Pemerintah Kejar Eksplorasi untuk Perkecil Defisit Minyak
Realisasi produksi siap jual minyak bumi di semester I-2024 mencapai 576.000 barel per hari, jauh di bawah target.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BOJONEGORO, KOMPAS — Penurunan produksi minyak bumi secara alamiah membuat defisit minyak bumi membesar. Kini, Indonesia harus mengimpor sekitar 600.000 barel minyak bumi per hari guna memenuhi kebutuhan nasional. Pemerintah mendorong kontraktor kontrak kerja sama untuk melakukan eksplorasi di area-area baru.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada seremoni produksi perdana proyek Banyu Urip Infill Clastic di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024), mengatakan, untuk gas bumi, telah ditemukan sumber-sumber baru, seperti di Selat Makassar dan di perairan utara Pulau Sumatera. Sementara untuk minyak bumi masih menyisakan pekerjaan rumah.
”Tantangan kita adalah di sektor minyak. Prinsipnya, bagaimana kita bisa berpikir Indonesia dapat membangun ketahanan energi serta membuka bisnis dengan prinsip win-win. Tak hanya dari lapangan existing, kami berharap adanya kegiatan-kegiatan eksplorasi baru untuk mempercepat pendeteksian sumber-sumber baru. Sebab, Indonesia masih memiliki banyak potensi,” kata Arifin.
Tantangan itu tak terlepas dari terjadinya penurunan produksi minyak bumi secara alamiah mengingat mayoritas sumur minyak di Indonesia ialah sumur tua (mature). Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi produksi siap jual atau lifting minyak bumi pada semester I-2024 mencapai 576.000 barel per hari, jauh di bawah target APBN. Di sisi lain, permintaan terus meningkat.
Kondisi ini membuat target lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2030 kian menantang untuk diwujudkan. Oleh karena itu, Arifin melanjutkan, pihaknya terus mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk melakukan eksplorasi di area-area terbuka atau baru sehingga penambahan produksi minyak bumi lebih dapat dipastikan.
Arifin menambahkan, akan ada kajian bersama terkait eksplorasi area-area terbuka guna memperoleh potensi minyak baru di Indonesia. Salah satunya melibatkan ExxonMobil Cepu Limited yang saat ini mengoperatori Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu. Namun, ia belum mau menyebut wilayah yang akan dieksplorasi tersebut.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menuturkan, keterlibatan perusahaan-perusahaan migas global penting dalam melakukan eksplorasi guna mencari sumber-sumber minyak baru.
”Sebab, tidak ada yang bisa dilakukan (untuk menaikkan produksi secara signifikan) selain menemukan cadangan (minyak) besar, baik untuk keberlanjutan pasokan energi maupun mencapai target 1 juta barel minyak per hari,” kata Komaidi.
Kendati demikian, Arifin menyadari pendeteksian sumber-sumber minyak baru bukan hal mudah. Oleh karena itu, sambil mencari sumber-sumber baru, lapangan migas yang telah berproduksi pun dioptimalkan.
Salah satunya dengan infill clastic atau pengeboran lapisan berbeda pada lapangan sama, seperti dalam proyek Banyu Urip Infill Clastic (BUIC).
Mulai dibor pada Maret 2024, proyek tersebut telah memproduksi minyak sebanyak 13.300 barel dari total potensi di dalam reservoir itu yang mencapai 42 juta barel. Produksi didapatkan dari Sumur B-13 atau satu dari 7 sumur yang dibor menggunakan rig PDSI-40.3. Setelah keberhasilan pada sumur pertama, ditargetkan ada tambahan produksi dari sumur-sumur lainnya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip didorong tetap optimal mengingat lapangan tersebut ialah kontributor terbesar kedua di Indonesia atau sekitar 25 persen dari produksi nasional. Sejauh ini, produksi dari Banyu Urip juga telah melampaui apa yang ditargetkan dalam rencana pengembangan lapangan (POD).
Catatan SKK Migas, investasi ketujuh pemboran sumur dalam proyek BUIC mencapai 203,5 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 3,25 triliun dengan kurs Rp 16.000 per dollar AS. Proyek tersebut diperkirakan memberi penambahan penerimaan negara sebesar 2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 32 triliun.
”Upaya-upaya tersebut dapat menjembatani potensi Indonesia dalam mencapai target 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada dekade ini. Potensi-potensi ini kita terus gali untuk meraih cita-cita kemandirian energi,” ucapnya.
Investasi ketujuh pemboran sumur dalam proyek BUIC mencapai 203,5 juta dollar AS atau setara Rp 3,25 triliun (kurs Rp 16.000 per dollar AS).
Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall mengatakan, BUIC ialah bagian dari drilling campaign yang akan berkontribusi bagi target lifting minyak nasional sekaligus ketahanan energi nasional. Hal itu bukan hanya tentang menciptakan tonggak sejarah, melainkan juga menunjukkan keberhasilan talenta, teknologi, dan keunggulan yang dimiliki Indonesia.
”(Sebab), proyek ini melibatkan kontraktor serta pekerja lokal. Hal itu memberi nilai tambah ekonomi baik bagi masyarakat maupun operasionalisasi kami. Ini memberikan dampak positif,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, ExxonMobil Cepu Limited menjadi perusahaan dengan produksi minyak terbesar kedua di Indonesia pada 2023, yakni 155.444 barel per hari. Adapun di posisi pertama ialah Pertamina Hulu Rokan dengan produksi sebesar 161.623 barel minyak per hari. Keduanya menjadi tulang punggung produksi minyak nasional saat ini.