Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah bak ketiban ”durian runtuh” pada perayaan misa akbar Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada 5 September 2024. Banyak di antara mereka mendapatkan banjir pesanan dari umat yang bakal datang ke misa akbar tersebut.
Agenda misa akbar Paus Fransiskus mendatang turut menggerakkan roda perekonomian warga, terutama para pelaku UMKM. Ketua Divisi Sentra Bimbingan Usaha Kecil (Sabuk) Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Andreas Stefan Cindy Adam mengungkapkan, setidaknya akan dibuka 50 tenda yang disediakan di sekeliling area luar Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Di sekeliling area luar Stadion Madya GBK ada 50 tenda lainnya.
”Jadi, kalau umat enggak sempat makan di bus atau di rumah, mereka bisa makan di situ. Namun, sebaiknya kalau mereka mau makan di situ, mereka harus sudah pesan duluan. Jadi, sesampai di dalam (GBK), sudah tersedia makanannya,” tutur Stefan.
Stefan mengungkapkan, para pelaku UMKM ini diambil dari sekitar 40 paroki yang ikut dalam tim Sabuk KAJ. Setiap paroki itu dianjurkan untuk memilih UMKM yang menjual produk dengan kurasi rasa, harga, dan penampilan. Karena sudah mendapatkan pembinaan dan pendampingan, para pelaku UMKM itu sudah mampu menjaga kualitas produk dan kemasan.
Pemesanan makanan-minuman dapat melalui laman paus.sabuk.id. Berdasarkan pantauan di laman itu, tersedia makanan berat, seperti nasi ayam, nasi nila, nasi lele, nasi bakar, nasi chicken katsu, dan nasi bento dengan harga Rp 18.000-Rp 30.000 per porsi. Selain itu, terdapat juga makanan ringan, seperti sosis solo, siomai, dimsum, rujak serut, lapet beras, makaroni panggang, lemper ayam, dan bakpao, yang dibanderol mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per porsi. Ada pula aneka minuman yang dijual dengan rentang harga Rp 5.000 hingga Rp 12.000 per cup.
Michelle Nitasari, pemilik Kedai Roti Kobi, merupakan salah satu pelaku UMKM tersebut. Ia memperkirakan, omzet usahanya akan meningkat seiring dengan pesanan 700 dus kudapan (snack) dari umat Paroki Kelapa Gading. Datangnya pesanan tersebut seiring dengan kebutuhan konsumsi umat yang akan menghadiri misa akbar Paus Fransiskus pada 5 September 2024.
”Kami biasanya menerima pesanan snackbox juga. Namun, pesanan Paroki Kelapa Gading untuk 5 September ini jumlahnya besar sekali. Jadi, pasti ada kenaikan (omzet),” kata Michelle saat dihubungi, Sabtu (31/8/2024)
Menurut dia, jumlah pesanan Kedai Roti Kobi telah meningkat 3-4 kali lipat dibandingkan hari biasa. Adapun snackbox tersebut berisi roti dan pastel goreng. Kudapan itu akan dikirimkan ke Gereja Kim Tae Gon Kelapa Gading pada 5 September tepatnya pukul 10.00 WIB.
Penanggung jawab Sabuk Paroki Bintaro, Shinta, mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima pesanan makan malam lebih dari 500 porsi untuk makanan berat dan belum termasuk kudapan dan minuman di lokasi.
”Pasti akan ada lonjakan omzet bagi tiap UMKM yang ikut serta. Sudah terlihat dari banyaknya request dari luar daerah,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta.
Koordinator Mentor UMKM Sabuk Paroki Bintaro, Chatarina Bima Sulistyaningtyas, menambahkan, saat ini, tercatat 167 pelaku UMKM di Paroki Bintaro, termasuk yang dikelola oleh penyandang disabilitas. Adapun momentum kedatangan Paus menjadi peluang bagi para pelaku UMKM tersebut untuk meningkatkan omzetnya.
