Secara umum, penghasilan pasif akan dapat diperoleh apabila seseorang berhasil memiliki aset produktif.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·3 menit baca
Beberapa waktu lalu saya menanyakan kepada pengikut di akun Instagram @pritaghozie tentang apa penghasilan pasif versi Anda? Jawabannya bervariasi mulai uang sewa dari rumah kos, kupon dari obligasi, tambahan penghasilan sebagai dosen, hingga komisi penjualan sebagai afiliasi toko online. Berdasarkan ratusan respons yang masuk akhirnya saya pun berkesimpulan bahwa pemahaman mengenai konsep penghasilan pasif perlu disampaikan lebih lanjut.
Menurut kamus keuangan, penghasilan pasif adalah uang yang diperoleh seseorang tanpa perlu bekerja secara aktif, dihasilkan oleh sesuatu yang sudah ada, dan terus bekerja untuk pemiliknya. Hal ini sangat berbeda dengan penghasilan aktif yang dihasilkan dari bekerja secara aktif, membutuhkan waktu, tenaga, serta keahlian untuk mendapatkannya. Penghasilan pasif menduduki posisi penting dalam piramida keuangan karena porsi penghasilan pasif terhadap kebutuhan biaya hidup akan menentukan kebebasan finansial sebuah rumah tangga.
Sebagai contoh, berdasarkan survei biaya hidup tahun 2022 oleh Badan Pusat Statistik, sebuah rumah tangga memiliki kebutuhan biaya hidup dasar sejumlah Rp 14,88 juta (untuk 4 anggota keluarga). Dengan demikian, jika diasumsikan tingkat inflasi adalah rerata 10 persen per tahun, maka tahun 2024 ini kebutuhannya menjadi Rp 18 jutaan untuk 1 keluarga.
Maka, secara keuangan dikatakan mencapai level financially secured bilamana rumah tangga memiliki penghasilan aktif minimal sejumlah Rp 18 juta per bulan. Namun, apa yang akan terjadi apabila pencari nafkah memasuki masa pensiun? Inilah alasan mengapa membangun aset yang bisa menghasilkan penghasilan pasif menjadi sangat penting selagi usia produktif.
Setiap rumah tangga perlu mengevaluasi sumber pemasukan saat ini. Penghasilan aktif biasanya diterima dalam bentuk gaji, komisi, honor atas pekerjaan, bahkan keuntungan dagang secara harian. Sedangkan penghasilan pasif diperoleh dari suatu aset aktif atau juga dikenal dengan istilah aset produktif yang dapat berupa keuntungan investasi, hasil sewa atas properti, dividen dari kepemilikan saham, dan lainnya. Semakin besar komposisi porsi penghasilan pasif rumah tangga, maka semakin dekat statusnya dengan kebebasan finansial.
Aset produktif
Secara umum, penghasilan pasif akan dapat diperoleh apabila seseorang berhasil memiliki aset produktif. Cara membangunnya adalah di masa produktif seseorang perlu menyisihkan sebagian dari penghasilannya. Pilihan aset produktif dapat berupa aset keuangan dan aset tetap.
Aset keuangan yang dapat memberikan penghasilan pasif contohnya adalah instrumen pendapatan tetap seperti obligasi, sukuk, maupun SBN ritel. Penghasilan diberikan dalam bentuk kupon yang tergantung instrumennya ada yang dibayarkan bulanan, atau dalam frekuensi lainnya.
Faktor risiko yang perlu menjadi pertimbangan adalah risiko gagal bayar dari instrumen ini serta faktor risiko tingkat suku bunga acuan. Catatan khusus untuk pemilik SBN Ritel yang tidak dapat diperdagangkan adalah harus mempertimbangkan kebutuhan dana likuid karena instrumen ini tidak bisa dijual sebelum jatuh tempo, kecuali ada jendela penjualan.
Opsi aset keuangan lain yang juga diminati adalah saham yang dapat memberikan potensi dividen. Penghasilan ini secara umumnya diberikan tahunan, tapi dengan catatan bilamana perusahaan memutuskan untuk membayarkan dividen tunai kepada pemilik saham. Faktor risiko berinvestasi saham secara umum adalah fluktuasi harga saham dan faktor risiko dari kinerja perusahaannya.
Seseorang yang kurang dapat memahami aset keuangan biasanya akan memilih berinvestasi dalam bentuk aset produktif berjenis aset tetap. Pilihan paling populer bagi generasi X adalah memiliki properti yang disewakan seperti rumah kos, rumah kontrakan, maupun apartemen. Bahkan, di jaman sekarang juga cukup banyak yang tertarik menjadikan properti keluarga menjadi fasilitas hunian jangka pendek untuk kebutuhan wisata.
Faktor risiko yang perlu diperhatikan adalah biaya investasi awal plus biaya operasional versus penghasilan, biaya pajak serta perijinan, dan pengurusannya. Berbeda dengan aset keuangan, untuk aset produktif berjenis aset tetap maka pemilik tetap harus mengurus dan mengelola secara aktif.
Pahami bahwa aset produktif ini akan berbeda dengan aset investasi lain yang memang telah memiliki peruntukan khusus seperti dana pendidikan anak. Kesalahan seseorang di usia produktif adalah tidak mengelompokkan aset dan tidak mengalokasikan untuk tujuan keuangan tertentu. Sebagai contoh, selama 15 tahun saya berpraktik sebagai perencana keuangan, kebanyakan generasi X yang akan memasuki masa pensiun menyatakan bahwa mereka telah menabung sejumlah aset untuk masa depan.
Namun, saat saya ajak mereka mengevaluasi pencapaian tujuan keuangan, ternyata aset-aset tersebut akan terpakai untuk memenuhi kebutuhan tujuan keuangan dasar seperti dana sekolah anak yang belum lulus saat orangtuanya pensiun, pelunasan rumah, pernikahan anak, maupun keinginan naik haji. Sehingga, aset-aset tersebut pun akan dijual atau dilikuidasi sehingga tidak lagi dapat memberikan penghasilan pasif.
Perjalanan membangun penghasilan pasif membutuhkan waktu yang tidak instan. Di awal karir, fokus utama sebaiknya diarahkan untuk memastikan fondasi keuangan kokoh. Setelahnya, seseorang dapat mulai bergerak fokusnya ke proses menabung dan berinvestasi ke berbagai aset seiring kenaikan karir. Saya selalu mengingatkan, bukan masalah siapa yang tercepat, tetapi siapa yang mampu bertahan dalam kesejahteraan. Live a Beautiful Life!