44 Emiten Berpartisipasi Pada Public Expose Live 2024
Sebanyak 44 perusahaan tercatat memaparkan kinerja bisnis dan keuangannya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bursa Efek Indonesia menggelar rangkaian acara paparan publik tahunan bagi perusahaan tercatat secara virtual untuk keempat kalinya sejak masa pandemi 2020. Paparan publik yang diikuti sebagian emiten tersebut diharapkan meningkatkan pengetahuan investor pasar modal, terkait kinerja industri pilihan.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kembali menyelenggarakan rangkaian acara "Public Expose Live 2024", yang dibuka pada Senin (26/8/2024).
Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam sambutannya menyampaikan, acara kali ini diadakan secara virtual selama lima hari, 26-30 Agustus 2024. Sebanyak 44 perusahaan tercatat berpartisipasi untuk memaparkan kinerja bisnis dan keuangannya, setidaknya di semester I-2024 atau sepanjang tahun ini.
"Kami yakin dengan wadah yang diberikan, dapat semakin menumbuhkan rasa kepercayaan investor terhadap pasar modal, khususnya perusahaan tercatat yang turut serta dalam acara Public Expose Live. Pada akhirnya hal ini akan memperkuat basis investor di Indonesia," kata Iman.
Sejak 2020, Public Expose Live diselenggarakan secara gratis dengan melakukan pendaftaran melalui situs: https://pubexlive.idx.co.id. Target pesertanya adalah investor, calon investor, analis perusahaan efek, manajer investasi lokal dan asing, perwakilan dari dana pensiun, perwakilan dari asuransi, serta wartawan media massa.
Iman mengharapkan, Public Expose Live 2024 dapat diikuti oleh banyak peserta dan dapat melampaui jumlah peserta pada penyelenggaraan acara serupa pada 2023. Saat itu, jumlah pesertanya adalah 16.423 peserta.
Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi, menilai, Public Expose yang diadakan oleh BEI dalam format daring, dapat membantu investor dari berbagai wilayah mengakses informasi kinerja emiten tertentu tanpa harus hadir secara fisik.
Hingga 8 Agustus 2024, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai 13,4 juta entitas, naik 10,40 persen dibandingkan dengan posisi akhir 2023 sebanyak 12,1 juta investor. Investor masih didominasi mereka yang berdomisili di Jawa, yakni 67,47 persen.
Namun investor dari daerah asal lainnya terus tumbuh. Investor dari Sumatera sebanyak 16,64 persen, investor dari Sulawesi sebanyak 5,50 persen, serta investor dari Kalimantan sebanyak 5,31 persen. Adapun dari Bali, NTB, dan NTT serta dari Maluku dan Papua, masing-masing sebanyak 3,77 persen dan 1,31 persen.
"Investor jadi memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada manajemen emiten. Ini penting untuk memahami lebih dalam tentang isu-isu tertentu yang mungkin tidak tercakup dalam presentasi formal," ujarnya saat dihubungi Kompas, Senin.
Head Online and Equity Sales NH Korindo Sekuritas, Hendra Stevin, dihubungi terpisah, menyampaikan, kegiatan Public Expose Live sejauh ini hanya diikuti emiten-emiten terkenal. Emiten yang dimaksud, antara lain PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Persero Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Jasa Marga Persero Tbk (JSMR).
"Harusnya emiten kecil juga dapat tampil apabila ada sesuatu corporate action yang cukup signifikan," ujarnya.
Paparan publik yang diadakan hampir seminggu, dapat dimanfaatkan investor untuk mempelajari kinerja keuangan perusahaan dan aksi korporasi mereka ke depan. Lanjar Nafi menjelaskan, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor.
"Analisis terhadap kinerja keuangan emiten, termasuk pendapatan, laba bersih, dan rasio-rasio keuangan seperti ROE (Return on Equity) dan ROI (Return on Investment), sangat penting. Perhatikan apakah kinerja keuangan konsisten atau menunjukkan pertumbuhan yang signifikan," tuturnya.
Hal lain yang perlu diamati investor dalam pemaparan kinerja emiten adalah evaluasi prospek bisnis perusahaan, termasuk rencana ekspansi, inovasi produk, dan strategi menghadapi tantangan ekonomi atau regulasi. "Kebijakan dividen perusahaan dan potensi pembagian dividen di masa mendatang juga menarik disimak jika ada," pungkasnya.
Jika rencana pengembangan bisnis dijalankan emiten, Hendra menimpali, investor juga harusnya akan dapet gambaran proyeksi laba atau valuasi future value perusahaan yang akan bisa dihitung. "Harus ada pengembangan tambahan yang bisa menciptakan tambahan omzet atau pengurangan biaya," katanya.