RI-Afrika Buahkan Sejumlah Langkah Konkret Transformasi Ekonomi
Timor Leste mendukung RI menciptakan model-model konkret kemitraan multipihak yang tidak hanya berorientasi bisnis.
BADUNG, KOMPAS — Dua forum tingkat tinggi Indonesia-Afrika membuahkan sejumlah langkah konkret menuju transformasi ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada kerja sama bisnis. Hal itu antara lain mencakup peningkatan kapasitas di sejumlah sektor strategis yang dapat mempercepat target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs.
Kedua forum itu adalah Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 dan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF MSP) 2024 yang digelar di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/9/2024). Forum yang dibuka Presiden Joko Widodo itu menjadi platform membangun kerja sama bisnis dan kemitraan multipihak di berbagai sektor, baik antarnegara dunia selatan maupun secara triangular.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, transformasi ekonomi sangat penting bagi negara-negara dunia selatan. Apalagi di tengah terhambatnya capaian target SDGs dan sejumlah tantangan global.
Data Sustainable Develepoment Report 2023 menunjukkan, hanya 15 persen dari target SDGs yang berada di jalur yang benar, sementara banyak lainnya mengalami kemunduran. Akibatnya, lebih dari separuh populasi dunia berisiko tertinggal dan tidak menjadi sasaran pembangunan.
Menurut Suharso, kondisi itu diperburuk dengan munculnya sejumlah tantangan global, seperti ketegangan geopolitik, ketimpangan, kemiskinan ekstrem, perubahan iklim, pandemi, dan krisis keuangan. Selain itu juga ada gangguan rantai pasok global dan fragmentasi perdagangan yang merugikan ekonomi global.
Baca juga: Indonesia-Afrika Gaungkan Solidaritas dan Kemitraan Global
Merujuk laporan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Suharso menjelaskan, munculnya sejumlah blok perdagangan itu menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) global hingga 5 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memperkirakan fragmentasi perdagangan dapat mengikis PDB sebesar 0,2 persen hingga 7 persen dari PDB.
”Untuk itu, RI-Afrika perlu menciptakan langkah-langkah transformatif yang lebih kuat dan kritis. Kerja sama di antara dunia selatan harus efektif, inklusif, dan didukung dengan kemitraan multipihak,” ujarnya dalam HLF MSP 2024 yang digelar di Bali International Convention Center.
RI-Afrika perlu menciptakan langkah-langkah transformatif yang lebih kuat dan kritis. Kerja sama di antara dunia selatan harus efektif, inklusif, dan didukung dengan kemitraan multipihak.
Dalam forum yang sama, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao juga menekankan pentingnya kerja sama dan kemitraan multipihak yang saling menguntungkan negara-negara dunia selatan. Kerja sama dan kemitraan itu tidak hanya sekadar bisnis, tetapi juga mengatasi persoalan kemiskinan, kelaparan, perubahan iklim, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
”Kami mendukung Indonesia untuk menciptakan model-model konkret kemitraan multipihak yang tidak hanya berorientasi bisnis. Negara-negara berkembang, bahkan negara-negara terbelakang dan kepulauan kecil sangat membutuhkan hal itu,” katanya.
Hasil-hasil konkret
Sejumlah kerja sama dan kemitraan konkret telah dihasilkan dalam kedua forum itu. Bahkan, sejumlah penjajakan kerja sama juga ditelurkan melalui pertemuan bilateral Presiden Jokowi dengan sejumlah kepala negara di kawasan Afrika.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menuturkan, ada beberapa kerja sama penguatan ekonomi yang ditandatangani RI dengan sejumlah negara Afrika. Di bidang energi, terdapat nota kesepahaman (MoU) pengembangan panas bumi antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Tanesco Tanzania.
Di bidang kesehatan, terdapat MoU transfer teknologi kesehatan antara PT Bio Farma (Persero) dan Atlantic Life Sciences Ghana, MoU Bio Farma dengan NatPharm Zimbabwe, dan kerja sama transfer teknologi vaksin antara Bio Farma dan BioVax Kenya. Selain itu, terdapat pula bidang dirgantara, yaitu letter of intent antara PT Dirgantara Indonesia dan perusahaan di Kongo dan Senegal.
