Presiden dalam Pidato Kenegaraan Klaim Biaya Logistik Kian Murah
Presiden mengklaim berbagai pembangunan infrastruktur telah menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengatakan, biaya logistik kian murah sehingga daya saing Indonesia kian meningkat. Menurut dia, ini merupakan hasil dari berbagai pembangunan infrastruktur selama dirinya menjabat. Hal ini disampaikan Presiden dalam Pidato Kenegaraan Presiden pada Sidang Tahunan MPR RI, Sidang Bersama DPR-DPD RI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Presiden mengatakan, pemerintah terus melakukan pembangunan infrastruktur untuk fondasi perkembangan Indonesia. Pembangunan dilakukan dengan perspektif Indonesiasentris dengan membangun dari pinggiran desa atau daerah terluar.
Selama menjabat, lanjut Presiden, pemerintah telah membangun 366.000 kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, 50 pelabuhan dan bandara baru, 43 bendungan, dan 1,1 juta hektar jaringan irigasi baru.
”Sehingga menurunkan biaya logistik Indonesia dari sebelumnya 24 persen menjadi 14 persen pada 2023. Sehingga meningkatkan daya saing dari peringkat 44 jadi 27 di 2024,” ujar Presiden.
Logistik bertumbuh
Pada kesempatan berbeda, dalam siaran persnya, Jumat, Founder & CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan, sektor logistik terus tumbuh secara konsisten dan berkontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan dan kontribusi lapangan usaha transportasi dan pergudangan terhadap produk domestik bruto (PDB).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh 9,56 persen secara tahunan dan berkontribusi sebesar 6,24 persen terhadap PDB triwulan 2-2024.
Walaupun dalam lapangan usaha itu terdapat transportasi penumpang, dapat menggambarkan kinerja sektor logistik yang bertumbuh.
Capaian ini meningkat dibandingkan dengan kinerja pada triwulan 1-2024. Lapangan usaha itu tumbuh 8,65 persen secara tahunan dan berkontribusi sebesar 5,93 persen terhadap PDB.
Setijadi menjelaskan, kinerja lapangan usaha itu dalam sekian periode terakhir selalu di atas rata-rata pertumbuhan semua lapangan usaha atau perekonomian Indonesia.
”Walaupun dalam lapangan usaha itu terdapat transportasi penumpang, dapat menggambarkan kinerja sektor logistik yang bertumbuh,” ujar Setijadi.
Meskipun demikian, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyangsikan turunnya biaya logistik. Menurut dia, memang betul telah banyak infrastruktur yang terbangun selama pemerintahan Joko Widodo. Namun, banyak juga temuan tindak pidana korupsi dalam berbagai pembangunan infrastruktur.
Hal ini membuat kualitas infrastruktur yang terbangun buruk. Dampaknya, pemerintah dan pengelola infrastruktur terkait jadi harus ongkos operasional dan biaya pemeliharan yang lebih besar.
Agus melihat, saat ini rantai distribusi barang dan jasa masih terlampaui panjang. Konektivitas transportasi dari pelabuhan sampai ke pengecer ini masih panjang. Hal itu belum ditambah maraknya pungutan liar yang masih terjadi sehingga menjadi biaya tambahan yang tidak terencana yang berakibat pada meningkatnya beban ongkos logistik.
”Kalau benar-benar ingin serius menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya saing, semua itu yang perlu dibenahi,” ujar Agus.