Pariwisata Terdampak Pelemahan Daya Beli Masyarakat
Jumlah wisatawan pada libur panjang akhir pekan melonjak. Namun, selama Januari-Agustus, jumlah wisatawan berkurang.
JAKARTA, KOMPAS – Pelemahan daya beli masyarakat berimbas pada industri pariwisata. Jumlah rata-rata kunjungan masyarakat ke tempat-tempat wisata selama Januari-Agustus 2024 lebih sedikit ketimbang periode sama pada 2023.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pelemahan daya beli cukup berpengaruh bagi industri pariwisata. Mulai dari jasa perhotelan, restoran, mal dan pusat perbelanjaan, hingga tempat rekresasi merasakan tekanan ini.
”Kalau secara umum untuk hotel, (okupansi) hotel daerah wisata, seperti Bali, masih bagus. Nah, memang kalau daerah lain itu turun. Saat long weekend memang ramai, tetapi begitu masuk sesudah long weekend itu turun lagi, secara umum begitu,” tutur Hariyadi, yang juga Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), saat dihubungi dari Jakarta, Senin (16/9/2024).
Baca juga: Daya Beli Merosot, Konsumsi Masyarakat di Awal Tahun Terhambat
Tingkat okupansi hotel dan tempat acara, menurut Hariyadi, berkurang. Selain permintaan dari masyarakat, persoalan ini disebabkan pemerintah memangkas anggaran perjalanan dinas. Langkah sama dilakukan korporasi yang menahan pengeluarannya karena melakukan banyak efisiensi.
Untuk mal atau pusat perbelanjaan, pembelian di luar makanan dan minuman, turun signifikan. ”Makanan dan minuman masih bertahan, tetapi juga tidak bertambah,” kata Hariyadi.
Turun
Dampak penurunan daya beli masyarakat juga dialami industri taman hiburan. PT Taman Impian Jaya Ancol, misalnya, mencatat jumlah kunjungan pada Januari-Agustus 2024 tak setinggi tahun lalu dalam periode yang sama. Penyusutannya sekitar 6 persen.
”Kalau pengunjung masih sedikit di bawah tahun lalu. Secara umum, sepertinya daya beli masyarakat sedang menurun atau mungkin menahan untuk spending,” ujar Kepala Humas Ancol Ariyadi Eko Nugroho.
Kondisi serupa dialami taman hiburan lain, PT Taman Safari Indonesia (TSI). Jumlah kunjungan ke lokasi wisata yang menampilkan beragam satwa itu juga menyusut ketimbang tahun lalu.
Baca juga: Daya Beli Kelas Menengah Bisa Semakin Lemah karena Kebijakan Pemerintah
Senior Vice President TSI Alexander Zulkarnain mengatakan, penurunan ini dialami pula pada sejumlah kebun binatang yang pengelolaannya di bawah TSI. Sejumlah peristiwa nasional pada 2024 berkontribusi.
Misalnya, hajatan besar politik, mulai dari pemilihan umum presiden-wakil presiden dan legislatif hingga kepala daerah. Libur sekolah yang berdekatan dengan libur Lebaran meningkatkan volatilitas kunjungan karena pengeluaran cenderung menjadi satu dan tanpa jeda.
”Hal ini terjadi pada semua industri pariwisata. Semoga berubah pada semester dua ini,” kata Alexander yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, deflasi pada Mei 2024 sebesar 0,03 persen secara bulanan. Angkanya makin dalam pada Juni 2024 sebesar 0,08 persen. Data tak kunjung membaik pada Juli 2024 yang bahkan tembus 0,18 persen. Deflasi berlanjut pada Agustus 2024, yakni 0,03 persen.
”Deflasi empat bulan berturut-turut pertanda krisis. Kalau menurut saya, agar ekonomi pariwisata terdongkrak dari sisi supply, harga tiket pesawat jangan naik melalui tarif Pajak Pertambahan Nilai, tarif tol jangan dinaikkan lagi, dan berbagai kebijakan mengarah easy money policy,” ucapnya.