Di samping itu, lanjut Retno, penjajakan kerja sama ekonomi dan transfer pengetahuan juga terjadi dalam pertemuan bilateral Presiden Jokowi dengan pimpinan sejumlah negara Afrika, seperti Liberia, Ghana, Zimbabwe, dan Zanzibar. Intinya, kedua negara membahas peningkatan kerja sama di berbagai bidang antara lain kesehatan, energi, infrastruktur, sawit, pertambangan, ekonomi biru, pariwisata, hingga kerja sama pembangunan.
”Beberapa negara di Afrika tertarik dengan cara Indonesia mengelola perkebunan sawit beserta produk-produk turunan. Mereka bahkan tertarik untuk bergabung dalam CPOC (Dewan Negara Penghasil Sawit),” katanya.
Baca juga: RI Dorong Penguatan Kerja Sama dengan Negara-negara Afrika
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Nugraha Mansury menambahkan, per 2 September 2024, MoU yang sudah terealisasi senilai 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 42 triliun dari target 3,5 miliar dollar AS. Dalam satu hingga dua pekan ke depan diharapkan target tersebut sudah tercapai.
Pahala juga menjabarkan sejumlah hasil MoU yang telah disepakati itu. Di bidang kesehatan, khususnya vaksin dan obat-obatan, kesepakatan yang dicapai 94,2 juta dollar AS. Di sektor energi, yaitu eksplorasi gas dan pembangunan infrastruktur listrik sebesar 1,4 miliar dollar AS.
Di sektor pangan khususnya produksi pupuk senilai 1,2 miliar dollar AS. Adapun di sektor industri strategis pembangunan infrastruktur diperoleh 235 juta dollar AS.
Pemerintah, lanjut Pahala, juga melibatkan usaha kecil-menengah (UKM), baik itu dalam pembahasan pertemuan maupun peluang ekspansi ke Afrika. Salah satu subsektor UKM yang diminati adalah yang terkait erat dengan ekonomi kreatif, batik, dan kerajinan tangan.
”Kami juga membahas sejunlah kemungkinan kerja sama UKM Indonesia-Afrika,” katanya.
Per 2 September 2024, MoU yang sudah terealisasi senilai 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 42 triliun dari target 3,5 miliar dollar AS.
Selain itu, RI juga akan mengembangkan kerja sama Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (Ecosoc) sebagai bagian kemitraan multipihak dalam pembangunan dunia selatan. RI juga tengah menjajaki kerja sama perdagangan dengan Masyarakat Afrika Timur (EAC).
Baca juga: Tak Hanya Bisnis, RI-Afrika Bahas Pula Perubahan Iklim dan Pembiayaan
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengemukakan, RI dan Mozambik juga telah membentuk satuan tugas untuk membahas potensi kerja sama kedua negara. Ada empat area yang akan dibahas dan dijajaki, yakni tambang dan energi, transportasi, kesehatan, serta perikanan.
Asosiasi Penambangan Rakyat Indonesia juga menjalin kemitraan dengan asosiasi penambangan rakyat Afrika. Salah satu bentuk kemitraan itu adalah transfer pengetahuan tentang praktik pertambangan yang baik, yang ramah lingkungan, dan mengedepankan aspek sosial.
”Nanti juga akan disepakati kerja sama antara asosiasi perhotelan dan pariwisata Afrika Selatan dengan aosiasi perhotelan Indonesia. Kerja sama itu dalam bentuk pertukaran pengetahuan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan hotel dan pariwisata,” katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Jodi, Indonesia juga membantu Mozambik dan Afrika Selatan dalam eksplorasi gas. Gas itu akan dimanfaatkan untuk memasok tambahan daya listrik di sejumlah daerah di kedua negara tersebut.
”Kami bahkan berencana mengimpor sapi dan kedelai dari Afrika Selatan. Semuanya ini merupakan bentuk-bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara RI dengan sejumlah negara Afrika,” katanya.
Baca juga: Wamenlu Pahala: RI-Afrika Bakal Wujudkan Rantai Pasok Empat Sektor Strategis