Airbus Bidik Indonesia untuk Pasar Komersial dan Militer
Airbus melihat Indonesia sebagai pasar potensial bagi pemasaran produk-produknya. Apa tantangan internalnya?
Executive Vice President International Airbus Wouter van Wersch (kanan) dan President Airbus Asia-Pacific Anand Stanley saat ditemui di Jakarta, Rabu (14/8/2024).
Indonesia diproyeksikan menjadi pasar potensial bagi industri penerbangan global. Jumlah penduduk yang besar dan kondisi geografis kepulauan membutuhkan banyak pesawat terbang. Airbus punya rencana.
Perusahaan manufaktur pesawat global, Airbus, menempatkan Indonesia dalam rencana bisnisnya. Kerja sama perusahaan asal Perancis itu dengan pemerintah dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang hampir setengah abad terjalin menjadi modal sekaligus harapan besar.
Baca juga: Boeing Bidik Indonesia sebagai Pasar Sekaligus Pemasok Suku Cadang
Kolaborasi tidak hanya menyentuh pesawat komersial, tetapi juga pertahanan atau militer. Butuh keterlibatan semua pihak untuk itu, apalagi industri penerbangan tengah berusaha bangkit pascapandemi Covid-19. Salah satu tantangannya adalah ketimpangan antara permintaan dan pasokan pesawat di tengah isu geopolitik Timur Tengah.
Guna menggali pandangan dan kebijakan Airbus terhadap pasar Indonesia ke depan, harian Kompas mewawancarai Executive Vice President International Airbus Wouter van Wersch dan President Airbus Asia-Pacific Anand Stanley, di Jakarta, Rabu (14/8/2024).
Semua jawaban dikutip dari Wouter, kecuali yang diberi keterangan khusus merupakan kutipan dari Anand. Berikut petikannya.
Bagaimana Anda melihat Indonesia sebagai pasar potensial bagi Airbus?
Saya telah berkeliling ke banyak negara. Namun, Indonesia merupakan prioritas bagi kami. Kami telah bekerja sama dengan Indonesia selama lebih dari 46 tahun sehingga negara ini menjadi prioritas.
Sebagai sedikit gambaran, saat ini kami menerbangkan hampir 210 pesawat komersial. Mayoritas didominasi tipe A320, A321, dan A330. Beberapa produk kami diterbangkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Lion Air Group, dan Citilink. Hal ini menandakan dinamika yang positif dalam industri penerbangan komersial.
Selain penerbangan sipil, kami juga memiliki peran kuat dalam bidang militer pertahanan. Sekarang, kami memiliki sekitar 120 helikopter militer dan 60 pesawat militer terbang di langit Indonesia.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Memukul Industri Penerbangan Domestik
Pasar terus tumbuh. Kami telah menandatangani kesepakatan pemesanan dua pesawat militer bertipe A400M sekitar tahun 2022. Pesawat itu merupakan armada transportasi besar untuk Kementerian Pertahanan. Untuk unit pertama akan tiba pada akhir 2025.
Data ini menunjukkan kerja sama yang baik antara Airbus dan Indonesia. Saya sangat menantikan hal ini karena segala sesuatu tengah disiapkan.
Bagaimana prospek industri penerbangan dari sisi bisnis komersial?
Industri aviasi merupakan pasar yang begitu dinamis. Kami telah melakukan penilaian tahunan guna memproyeksikan evolusi pasar pada masa mendatang.
Dari hasil riset itu, kami memperkirakan kenaikan rata-rata penumpang lebih dari 7 persen pada 20 tahun mendatang. Angka itu hampir dua kali lipat dari rata-rata global yang tumbuh sekitar 3,6 persen per tahun.
Jadi, saya kira Indonesia mempunyai potensi yang baik. Makin bertumbuhnya tingkat kekayaan suatu negara, maka masyarakatnya akan lebih banyak melakukan perjalanan.
Saat ini, sekitar 500 pesawat komersial terbang di Indonesia. Setengah dari jumlah itu merupakan buatan Airbus. Kami melihat jumlah pesawat setidaknya akan meningkat hingga dua kali lipat pada tahun-tahun mendatang guna menjawab besarnya permintaan dalam industri aviasi.
Tentu saja, Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau pasti membutuhkan banyak konektivitas. Pesawat merupakan kunci jawaban persoalan ini. Saya sangat menilai positif terhadap pasar komersial.
Bagaimana Airbus menerapkan konsep keberlanjutan pada produk-produknya?
Kami memiliki teknologi termutakhir, paling efisien. Pesawat akan mengeluarkan lebih sedikit karbon dioksida (CO2) dihitung berdasarkan tiap penumpang per kilometer. Alhasil, pesawat akan lebih efisien.
Aspek keberlanjutan merupakan salah satu kunci strategi Airbus dalam mengoperasikan pabrik dan operasional lain. Dalam konteks investasi, kami melakukan penelitian dan pengembangan (R&D) untuk meningkatkan kualitas produk-produk Airbus.
Baca juga: Menelisik Lebih Dalam ”Bengkel” Pesawat Lion Group
Apabila Anda melihat pesawat-pesawat yang beroperasi di seluruh dunia, 30 persen merupakan generasi terbaru. Itu artinya, 70 persen lainnya merupakan pesawat-pesawat keluaran lama.
Kami berupaya memperkenalkan pesawat terbaru pada pasar kami, termasuk Indonesia. Kami ingin memastikan pesawat-pesawat tua dapat dipensiunkan. Sebab, dengan melakukan hal ini, kami memberikan dampak positif dengan mengurangi emisi CO2 dari tiap pesawat antara 20 dan 25 persen, berdasarkan jenis pesawatnya. Harapannya, menggantikan satu pesawat tua dengan yang baru.
Hal penting lainnya dari aspek suara. Dengan pesawat baru, suara bising dapat ditekan hingga 50 persen. Armada ini sangat baik untuk area-area dengan kepadatan tinggi.
Tak hanya itu, kami juga memastikan bahwa pasar kami tumbuh dengan menggunakan bahan bakar pesawat yang berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF). Bahan bakar itu diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan dengan menekan dampak buruk bagi lingkungan.
Kami sangat mendorong dan mengadvokasi penggunaan SAF. Saya pikir, Indonesia memiliki topologi menarik sekaligus dapat menjadi pemain kunci penerapan SAF. Banyak perusahaan yang saya temui tertarik menggunakan SAF. Sebagai contoh, penggunaan minyak jelantah, limbah kota, dan alga.
Baca juga: Penerbangan Indonesia: Pasar Terbesar, Konektivitas Minim
Dalam jangka panjang, kami juga berpedoman pada rencana yang telah didesain. Kami berupaya menciptakan pesawat nol emisi yang artinya netral emisi dan digerakkan hidrogen.
Inovasi ini membutuhkan ekosistem baru. Kami telah mengumumkan akan meluncurkan pesawat pertama ramah lingkungan pada 2035, sekitar 10 tahun lagi. Hal ini akan menandai revolusi besar tak hanya bagi Airbus, tetapi juga dunia penerbangan.
Sejauh apa Airbus berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan penerbangan Indonesia?
Kami memiliki hubungan baik dengan PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PT DI yang kini merupakan bagian PT Len Industri (Persero). Mereka merupakan penyuplai sejumlah program pesawat kami.
Sebagian onderdil dikirimkan kepada kami secara langsung untuk produk-produk Indonesia. Namun, mereka juga bekerja untuk penyuplai tier satu kami.
Secara konkret, mereka menyediakan onderdil untuk tipe pesawat A320 Family dan A350. Dari sisi helikopter, perusahaan Indonesia menyuplai untuk helikopter jenis H225, helikopter transportasi penumpang jarak jauh yang juga dipesan oleh negara ini.
PT DI turut merakit dua helikopter H225 yang kami sebut konfigurasi very important person (VIP). Moda transportasi ini akan mengangkut orang-orang VIP. Kami berencana mengirimkan armada-armada inipada akhir tahun 2024. Hal ini menjadi pencapaian bagus sekaligus memamerkan produk-produk yang kami punya.
Selain dengan PT DI dan PT Len, kam juga berkolaborasi dengan PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk atau GMF AeroAsia. Mereka menawarkan ahli teknis dan mendukung retrofit (penambahan fitur baru pada sistem lama) yang akan kami lakukan pada sejumlah helikopter, termasuk tipe Super Puma di bawah naungan Angkatan Udara Indonesia.
Dari Bandung, Jawa Barat, ada PT UTC Aerospace Systems yang memasok sejumlah bagian mesin untuk pesawat tipe A320 Family. Perusahaan-perusahaan aviasi yang berbeda ini menunjukkan andil bagus industri penerbangan Indonesia bagi Airbus.
Antara militer dan komersial, segmentasi pasar mana yang lebih menjanjikan bagi Airbus?
Melihat ukuran negara yang luas dengan populasi yang besar, serta pentingnya posisi geopolitik Indonesia, negara ini membutuhkan dukungan komersial dan militer. Belum lagi, risiko bencana alam juga besar.
Kebutuhan akan pesawat terbang dan helikopter besar di Indonesia guna menjawab beragam tantangan yang ada. Anda membutuhkan pesawat komersial dan militer pertahanan untuk melindungi banyak orang dari marabahaya. Dengan kondisi geografis Indonesia, Anda tak bisa serta-merta bepergian dengan mobil atau sepeda sehingga Anda harus memilih melakukan perjalanan dengan kapal atau pesawat.
Baca juga: Perluas Konektivitas, Maskapai Penerbangan Ekspansi ke Indonesia Timur
Terbang merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Saya kira, tiap produk kami memiliki peluang bagus di Indonesia.
