Belum Kesampaian Bertemu Paus Fransiskus, Obati dengan Pernak-pernik Ini
Lawatan Paus Fransiskus meningkatkan citra Indonesia di mata dunia dan menginspirasi banyak orang untuk berbagi.
Tidak semua orang yang ingin bertemu Paus Fransiskus dapat menghadiri misa akbar di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 5 September 2024. Melalui karya tangan mereka, sejumlah orang berharap dapat mengobati keinginan yang belum terwujud itu.
Mereka tergerak untuk menyembuhkan kerinduan umat yang tak dapat bertemu Kepala Negara Vatikan itu dengan membuat pernak-pernik. Demi menjaga misi mulia itu, ada yang mengambil sedikit keuntungan, bahkan tak mengantongi profit sama sekali.
Baca juga: Tak Punya Gelang Undangan Misa, Umat Diimbau Tidak ke GBK
Salah satunya dilakukan Divo Gracianto (36) yang menginisiasi pembuatan piring hias, seperti yang banyak dijual saat kedatangan Paus Yohanes Paulus II pada 1989. Upaya ini tak lepas dari dorongan orang-orang sekitarnya.
”Banyak yang enggak bisa ke Vatikan sehingga merindukan untuk misa di sini (dipimpin Paus Fransiskus). Hanya saja kuota terbatas. Dari keprihatinan itu, (saya) berpikir, bagaimana menginisiasi dan turut meramaikan acara ini,” ujar Divo di Jakarta, Kamis (29/8/2024).
Lantas, ia memutuskan membuat kenang-kenangan atau suvenir bekerja sama dengan sebuah percetakan. Mereka menciptakan piring hias berbahan melamin premium dengan desain yang dirancang secara mandiri.
Baca juga: Reportase Langsung Kunjungan Paus Fransiskus
Piring berwarna dasar putih itu dibubuhi logo resmi kunjungan Paus Fransiskus melambaikan tangan, berlatar burung Garuda dengan sayap berpola batik. Pada bagian bawah tertulis nilai yang dikumandangkan, yakni ”Iman-Persaudaraan-Kasih Sayang”.
Divo mengatakan, buah tangan piring ini dijual dalam dua versi. Pertama, piring berdiameter 15 sentimeter (cm) dijual Rp 50.000. Kedua, piring berdiameter 20 cm senilai Rp 100.000.
”Harga tak boleh di-markup. Semua harga sama untuk seluruh wilayah, Indonesia dan luar negeri. Kalau dijual lagi, jangan di-markup, nanti pengecer akan diberi diskon khusus,” kata Divo.
Promosi dilakukan Divo melalui media sosialnya. Tak lama, banyak pesanan masuk, mulai dari atas nama pribadi hingga komunitas dan organisasi, antara lain Wanita Katolik Republik Indonesia. Pesanan tak hanya dari Jawa, tetapi merambah hingga ke Sulawesi, Papua, bahkan Australia.
Baca juga: Anyaman Janur Hijau ”Wakili” Umat Bali di Misa Akbar Paus Fransiskus
Ia berpesan, bagi siapa saja yang belum berkesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus secara langsung, doa dapat dilantunkan dari rumah masing-masing. Kerinduan bisa diungkapkan melalui doa kepada Tuhan melalui cinta kasih dalam hidup sehari-hari.
”Paus membawa pesan perdamaian. Kehidupan politik, kepemimpinan, cinta kasih dalam keluarga,” ujar Divo.
Baca juga: Seperti Apa Sikap Kemanusiaan Paus dalam Buku ”Francis, Pope for the People”?
Saksi sejarah
Peluang serupa untuk membuat suvenir sekaligus menjadi perpanjangan tangan hal-hal baik turut dilirik Onie Craft, toko pembuat tanda mata dengan klien para perusahaan besar. Termotivasi untuk menciptakan kenangan atas kedatangan Paus Fransiskus, pemilik toko suvenir tersebut, Yosephine E Onie, memutuskan membuat koin. Nantinya, koin-koin ini dapat menjadi pengingat bagi umat Katolik sebagai salah satu saksi sejarah kehadiran Bapa Suci tersebut.