”Kami perkirakan akan lebih banyak permintaan. Biasanya kami ikut bazar yang dihadiri sekitar 1.000 orang. Nah, ini (misa akbar) luar biasa banyak sehingga harus disambut dan jangan sampai terlewatkan. Artinya, suatu peluang untuk UMKM maju dan mendapat keuntungan pada hari itu,” tuturnya.
Pasti akan ada lonjakan omzet bagi tiap UMKM yang ikut serta. Sudah terlihat dari banyaknya request dari luar daerah.
Penanggung jawab Paroki Kelapa Gading, Alexander Andy Muliana, menyebut, pihaknya sudah memesan 700 makanan ringan (snack) dan nasi kotak dari restoran cepat saji untuk kebutuhan konsumsi para peserta. Makanan ringan tersebut akan dibagikan kepada para peserta pada siang hari, sedangkan nasi kotak akan diberikan pada malam hari seusai misa.
Pernak-pernik
Sejumlah orang tergerak untuk menyembuhkan kerinduan umat yang tak dapat bertemu Paus Fransiskus dengan membuat pernak-pernik. Divo Gracianto (36), yang menginisiasi pembuatan piring hias, seperti yang banyak dijual saat kedatangan Paus Yohanes Paulus II pada 1989.
”Banyak yang enggak bisa ke Vatikan sehingga merindukan untuk misa di sini (dipimpin Paus Fransiskus). Hanya saja kuota terbatas. Dari keprihatinan itu, (saya) berpikir, bagaimana menginisiasi dan turut meramaikan acara ini,” ujar Divo di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Lantas, ia memutuskan membuat kenang-kenangan atau suvenir bekerja sama dengan sebuah percetakan. Mereka menciptakan piring hias berbahan melamin premium dengan desain yang dirancang secara mandiri.
Divo mengatakan, buah tangan piring ini dijual dalam dua versi. Pertama, piring berdiameter 15 sentimeter dijual Rp 50.000. Kedua, piring berdiameter 20 cm senilai Rp 100.000.
”Harga tak boleh di-mark up. Semua harga sama untuk seluruh wilayah, Indonesia dan luar negeri. Kalau dijual lagi, jangan di-mark up, nanti pengecer akan diberi diskon khusus,” kata Divo.
Termotivasi untuk menciptakan kenangan atas kedatangan Paus Fransiskus, pemilik toko suvenir tersebut, Yosephine E Onie, memutuskan membuat koin. Nantinya, koin-koin ini dapat menjadi pengingat bagi umat Katolik sebagai salah satu saksi sejarah kehadiran Bapa Suci tersebut.
Koin itu berdiameter 45 milimeter dengan tebal 3 mm. Dengan dasar berwarna putih, koin berbahan zinc alloy itu bergambar logo Vatikan, lengkap dengan perisainya dalam format tiga dimensi. Pada bagian bawah tertulis nilai yang digaungkan dalam lawatan Paus Fransiskus, yakni iman (faith), persaudaraan (fraternity), dan bela rasa (compassion). Sekeliling muka koin yang melingkar tergambar batik-batik sebagai ciri khas Indonesia.
Sisi koin lainnya terpasang logo resmi kunjungan Paus dengan rupa Paus Fransiskus yang tengah melambaikan tangan untuk memberi berkat. Pada sisi belakang, tergambar Garuda Pancasila berwarna emas yang dibentuk dari kumpulan batik.
Koin-koin itu dikemas dan dijual daengan dua harga, yakni Rp 375.000 dan Rp 300.000 per buah. Onie dan timnya sudah membulatkan hati menyisihkan sebagian keuntungannya untuk didonasikan pada kelompok marjinal.
Secara terpisah, peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance, Esther Sri Astuti, mengatakan bahwa bisnis UMKM dapat terus berlanjut ketika gereja turut memberdayakan para pelaku usaha. Misalnya, mewadahi mereka untuk ikut memeriahkan acara yang diadakan gereja tiap pekan. Barangnya bisa beraneka ragam. Upaya ini bisa mendongkrak omzet para pedagang.
========================================== Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung