Atlet Olimpiade menargetkan medali emas, sementara CEO menargetkan kepemimpinan pasar.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Olimpiade Paris 2024 telah berlalu beberapa pekan lalu. Bagi dunia bisnis, perhelatan itu menjadi ajang promosi besar-besaran. Sebenarnya tak hanya itu, dunia bisnis bisa belajar banyak dari atlet yang berkompetisi sejak hari pertama, termasuk mendapat makna besar di balik acara dunia tersebut.
Orang kerap kali mempertanyakan, apa makna dari pertandingan olahraga bagi kehidupan dia? Seberapa penting Olimpiade bermakna bagi dunia bisnis? Pencarian makna itu muncul dan kerap menjadi pertanyaan. Akan tetapi, kerap mereka tak menemukan jawaban. Seusai Olimpiade Paris 2024 pertanyaan itu kembali muncul dan sejumlah media berusaha menjawab.
Majalah The Economist membuat tulisan dengan judul ”What can olympians teach executives?”. Di pengantar artikel ini disebutkan, saya ingin sukses. Orang itu sukses. Jadi, orang tersebut dapat mengajari saya cara untuk sukses. Silogisme ini membantu menjelaskan banyaknya siniar, buku, dan pidato yang ditujukan untuk rahasia tentang bagaimana seseorang bisa berkinerja tinggi.
Sebenarnya sudah banyak berbagai kegiatan dipelajari oleh para praktisi bisnis dan pengamatan hingga mereka mendapatkan makna penting dari berbagai aktivitas itu. Itulah salah satu alasan mengapa kursus kepemimpinan eksekutif menggunakan studi kasus dari luar bisnis, seperti dunia politik, militer, dan bahkan kisah-kisah kekaisaran Romawi. Dan, hal itu telah banyak dibuktikan sebelum dan selama Olimpiade yang berakhir di Paris pada 11 Agustus.
Mempelajari makna Olimpiade bisa dilakukan dari berbagai sisi. Saat pembukaan, kita bisa melihat beberapa atlet bergantian memegang obor. Makna terdalam dari obor ini adalah melanjutkan warisan masa lalu, membawa pesan untuk dunia sekarang, dan kelak menyerahkan untuk generasi penerus. Bukankah seorang CEO harus memiliki semangat seperti ini?
Laman CEO Magazine menulis tentang bagaimana seorang CEO belajar dari olimpian yang perlu membawa pesan untuk dunia sekarang dengan mengatakan, kita harus membawa obor dengan melindunginya secara hati-hati, memiliki rasa ingin tahu untuk belajar, dan keberanian untuk berkembang. Bukan hak kita untuk menghancurkan warisan yang telah dibangun sejauh ini. Merupakan tanggung jawab kita untuk melindungi apa yang telah diciptakan dengan hati-hati.
Namun, peduli tidak berarti mempertahankan semua yang telah dibangun. Hal ini berarti memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari apa inti dari perusahaan, apa yang berjalan dengan baik, dan apa yang dapat ditingkatkan agar tetap relevan dan layak. Apakah Anda memiliki keberanian untuk menciptakan warisan dan masa depan yang lebih baik?
Adapun untuk menyerahkan ke generasi penerus, laman itu menyebutkan, bagian yang paling menantang dalam menciptakan warisan adalah bagaimana kita menyerahkan obor saat kita menyerahkannya kepada orang lain? Saat Anda menyerahkan obor kepada CEO baru atau generasi berikutnya, dapatkah Anda percaya dan menyerah?
Apakah Anda memiliki keberanian untuk menciptakan warisan dan masa depan yang lebih baik?
Ada kalanya kita meninggalkan peran dengan syarat yang bukan milik kita. Namun, daripada menyerahkan obor dengan kepahitan dan kemarahan, akankah Anda meneruskannya dengan cara yang positif dengan integritas dan kerendahan hati? Apakah Anda akan memiliki ketenangan pikiran untuk menghormati bahwa orang yang Anda serahi obor akan melihat peluang melalui sudut pandang yang berbeda?
Saat CEO harus mengundurkan diri merupakan saat menantang. Melepaskan diri dari sesuatu yang kita cintai atau telah menjadi bagian dari diri kita sejak lama bisa jadi sangat menantang. Kita ingin melepaskannya, tetapi itu sulit. Kemampuan kita untuk memercayai orang yang menerima obor dan menyerahkan hubungan kita dengannya sangatlah penting.
Kebiasaan
Sudah barang tentu pelajaran yang berharga adalah bagaimana kita mengetahui kebiasaan olimpian yang mampu berkinerja tinggi. Kita juga bisa belajar dari mereka tentang sifat-sifat yang mengubah visi, misi, dan kerja keras menjadi kesuksesan kelas dunia. Dengan mempelajari sifat dan kebiasaan para juara Olimpiade, para CEO dapat memperoleh wawasan berharga untuk mencapai keunggulan di bidang mereka.
Laman Hybrid Hero menyebutkan beberapa kebiasaan dan sifat penting para olimpian yang bisa dipelajari para CEO. Salah satunya adalah menetapkan visi dan tujuan. Atlet Olimpiade menargetkan medali emas, rekor dunia, dan pencapaian pribadi terbaik, sementara CEO menargetkan kepemimpinan pasar, pencapaian finansial, dan pertumbuhan perusahaan. Visi ini bertindak sebagai kekuatan pendorong yang menjaga keduanya tetap fokus dan termotivasi.
Oleh karena itu, menetapkan tujuan yang spesifik dan terukur sangat penting untuk mempertahankan fokus ini dan memastikan bahwa setiap upaya selaras dengan visi yang lebih besar. Pola pikir berkembang adalah keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras. Bagi calon pemimpin, ini berarti bersikap terbuka terhadap pembelajaran, menerima tantangan, dan memandang kegagalan sebagai peluang untuk berkembang. Oleh karena itu, CEO sejatinya adalah olahragawan.