”Di dalam setiap momen sejarah, kita ada cerita. Apa pun momennya. Nah, berkaitan dengan Paus Fransiskus ini luar biasa karena berkaitan dengan politik, kenegaraan, pemerintah, dan agama. Paus juga berperan sebagai kepala negara sekaligus kepala pimpinan Katolik sedunia,” tutur Onie.
Ia menuangkan gagasan tersebut dalam sebuah koin berdiameter 45 milimeter (mm) dengan tebal 3 mm. Dengan dasar berwarna putih, koin berbahan zinc alloy ini bergambar logo Vatikan, lengkap dengan perisainya dalam format tiga dimensi (3D). Pada bagian bawah tertulis nilai yang digaungkan dalam lawatan Paus Fransiskus, yakni iman (faith), persaudaraan (fraternity), dan bela rasa (compassion). Sekeliling muka koin yang melingkar tergambar batik-batik sebagai ciri khas Indonesia.
Baca juga: Seruan dan Inspirasi Paus Fransiskus Menjaga Kaum Muda Tidak Terpinggirkan
Sisi koin lainnya terpasang logo resmi kunjungan Paus dengan rupa Paus Fransiskus yang tengah melambaikan tangan untuk memberi berkat. Pada sisi belakang, tergambar Garuda Pancasila berwarna emas yang dibentuk dari kumpulan batik. Kedua gambar yang juga dibentuk dalam format 3D ini dikelilingi keterangan tanggal kunjungan pemuka agama Katolik dunia ini pada 3-6 September 2024.
Banyak yang enggak bisa ke Vatikan sehingga merindukan untuk misa di sini. Hanya saja kuota terbatas. Dari keprihatinan itu, saya berpikir, bagaimana menginisiasi dan turut meramaikan acara ini.
Koin dikemas dalam dua jenis kotak, berbahan kertas khusus untuk yang berwarna merah (tipe A) dan beludru berwarna biru (tipe B). Keduanya dilengkapi dengan bantalan beludru di dalam kotak. Sebagai bukti keaslian, tiap koin dilengkapi dengan hologram khusus. Konsumen dapat merogoh Rp 375.000 untuk mendapatkan koin tipe A, sedangkan beludru biru dihargai Rp 300.000.
”Kami memang tujuannya bukan untuk komersial, melainkan untuk pencarian dana. Nah, seperti apa? Kami membuka banyak reseller bagi komunitas dan paroki di gereja sehingga kami kasih diskon khusus. Reseller ini harus resmi sehingga tak boleh menjual tanpa konfirmasi dari kami,” ujar Onie.
Baca juga: Ketika Pancasila Sampai ke Telinga Paus Fransiskus
Onie tak menampik, momen ini menjadi peluangnya untuk berbisnis sebab panitia kunjungan Paus Fransiskus tak menjual suvenir-suvenir resmi dari gereja. Meskipun demikian, dia dan timnya sudah membulatkan hati menyisihkan sebagian keuntungannya untuk didonasikan kepada kelompok marginal.
Onie Craft telah mengirimkan koin-koin ini ke berbagai tempat di Indonesia, antara lain Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Khusus wilayah Indonesia selain Jawa dan Sumatera, Onie membebaskan ongkos kirim tanpa minimal pemesanan. Harapannya, mereka di wilayah-wilayah itu dapat memilikinya, termasuk warga di Indonesia bagian timur, seperti Papua. Selain itu, ia juga melayani pengiriman hingga ke Singapura dan Belanda.
Baca juga: Berbela Rasa pada Sesama yang Miskin, Lemah, dan Difabel
Arnold Darmanto (65), warga Jakarta, menjadi salah satu pengecer koin Onie Craft. Ia berpendapat, animo umat Katolik begitu luar biasa. Baru sebulan terakhir ia menjadi pengecer, lebih dari 200 koin berhasil terjual.
