Truk Listrik Mulai Gencar Ditawarkan untuk Industri Tambang
Selain lebih ramah lingkungan, truk listrik diklaim lebih murah biaya perawatan ketimbang truk solar.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Truk listrik mulai gencar memasuki pasar kendaraan alat berat, khususnya untuk industri pertambangan. Penetrasinya masih sedikit dan masih jauh dari pangsa pasar truk solar. Sejumlah produsen berinisiasi menawarkan truk listrik kepada perusahaan-perusahaan tambang. Selain lebih ramah lingkungan, biaya perawatan diklaim lebih murah ketimbang truk solar.
Salah satunya oleh PT Panca Mega Makmur (PMM) sebagai agen pemegang merek (distributor) XCMG, BUMN asal China yang fokus memproduksi alat berat. Pada pameran Mining Indonesia 2024 di Jakarta, Rabu (11/9/2024), PMM mengenalkan dua jenis dam truk listrik, masing-masing seberat 70.000 kilogram (kg) dan 105.000 kg.
Presiden Direktur PT Gaya Makmur Mobil (GMM), perusahaan induk PMM, Frankie Makaminang, mengatakan, baterai dua truk listrik itu masing-masing berkapasitas 350 kilowatt jam (kWh) dan 423,87 kWh. Baterai dapat digunakan hingga jarak 100-150 kilometer. Apabila baterai habis, ada dua pilihan, yakni pengsian dengan isi daya cepat (fast charging) dan ditukar di stasiun penggantian atau swap station.
”Untuk fast charging, hanya memerlukan waktu 1 jam-1,5 jam hingga baterai kembali ful (penuh). Sementara untuk swap station, proses penggantian baterai hanya memakan waktu 5 menit. Jadi, pengusaha biasanya membeli unit (dam truk listrik) sekalian dengan charging station atau swap station jika memang ingin lebih cepat,” katanya.
Frankie menambahkan, dam truk untuk pertambangan digunakan di area terpencil dengan rute perjalanan yang sudah dapat dipastikan. Dengan demikian, stasiun pengisian baterai biasanya disiapkan di setiap titik keberangkatan truk-truk di lokasi tambang.
Setidaknya sudah ada 26 unit dam truk listrik PMM yang sudah terjual. ”Sepuluh unit terjual kepada kontraktor pertambangan di Kalimantan Selatan, bagian dari grup Sinar Mas. Juga oleh Semen Merah Putih di Bayah (Banten), sebanyak 16 unit,” lanjut Frankie. Adapun truk listrik XCMG tersebut dirakit dan diimpor langsung dari pabrik di China.
Kendati saat ini truk solar masih tetap dominan, ia yakin, ke depan truk listrik akan banyak diminati.
Menurut Frankie, selain lebih ramah lingkungan, operasional dan perawatan dam truk listrik lebih murah ketimbang truk dengan bahan bakar minyak (BBM). Kendati saat ini truk solar masih tetap dominan, ia yakin, ke depan truk listrik akan banyak diminati.
”Ini juga bentuk dukungan pada program pemerintah dalam menekan emisi gas rumah kaca. Saat ini, kan, masih banyak truk tua yang menyumbang polusi. Namun, ke depan, seiring program pemerintah, para pengusaha juga akan masuk ke kendaraan listrik, termasuk truk. Kami juga berencana menjual truk di jalan raya, seperti kargo. Sedang disiapkan,” katanya.
GMM merupakan distributor tunggal (sole distributor) truk First Automobile Work (FAW), BUMN manufaktur otomotif asal China, di Indonesia. Sejumlah truk FAW juga dipamerkan GMM di pameran Mining Indonesia 2024.
Pasar spesifik
Perusahaan lain yang menawarkan dam truk listrik ialah Sany Heavy Industri Indonesia, produsen alat berat yang menginduk pada perusahaan alat berat asal China, Sany. Di China, dam truk listrik sudah dipasarkan oleh Sany sejak sekitar 10 tahun lalu. Di Indonesia, mereka mulai memasarkannya selama 1-2 tahun terakhir.
”Secara umum, (terkait alat berat listrik) kami menawarkan dua produk, yakni dam truk dan truck crane. Sejumlah perusahaan sudah menggunakannya, termasuk Johnlin (kontraktor pertambangan batubara asal Kalsel) yang telah memakai 30 unit,” kata National Key Account Manager PT Sany Heavy Industry Indonesia Frananda SJ.
Menurut Frananda, kemudahan yang ditawarkan dalam operasi dam truk listrik adalah pengisian ulang daya yang hanya sekitar 1 jam atau penggantian baterai (battery swap) yang hanya 5 menit. Namun, diakuinya, porsi penjualan dam truk listrik masih relatif kecil dari keseluruhan penjualan truk dan alat berat Sany di Indonesia.
”Ini lebih ke niche market atau market yang lebih kecil. Namun, sebagai salah satu pionir, kami akan terus mengembangkannya, dengan fokus atau berorientasi pada customer,” kata Frananda.
Adapun pameran Mining Indonesia, bagian dari Indonesia Energy and Engineering (IEE) 2024, menjadi ajang ekshibisi berbagai produsen alat berat dan peralatan yang berkait dengan pertambangan di Indonesia. Salah satu concern pemerintah, terkait dengan peralatan dan kendaraan yang berkait dengan pertambangan, yakni mengenai kepastian standar yang sesuai drngan regulasi.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kementerian Perindustrian Andi Rizaldi mengatakan, pihaknya memastikan bagian dari alat berat, termasuk ekskavator dan dam truk, mengikuti standar nasional Indonesia. Artinya, komponen-komponen yang ada harus terstandar, salah satunya agar tetap bisa menjamin keselamatan dalam operasi.
Di sisi lain, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) juga terus dipastikan. ”Kami terus mendorong ini. Sebab, ke depan, semakin hilir (dalam komponen) seharusnya semakin banyak untuk dikerjasamakan agar bisa dikembangkan yang lokalnya,” katanya.