Dampak Langsung Forum Tingkat Tinggi RI-Afrika Diperkirakan Rp 100 Miliar
IAF dan HLF MSP 2024 memberikan dampak langsung terhadap ekonomi Bali dan nasional, hingga citra RI di kancah global.
Oleh
HENDRIYO WIDI, IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Dua forum tingkat tinggi Indonesia-Afrika yang digelar di Nusa Dua, Badung, Bali, tidak hanya akan berdampak pada ekonomi Indonesia ke depan. Perhelatan itu juga memberikan dampak ekonomi secara lansung yang diperkirakan senilai Rp 100 miliar.
Kedua forum tersebut adalah Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 dan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF MSP). Acara yang berlangsung pada 1-3 September 2024 itu akan dibuka Presiden RI Joko Widodo pada 2 September 2024.
Hingga Minggu (1/9/2024) malam, peserta yang menghadiri kedua forum itu sebanyak 1.349 peserta dari 55 negara. Mereka terdiri dari 916 perwakilan pemerintah, 105 organisasi internasional, 109 organisasi non-pemerintah, 132 sektor swasta, 8 filantropi, 9 lembaga think tank, 59 komunitas akademisi, dan 10 bank multilateral.
Nilainya diperkirakan mencapai Rp 100 miliar. Ini baru dampak langsungnya, belum termasuk dampak tidak langsung yang juga harus diperhitungkan.
Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bogat Widyatmoko mengatakan, kegiatan internasioal itu memberikan efek tetesan ke bawah (trickle-down effect) bagi perekonomian Bali. Hal itu terutama di sektor akomodasi, makanan dan minuman, pariwisata, dan perdagangan.
”Nilainya diperkirakan mencapai Rp 100 miliar. Ini baru dampak langsungnya, belum termasuk dampak tidak langsung yang juga harus diperhitungkan,” ujarnya di Nusa Dua.
Menurut Bogat, kedua forum tersebut juga memberikan efek makro bagi Indonesia. Hal itu tecermin pada potensi kemitraan multipihak yang dapat memperkuat modalitas ekonomi Indonesia di masa depan.
Jejaring yang terjalin antara para pelaku ekonomi domestik dan global diharapkan semakin erat sehingga memudahkan kolaborasi ekonomi yang lebih intensif di masa depan. Khusus HLF MSP 2024, forum itu akan menjadi platform strategis untuk berdialog dan mencari solusi bersama atas berbagai tantangan global.
”Dengan begitu, forum itu tidak hanya menguntungkan Bali secara ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama internasional yang lebih luas,” katanya.
Adapun dalam gelaran IAF Ke-2, Indonesia akan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui sejumlah kontrak kerja sama dengan negara-negara Afrika. Kerja sama itu juga akan menguntungkan sejumlah perusahaan swasta dan milik negara Indonesia ataupun beberapa negara di Afrika.
Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani menuturkan, terdapat sejumlah kerja sama ekonomi baru yang akan ditandatangani. Kerja sama itu di sektor pangan, energi baru terbarukan, mineral, dan kesehatan atau farmasi.
”Nilainya ditaksir sekitar 3,5 miliar dollar AS. Jumlah ini jauh di atas capaian IAF 2018 yang sebesar 568 juta dollar AS,” katanya.
Di sela-sela kedua forum itu, Indonesia juga bakal menandatangani Perjanjian Tarif Preferensial dengan Tunisia (IT PTA) pada 3 September 2024. Perjanjian itu tidak hanya meringankan tarif perdagangan kedua negara, tetapi juga membuka peluang penerapan imbal dagang sebagai alternatif mekanisme pembayaran.
Imbal dagang merupakan salah satu mekanisme perdagangan internasional yang tidak mengutamakan mata uang sebagai alat pembayaran. Pembelian barang dibayar atau dibarter dengan barang lain yang dibutuhkan.