Jika tak ada intervensi kebijakan dari pemerintah untuk easy money policy, saya rasa sampai akhir tahun target pertumbuhan ekonomi (5 persen) tak tercapai.
Tingkat suku bunga, ia berpendapat, dapat diturunkan. Dengan demikian, investasi pada industri pariwisata terus berlangsung sehingga membuka lapangan pekerjaan baru.
”Jika tak ada intervensi kebijakan dari pemerintah untuk easy money policy, saya rasa sampai akhir tahun target pertumbuhan ekonomi (5 persen) tak tercapai. Kemudian, makin banyak kelas menengah yang jatuh miskin,” ujar Esther.
Libur panjang
Meski terjadi pelemahan daya beli, sebagian masyarakat masih rela mengeluarkan uang untuk pergi ke taman rekreasi pada libur akhir pekan tiga hari berturut-turut, 14-16 September. Tempat-tempat wisata dipadati pengunjung saat libur panjang akhir pekan.
Anindita (28), pekerja asal Bandung, Jawa Barat, adalah salah satunya. Ia berhemat untuk menambah kantong anggaran berlibur. Lewat hemat ketat, ia mampu mengalokasikan dana pengeluaran untuk hiburan pada 2024 lebih besar ketimbang 2023.
Baca juga: Berlibur atau Berhemat?
Ia sudah merencanakan keuangan keluarga untuk kebutuhan rekreasi sejak 2023. Ia mengatakan, anggaran hiburan untuk berjalan-jalan, termasuk ke taman rekreasi, berasal dari tabungan dan realokasi dari anggaran hiburan lain, seperti berbelanja dan nongkrong di kafe.
”Karena uang-uang yang biasa dipakai untuk nongkrong beli kopi, nonton, atau window shopping disimpan agar saat berlibur bisa lebih aman,” kata Anindita.
Ia juga menghemat anggaran makanan. Sebelumnya ia menghabiskan rata-rata Rp 100.000 per hari. Kali ini, ia berhemat dengan pengeluaran rata-rata Rp 75.000 per hari.
Pada Sabtu (14/9/2024), sekitar 3.000 pengunjung memadati Solo Safari. Angkanya meningkat pada Minggu (15/9/2024), tembus 4.000 pengunjung. Target serupa ditetapkan pada hari ini. Tak hanya Solo Raya, para pengunjung didominasi dari kota-kota lain, seperti Yogyakarta, Semarang, Sragen, bahkan Surabaya.
Selama ini, pengelola Solo Safari mencatat 1.000-2.000 pengunjung hadir saat kondisi normal atau low season. Mayoritas pengunjung berasal dari kota-kota di sekitar Surakarta.
”Sangat menarik fenomenanya. Salah satunya di Solo Safari, Jawa Tengah, yang mengalami kenaikan penunjung. Kebanyakan yang datang itu frequent independent traveler atau walk in (langsung beli tiket di tempat). Biasanya kalau daya beli melemah, yang pertama kali terdampak walk in ini,” tutur Alexander.
Baca juga: Pengelola Taman Wisata Siapkan Wahana, Pengunjung Siapkan Kocek
Lonjakan jumlah pengunjung juga terjadi di Tama Impian Jaya Ancol. Menurut Ariyadi, 55.200 pengunjung tercatat pada Sabtu dan 62.000 orang pada Minggu. Pada Senin, jumlahnya diprediksi sekitar 40.000 pengunjung, setara dengan akhir pekan reguler. Senin sampai dengan pukul 09.00 WIB, sekitar 11.000 pengunjung tercatat memasuki kawasan Taman Impian Jaya Ancol.
Guna mendongkrak kunjungan, pengelola menggelar beragam promosi. Beberapa di antaranya promo khusus pengguna bus Transjakarta, liburan hemat, serta konser musik.
”Kami berharap, pemerintah dan para stakeholder dapat terus mendukung terciptanya stabilitas ekonomi kondusif, dapat menjaga daya beli masyarakat tetap kuat. Sinergi antara pemerintah, swasta, dan pelaku industri rekreasi juga penting guna melahirkan program promosi yang menarik dan terjangkau,” kata Ariyadi.