”Saya pakai word of mouth (promosi dari mulut ke mulut) saja. Jadi, sampai ke mana-mana, antara lain Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Sesuai dengan jaringan saya. Iseng-iseng bersosial, tapi dapat fee (komisi) juga. Lumayan buat tambah penghasilan,” kata Arnold.
Ia berpendapat, suvenir semacam ini sesuai dengan karakter umat Katolik yang hidupnya penuh dengan lambang. Seperti gereja, mereka kerap berpakaian sesuai warna yang dihidupi liturgi tertentu.
”Jadi, orang Katolik itu cukup sentimental, senang kalau punya kenang-kenangan, terlepas mereka akan datang atau tidak (ke misa akbar bersama Paus Fransiskus),” ujar Arnold yang juga Ketua Gerakan Orang Tua Asuh untuk Seminari 2020-2024.
Efek domino
Dalam perspektif ekonomi, kunjungan Paus Fransiskus dapat menciptakan persepsi positif bagi negara. Tak hanya secara makro, tetapi dampaknya terasa hingga akar rumput dalam skala mikro.
Ekonom sekaligus peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, berpendapat, lawatan Paus Fransiskus merupakan simbol yang meyakinkan publik, termasuk dunia internasional, bahwa Indonesia cinta perdamaian serta menjunjung tinggi keberagaman agama. Hal ini berdampak positif bagi citra Indonesia di mata dunia.
”Ini juga menjadi bagian dari demokrasi. Tak hanya memengaruhi investor dari negara lain, tetapi juga menambah keyakinan mereka serta pelaku bisnis lain. Persepsi positif itu baik sekali untuk ekonomi,” tutur Tauhid.
Kedatangan kembali Paus sejak 35 tahun silam akan disambut dengan sukacita. Pemerintah, gereja, dan masyarakat tak segan menggelontorkan dana besar untuk menyambut Paus selama empat hari. Besar efek pengganda (multiplier effect)yang diberikan. Banyak orang berbondong-bondong ke Jakarta sehingga membangkitkan sektor ekonomi sekitar, seperti perhotelan, akomodasi, dan makan-minum.
Baca juga: Misa Akbar Paus Fransiskus Embuskan Angin Segar bagi Jasa Sewa Bus
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat memanfaatkan momentum ini untuk menjual banyak pernak-pernik. Daya tariknya makin besar ketika memiliki nilai sosial yang bisa bermanfaat bagi masyarakat sebab ada unsur donasi atau kepedulian sosial untuk sesama.
Secara terpisah, peneliti senior Indef lainnya, Esther Sri Astuti, mengatakan bahwa bisnis UMKM dapat terus berlanjut ketika gereja turut memberdayakan para pelaku usaha. Misalnya, mewadahi mereka untuk ikut memeriahkan acara yang diadakan gereja tiap pekan. Barangnya bisa beraneka ragam. Upaya ini bisa mendongkrak omzet para pedagang.
Baca juga: Berduyun-duyun ke Jakarta, Lawatan Paus Fransiskus Tingkatkan Okupansi Hotel
”Jadi, jika ingin memberi kesempatan masyarakat untuk mengais rezeki, maka ini salah satu caranya. Meski kontribusi sektor informal ini jauh lebih kecil daripada sektor formal, masih lebih baik daripada tak ada,” ujar Esther.
Tak heran kedatangan Paus Fransiskus amat dinanti banyak pihak, dari pemerintah hingga akar rumput. Selain menyebarkan pesan kedamaian dan kepedulian kepada sesama, kunjungan Paus menginspirasi banyak orang untuk menjadi perpanjangan tangan banyak hal baik.
Baca juga: Bus Rombongan Umat Misa Paus Bisa Parkir di 9 Lokasi Ini
====================================================
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas”Liputan Khusus Kunjungan Paus". Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.