Arab Saudi Bidik Bisnis Energi Terbarukan di Indonesia
Bersama PLN IP, perusahaan pembangkitan listrik asal Arab Saudi, ACWA Power, berinvestasi di PLTS Terapung Saguling.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak hanya pada infrastruktur, minyak dan gas bumi, kesehatan, serta haji dan umrah, Arab Saudi kini berinvestasi energi terbarukan di Indonesia. Melalui perusahaan pembangkitan listrik ACWA Power, Saudi berinvestasi pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Saguling di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ACWA bermitra dengan PT PLN Indonesia Power.
Penandatanganan perjanjian jual beli tenaga listrik (power purchase agreement/PPA) untuk proyek PLTS Terapung Saguling dilakukan di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (13/8/2024). Selepas acara itu, dilakukan juga penandatanganan letter of intent (LoI) proyek PLTS Terapung Karangkates, Malang, Jawa Timur, kolaborasi PT PLN Nusantara Power dengan GD Power Hong Kong Co Ltd, anak usaha China Energy.
Duta Besar Arab Saudi untuk Republik Indonesia Faisal bin Abdullah Al-Amud, dalam sambutannya pada acara tersebut, mengatakan, kerja sama dalam proyek PLTS Terapung Saguling tak terlepas dari arahan pemimpin kedua negara. Kerajaan Arab Saudi adalah negara dengan perekonomian terbesar di Timur Tengah, sedangkan Indonesia adalah negara dengan populasi yang besar serta memiliki perekonomian kuat di Asia Tenggara.
Ia pun berharap kerja sama kedua negara berlanjut. ”Saya mengundang para investor, baik di Indonesia maupun Arab Saudi, untuk berpartisipasi dalam investasi di kedua negara, pada tahun-tahun mendatang. Kesempatan seperti ini jangan dilewatkan begitu saja (tetapi harus dimanfaatkan untuk pengembangan investasi),” kata Faisal.
Berdasarkan data PLN Indonesia Power, PLTS Terapung Saguling seluas 95 hektar akan dibangun di permukaan perairan Waduk Saguling. Berkapasitas 95,3 megawatt-peak (MWp)/60 MWac, PLTS terapung itu akan memproduksi listrik 146 gigawatt-jam (GWh) per tahun atau setara untuk kebutuhan 66.000 rumah tangga. Pengembangan PLTS terapung dimulai 2018, sedangkan letter of intent ditandatangani pada akhir 2023.
Setelah PPA, pembangunan konstruksi PLTS Terapung Saguling akan didahului proses pendanaan dengan target semua proses finansial dan akunting yang mengarah pada kegiatan tutup buku (financial close) tuntas selambatnya pada Maret 2025. Dengan estimasi pengerjaan konstruksi sekitar 15 bulan, commercial operation date (COD) atau operasi komersial ditargetkan pada Juni 2026.
Adapun investasi pembangunan PLTS Terapung Saguling sebesar 75 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,2 triliun. Sebesar 75 persen pendanaan proyek akan berasal dari pinjaman internasional dan sisanya dari PLN Indonesia Power serta ACWA Power. Karena itu, dibentuk perusahaan patungan, PT Indo ACWA Tenaga Saguling, dengan kepemilikan 51 persen saham oleh IP dan 49 persen ACWA Power.
Presiden Direktur PT Indo ACWA Tenaga Saguling Rudolf Rinaldo Aritonang mengatakan, proyek PLTS terapung ialah solusi tepat dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. ”Terutama di daerah yang padat penduduk karena (dapat) menghemat penggunaan lahan. Kami antusias untuk berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas energi terbarukan sekaligus mengurangi emisi karbon di Indonesia,” katanya.
Saat ini ACWA Power dan PLN Indonesia Power juga berkolaborasi dalam proyek PLTS Terapung Singkarak di permukaan perairan Danau Singkarak, Sumatera Barat, dengan kapasitas 76 MWp/50 MWac, dengan perkiraan produksi energi sebesar 108 GWh per tahun. Konstruksi proyek itu diharapkan dimulai pertengahan 2025 dengan target operasi komersial pada Desember 2026.
PTLS Terapung Karangkates
Adapun proyek PLTS Terapung Karangkates, kerja sama PLN Nusantara Power dengan GD Power Hong Kong serta Perum Jasa Tirta I, menurut rencana akan dibangun di permukaan perairan Bendungan Sutami, Malang. PLTS terapung berkapasitas 100 MWac ditargetkan beroperasi 2025.
Authorized Representative GD Power Hong Kong Overseas Investment Company Limited, Zhao Zhigang, dalam sambutan pada penandatanganan LoI PLTS Terapung Karangkates, Selasa, mengemukakan, pengembangan serta pemanfaatan energi bersih telah menjadi target bersama di seluruh dunia. Tantangan perubahan iklim dan keterbatasan sumber daya membuat transisi energi berkelanjutan mesti diakselerasi.
”PLTS (terapung), sebagai bagian dari solusi, menjadi kunci dalam pengembangan energi masa depan. Sebab, pembangkit listrik itu ramah lingkungan, memanfaatkan sumber daya yang melimpah, serta penyebarannya luas. GD Power mendorong pengembangan energi bersih serta kerja sama internasional. Promosi energi bersih tak hanya untuk perusahaan, tetapi juga perbaikan global dan kesejahteraan manusia,” ujarnya.
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, penandatanganan PPA pada proyek PLTS Terapung Saguling dan LoI pada proyek PLTS Terapung Karangkates bagian dari spirit kolaborasi. Sebab, dalam bertransformasi dari pengembangan energi berbasis fosil ke energi terbarukan tidak bisa dilakukan sendiri oleh PLN.
”Ini membutuhkan solusi global serta kolaborasi global. Pemanasan global saat ini sudah memasuki fase kritis. Memang menjadi tantangan, tetapi di sisi lain juga menghadirkan peluang besar untuk berinvestasi, ekspansi, ataupun kolaborasi srategi serta inovasi teknologi,” ujar Darmawan.
Sebelumnya, PLTS Terapung Cirata, hasil kolaborasi PLN Nusantara Power dengan perusahaan energi terbarukan asal Uni Emirat Arab, Masdar, beroperasi komersial pada 2023. Pembangkit berkapasitas 192 MWp itu menjadi pionir pengembangan energi surya yang memanfaatkan permukaan waduk/bendungan. Adapun harga jual listriknya sebesar 5,8 sen dollar AS per kWh. Sementara harga jual listrik PLTS Terapung Saguling dan PLTS Terapung Karangkates di bawah angka itu.
Secara terpisah, analis sistem ketenagalistrikan dan energi terbarukan Institute for Essential Services Reform (IESR), Alvin Putra, menuturkan, pengembangan PLTS terapung cukup baik, khususnya dalam mengatasi sulitnya membuka lahan baru. Selain itu, panel surya di atas permukaan perairan juga relatif lebih baik dari sisi pendinginan. Tinggal bagaimana penguasaan konstruksi hingga pemeliharaan ke depan dipastikan.
Secara umum, harga komponen modul surya pun sudah lebih murah sehingga harga jual listrik sudah lebih murah dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. ”Kemarin Cirata (sudah), selanjutnya apa? Kita tunggu juga misalnya PLTS Terapung Saguling dan Singkarak,” ucapnya.