JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah tokoh nasional dan pejabat pemerintahan melayat ke rumah duka almarhum ekonom senior Faisal Basri, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024). Mulai dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Boediono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, hingga para kolega berdatangan ke rumah duka. Mereka mengenang Faisal sebagai tokoh pemikir dan pengkritik pemerintah yang selalu menggunakan data dan analisis fakta.
Meninggal di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta, Kamis (5/9/2024), pukul 03.50 WIB, pemilik nama asli Faisal Batubara ini meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Adapun nama Basri diambil dari nama ayahnya sebagai bentuk penghormatan. Lahir di Bandung pada 6 Februari 1959, Faisal memiliki darah Batak Mandailing dari ayahnya.
Ekonom senior yang dikenal dengan pemikirannya yang tajam, lugas, dan blak-blakan itu meninggalkan kesan begitu mendalam bagi sejumlah orang. Kiprahnya yang tak hanya melulu di bidang ekonomi, tetapi juga politik praktis, membuat ia memiliki banyak teman.
Berikut petikan kesaksian para kolega atas kepergian Faisal Basri yang dirangkum harian Kompas.
”Saya mengenal Faisal sebagai intelektual di bidang ekonomi yang berani. Tidak banyak orang pintar yang berani menyuarakan pendapatnya di depan umum, terlebih kepada pemerintah,” kata Wakil Presiden Ke-10 dan Ke-12 RI Jusuf Kalla.
”Orang yang berani dan pintar dibutuhkan oleh negara mana pun untuk mengkritik pemerintah. Tapi, harus dengan ilmiah, dasarnya perlu ilmiah, konsekuen dengan data, dan berani. Tidak banyak yang bisa begitu. Itulah Pak Faisal Basri yang kita kehilangan pada hari ini,” ujar Kalla.
”Beliau ekonom yang saya kira luar biasa, dari segi pengetahuan dan juga dari segi praktik. Beliau itu banyak sekali kegiatan di lapangan yang sangat bermanfaat bagi kita semua. Jadi, saya merasa kehilangan sosok sahabat yang memiliki pemikiran jernih dan tajam,” ujar Wakil Presiden Ke-11 RI Boediono.
”Saya mengenal sosok Faisal Basri sebagai seorang analis yang memiliki keberpihakan jelas atas kebenaran dan kebaikan. Hal ini saya alami dalam perjalanan bersama Faisal ke Sumatera Utara untuk membela rakyat kecil dalam persoalan tanah,” ucap Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 Anies Baswedan.
”Beliau tidak hanya menjadi analis yang netral, tapi analis yang memiliki sikap, analis yang memiliki pandangan. Itulah yang membuat Pak Faisal Basri menjadi berbeda. Kita sebagai bangsa merasa bersyukur bahwa pernah ada anak bangsa yang tampil menjadi ekonom pejuang. Seseorang yang menjadi inspirasi. Kita semua kehilangan,” kata Anies.
”Bang Faisal ini, menurut saya, satu tokoh yang mampu mengerem para pejabat seperti saya. Jadi, pikiran-pikirannya itu sangat kritis. Kontrol sosialnya itu bagus. Saya enggak tahu siapa lagi setelah Bang Faisal yang berani lantang untuk ngomong,” tutur Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia.
Bahlil juga mengenang masa mudanya ketika menjadi yunior Faisal Basri di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tahun 1999, Bahlil pernah mengajak Faisal untuk menjadi narasumber dalam seminar ekonomi di Irian Jaya (sekarang Papua). Hingga menjadi pejabat kabinet, Bahlil mengingat sosok Faisal sebagai sosok yang kritis.
"Saya sama Bang Faisal tuh lama banget berteman, karena beliau tiga tahun di atas saya di FE UI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), waktu beliau menjadi asisten dosen, saya kemudian masuk LPEM bersama-sama. Dekat angkatannya," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani yang tampak sangat terpukul atas berpulangnya Faisal Basri.
Hubungan tersebut membuat Sri Mulyani juga dekat dengan keluarga pendiri lembaga think-tank ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu. Secara pribadi, Faisal dikenal sebagai orang yang memiliki kecintaan pada Indonesia dan hasrat agar negara ini menjadi lebih baik.
Hal itu membuat Sri Mulyani tidak heran jika Faisal selalu mengeritik pemerintah dan kebijakan yang dibuat. Ia pun kerap melibatkan Faisal dalam diskusi bersama pemerintah untuk memperbaiki berbagai masalah negara, khususnya di bidang ekonomi. Faisal, kata Sri, pernah memberi masukan kepada Kementerian Keuangan untuk tranformasi bea cukai dan pajak.
"Saya rasa pandangan pak Faisal menjadi penyeimbang dan pengingat. Saya sangat memahami niat beliau sangat tulus dan 'out of his love' tentang Indonesia. Jadi, kita tahu agenda dia ingin lihat Indonesia baik," ujar Sri Mulyani.
”Walau sebagian orang mungkin tidak senang dengannya, dia tetap berani menyuarakan sesuatu dari hati nurani. Kalau tidak benar, ya, dia bilang tidak benar. Lugas. Tegas. Kita kehilangan sosok seperti itu,” ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 2015-2016 Sofyan Djalil.
Sofyan mengaku sangat kehilangan seorang sahabat. Menurut Sofyan, generasi muda harus meneladan sikap hidup dan keberanian Faisal. ”Semoga almarhum diterima di sisi Tuhan dengan baik,” ungkapnya.
”Faisal itu orang yang simpel. Lurus-lurus saja. Tidak punya agenda tersembunyi dan aneh-aneh. Artinya, menurut saya, ya, tipikal ekonom yang baik,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian 2015-2019 Darmin Nasution.
Ia menambahkan, Faisal adalah kolega dekatnya sejak bertahun lalu. Darmin merupakan wali pada pernikahan Faisal. Kepergian Faisal membuat Darmin merasa sangat kehilangan.
”Bang Faisal adalah pribadi yang kuat memegang prinsip, jujur, sederhana, dan tak henti memperjuangkan kebenaran hingga ujung usianya. Persahabatan saya dengan Bang Faisal telah berlangsung sejak masa sebelum Reformasi 1998. Kami bersama-sama pernah menginisiasi berbagai gerakan. Kami pernah turun ke lapangan bersama dalam kasus Cicak vs Buaya (KPK vs Polri) dan saya mendukung penuh beliau saat maju sebagai cagub DKI Jakarta lewat jalur independen,” ujar Menteri ESDM 2014-2016 Sudirman Said.
Berkat kepempimpinan dan kredibilitasnya itu, imbuh Sudirman, ia meminta Faisal memimpin Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang berujung pada pembubaran Petral Ltd, unit usaha PT Pertamina (Persero) di bidang trading minyak mentah dan bahan bakar minyak.
Sementara itu, Managing Director PEPS Anthony Budiawan menyatakan Faisal Basri adalah seorang ekonom handal, jujur, berani membela kepentingan rakyat banyak.
“Indonesia kehilangan Faisal Basri. Faisal Basri dikenal sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah yang korup, berani membuka kasus korupsi yang dilakukan para penguasa dan pengusaha oligarki,” kata Anthony.
Ia juga menyampaikan bahwa sosok Faisal Basri dikenal sebagai ekonom yang sangat sederhana, tidak tergiur dengan jabatan.