mencapai kemajuan signifikan dalam pertemuan Dewan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) ke-38 di Vientiane, Laos, pada 16 September 2024.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono, Rabu (18/9/2024), mengatakan, Komite Negosiasi Perdagangan (TNC) ATIGA berhasil menyelesaikan sejumlah bab peningkatan perjanjian itu. Dua di antaranya terkait implementasi penuh Surat Keterangan Asal Elektronik (e-SKA) Form D dan penyelesaian kasus hambatan nontarif (NTMs) perdagangan barang.
”Indonesia mendukung penuh penerbitan dan penerimaan e-SKA dan penyelesaian kasus NTMs. Kami juga mendorong peluang kerja sama Sistem Satu Jendela ASEAN dengan mitra dialog ASEAN,” ujarnya melalui siaran pers.
Djatmiko juga menyatakan Indonesia perlu mendukung TNC ATIGA melanjutkan perundingan dan membahas isu yang belum mencapai kesepakatan. Ia berharap peningkatan ATIGA tersebut dapat ditandatangani atau disahkan pada 2025.
Djatmiko juga menyaksikan penyerahan Protokol Kelima Amandemen Perjanjian Investasi Komprehensif ASEAN (ACIA). Secara umum, Protokol Kelima Amandeman itu mengatur perubahan mekanisme liberalisasi investasi.
”Protokol itu juga memperkuat investasi di kawasan agar ASEAN menjadi tujuan investasi yang paling menarik bagi investor. Dalam waktu dekat, Menteri Perdagangan RI akan mewakili Indonesia menandatangani protokol tersebut di Jakarta dalam waktu dekat,” katanya.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diperkuat. Salah satunya melalui Deklarasi ASEAN tentang Peningkatan Konektivitas Rantai Pasokan.
Kedua kegiatan itu merupakan rangkaian dari Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-56 yang berlangsung pada 15-22 September 2024 di Vientiane. Dalam Keketuaan Laos di ASEAN pada 2024, Laos menekankan peran sentral ASEAN dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan, baik secara regional maupun dalam rantai pasokan global.
Dalam konteks itu, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diperkuat. Salah satunya melalui Deklarasi ASEAN tentang Peningkatan Konektivitas Rantai Pasokan. Deklarasi itu akan diserahkan para pemimpin negara ASEAN pada Pertemuan MEA ke-24 dan Konferensi Tinggkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-44 dan ke-45 yang dijadwalkan pada 6-11 Oktober 2024.
Selain di tingkat regional, RI juga berupaya meningkatkan kerja sama ekonomi dengan negara-negara yang menjadi pasar ekspor nontradisional. Salah satunya dengan Peru, yakni dengan membuat Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif RI-Peru (IP-CEPA). Putaran ketiga perundingan perjanjian tersebut berlangsung di Jakarta pada 17-20 September 2024.
Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal PPI Kemendag Johni Martha menuturkan, RI-Peru berkomitmen mempercepat negosiasi kesepakatan substansial IP-CEPA. Rencananya, kesepakatan substansial perjanjian itu akan diumumkan pemimpin kedua negara dalam Pekan Pemimpin Ekonomi APEC (AELW) di Peru pada November 2024.
“Kami berkomitmen menyelesaikan perundingan IP CEPA ini dengan sebaik-baiknya. Melalui IP CEPA nanti, Indonesia memiliki peluang emas memperluas pasar ke Amerika Latin, terutama untuk produk manufaktur dan pertanian,” tutur Johni yang juga menjadi Ketua Tim Perunding IP-CEPA Indonesia.
Johni menjelaskan, beberapa poin penting perundingan IP-CEPA adalah akses pasar, aturan teknis, keamanan pangan, dan pengurangan hambatan nontarif. Poin-poin yang dibahas oleh tujuh kelompok kerja diharapkan kelar sesuai tenggat waktu yang sudah disepakati dalam Rencana Kerja Perundingan IP-CEPA.
Direktur Asia, Oseania, dan Afrika Kementerian Luar Negeri Peru sekaligus Pemimpin Delegasi Peru Gerardo Meza menyatakan, Peru memiliki keyakinan yang sama dengan Indonesia dalam upaya menjajaki peluang perdagangan kedua negara. IP-CEPA menjadi batu loncatan penting dalam penguatan hubungan dagang kedua negara.
”Banyaknya pengusaha Peru yang hadir dalam Forum Bisnis Indonesia, Amerika Latin, dan Karibia (INALAC) pada 11-13 September 2024 di Lima, Peru. Ini membuktikan tingginya minat dan kepercayaan mereka terhadap potensi kerja sama ekonomi dengan Indonesia,” katanya.
Kemendag mencatat, dalam lima tahun terakhir (2019–2023), tren perdagangan RI-Peru tumbuh positif dengan rerata kenaikan sebesar 19,8 persen. Peru menjadi negara tujuan ekspor nonmigas ke-45 bagi Indonesia. Peru juga menempati peringkat ke-73 sebagai negara asal impor Indonesia.
Pada 2023, total perdagangan kedua negara mencapai 444,3 juta juta dollar AS. Ekspor RI ke Peru sebesar 367,4 juta dollar AS dan impor RI dari Peru senilai 77 juta dollar AS. Dengan begitu, RI membukukan surplus dagang dengan Peru sebesar 290,4 juta dollar AS.
Ekspor utama RI ke Peru antara lain berupa kendaraan bermotor, biodiesel, alas kaki, dan kertas. Adapun impor utama RI dari Peru antara lain adalah biji kakao, anggur segar dan kering, pupuk mineral fosfat, seng tidak ditempa, dan terak ampas logam.Baca juga: Implementasi IC-CEPA Didorong, Importir Chile Dirangkul