Kemungkinan besar, pada 2024 ini rupiah Rp 15.500 per dollar AS walaupun Bank Indonesia memprediksikan Rp 15.700.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai tukar rupiah mulai menguat di tengah pelemahan dollar AS yang dipengaruhi sentimen negatif perekonomian ”Negeri Paman Sam”. Penguatan rupiah diperkirakan terus berlanjut hingga akhir tahun 2024.
Jakarta Interspot Dollar (Jisdor) pada perdagangan Rabu (7/8/2024) mencatat, nilai tukar rupiah di level Rp 16.100 per dollar AS atau menguat 0,5 persen dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Pergerakan kurs rupiah ini relatif positif saat bursa saham banyak negara di dunia terkoreksi pada Senin (5/8/2024) kemarin.
”Penguatan mata uang rupiah di minggu ini disebabkan data ekonomi dalam negeri yang cukup bagus, di sisi lain cadangan devisa pun masih mumpuni pada Juli,” kata analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, kepada wartawan, Rabu.
Selain faktor internal, juga ada situasi eksternal yang membuat rupiah berdaya. Salah satunya, kata Ibrahim, kinerja ekonomi AS yang dibayangi penurunan kekuatan ketenagakerjaan.
Data tingkat pengangguran AS tercatat naik menjadi 4,3 persen pada Juli 2024 dari 4,1 persen pada Juni 2024. Ini diikuti data nonfarm payrolls, penggajian sektor tenaga kerja mayoritas, yang turun ke 114.000 pada Juli dari 179.000 pada Juni.
”Data ekonomi Amerika Serikat tersebut membuat Bank Sentral Amerika, kemungkinan besar dalam pertemuan September, akan menurunkan suku bunganya lebih besar lagi, bukan lagi 25 basis poin, tetapi 50 basis poin,” ujarnya.
Namun, saya optimistis dengan kondisi saat ini dan rupiah kembali ke fundamentalnya.
Keyakinan ini berdasarkan survei konsensus analis di AS yang 100 persen yakin penurunan suku bunga hingga sebesar 50 basis poin dari level 5,5 persen akan terjadi mulai bulan depan.
Selain itu, Ibrahim juga memperkirakan faktor pemilu AS yang diperkirakan dimenangi pihak Demokrat sebagai partai yang memimpin saat ini, dan meredanya konflik geopolitik di Timur Tengah membuat mata uang rupiah digdaya setidaknya dalam minggu ini.
”Target saya sendiri kemungkinan besar pada 2024 ini sampai akhir, rupiah itu adalah Rp 15.500 (per dollar AS) walaupun Bank Indonesia menganalisis prediksinya di Rp 15.700. Namun, saya optimistis dengan kondisi saat ini dan rupiah kembali ke fundamentalnya,” ungkapnya.
Adapun Chief Economist Mandiri Sekuritas Rangga Cipta, dalam laporan analisisnya hari ini, memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah mulai berbalik di triwulan III-2024 dan menguat ke level di bawah Rp 16.000 per dollar AS.
”Mandiri Sekuritas menilai, di kuartal III-2024, rupiah bisa menguat di bawah level Rp 16.000 per dollar AS atau sekitar Rp 15.900 per dollar AS,” kata Rangga, Rabu (7/8/2024).
Potensi ini didukung perkiraan pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve, pada pertemuan mereka yang tersisa tiga kali hingga akhir tahun ini.
Sementara itu, fluktuasi yang mengarah pada pelemahan nilai tukar kemungkinan masih akan terjadi, antara lain karena sentimen pelantikan Presiden RI, Prabowo Subianto, dan pemilu presiden di AS beberapa bulan mendatang.
Penggantian kepemimpinan di Indonesia dinilai akan ditanggapi sikap wait-and-see oleh para pelaku usaha. Hasil pemilu di AS yang dikhawatirkan dimenangi kubu Donald Trump, yang cenderung mendukung perang dagang dengan China, bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Meski demikian, Rangga memperkirakan pelemahan rupiah di pengujung tahun tidak akan kembali ke level Rp 16.500 per dollar AS, yang menjadi titik terendah sejauh ini pada 2024. ”Mungkin bisa kembali ke kisaran Rp 16.000,” tuturnya.