(Anand)
Saya pikir, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki permintaan tinggi hampir tiap produk Airbus. Sejumlah pesawat militer, seperti tipe C212, CN235, C295, A400M, dan A330 MRTT, serta tiap helikopter dari ukuran kecil hingga besar.
Saat ini, berapa pesanan yang diterima Airbus dari maskapai Indonesia?
(Anand)
Kami memiliki sekitar 167 pesawat di Indonesia. Kami memperkirakan tambahan sekitar 198 pesawat yang akan dikirimkan. Ketika Anda melihat ada lebih dari 500 pesawat, angka itu juga akan naik dua kali lipat seperti prediksi pertumbuhan penumpang. Jadi, saya kira permintaan untuk menjual pesawat lebih tinggi daripada yang dapat mampu kami kirimkan.
Dampak setelah pandemi Covid-19, industri penerbangan mengalami ketidakseimbangan permintaan dan pasokan. Bagaimana Airbus menghadapi persoalan ini?
Pandemi Covid-19 mengejutkan semua orang, begitu pula dengan kecepatan pemulihannya. Karena itu juga, banyak permintaan pesawat dengan lorong tunggal (single aisle). Setelah itu, pemulihan yang masif juga meningkatkan permintaan pesawat berbadan besar (wide bodies).
Pesawat lorong tunggal merupakan armada dengan ukuran lebih kecil, seperti A320. Sebaliknya, pesawat berbadan besar Airbus, seperti A330 dan A350.
Dulu selama pandemi Covid-19, banyak perusahaan terpaksa menurunkan produksinya. Sebab, tak ada maskapai penerbangan yang butuh armada baru karena tak ada pergerakan. Alhasil, kami pun mengikuti tren yang sama. Sekarang, semua mobilitas meningkat masif dalam waktu bersamaan.
Baca juga: Mulai Pulih, Maskapai Tambah Jadwal Penerbangan
Peningkatan produksi melibatkan banyak pihak yang berbeda-beda. Kami telah melakukan masif investasi dan mempekerjakan orang sehingga Airbus dapat mengikuti perkembangan yang ada.
Meski demikian, tantangan yang kami hadapi, pekerjaan ini tak hanya dilakukan oleh kami, tetapi seluruh industri, khususnya rantai pasokan. Sebab, rantai pasok menghadapi masa-masa sulit selama pandemi Covid-19. Hingga saat ini pun mereka belum bisa bangkit.
Saya dapat katakan bahwa tantangan terbesar saat ini mendapatkan suku cadang dan bahan-bahan lain tepat waktu. Tahun lalu, kami mengirimkan 735 pesawat terbang ke seluruh dunia, performa yang baik. Tahun ini, kami berencana mengirim 770 armada.
Namun, Anda harus memahami bahwa kami memiliki pekerjaan yang tertunda (backlog)lebih dari 8.500 pesawat. Pesawat-pesawat itu telah dipesan, kontrak telah ditandatangani sehingga tugas kami untuk mengirimkannya. Pengiriman armada dalam waktu cepat juga menjadi isu tersendiri. Kami tetap mengutamakan kualitas sebab kami juga tak ingin terlalu terburu-buru.
Kami tetap perlu mengirimkan pesawat berdasarkan kualitas dan standar karena aspek itu tak dapat ditawar lagi. Kami tengah berusaha keras.
Baca juga: Terkait Tiket, Maskapai Berharap Mekanisme Pasar Diterapkan
Airbus memiliki banyak pelanggan yang menginginkan pesawat Airbus diterima lebih cepat dari kemampuan kami. Kami sungguh melakukan yang terbaik, tetapi rantai pasok merupakan isu yang rumit. Rantai pasok tak hanya dialami pabrikan pesawat, tetapi juga katering.
Kami berupaya membantu semampunya, tetapi tak seluruh kendali ada di tangan kami. Airbus berusaha mengirimkan seluruh pesanan tepat waktu. Namun, sebagian kecil di antaranya terpaksa terlambat. Beruntung, para pelanggan dapat memakluminya.
Indonesia sedang dalam fase transisi pemerintahan. Ada perhatian khusus terkait hal ini?
Saya tak memiliki catatan khusus. Saya mencintai pemerintahan Presiden Joko Widodo. Saya yakin, presiden terpilih Prabowo Subianto akan melanjutkan pemerintahannya pada arah yang sama.
Kami menantikan apa yang terjadi pada masa mendatang. Banyak hal terjadi. Kami tetap mendukung penuh.
Airbus ingin bekerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia. Kami juga ingin menarik talenta-talenta muda untuk bergabung dengan Airbus dan industri luar angkasa (aerospace) karena ini merupakan industri yang menakjubkan.
Saya hanya dapat mengapresiasi segala sesuatu yang telah dilakukan dan mendukung segala sesuatu yang akan dilakukan selanjutnya. Kami terus berkomitmen untuk membantu industri penerbangan Indonesia.
Baca juga: Kompleksitas Dunia Penerbangan Indonesia