Berdampak bagi Pariwisata, Sejumlah Pihak Dukung Harga Tiket Pesawat Turun
Penurunan harga tiket pesawat berdampak signifikan bagi pariwisata ketika dibarengi interkonektivitas.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pihak menyambut baik upaya pemerintah menurunkan harga tiketpesawat. Penurunan harga tiket pesawat dapat memberi efek pengganda bagi pariwisata Indonesia.
Masyarakat yang kerap mengeluhkan harga tiket pesawat mendorong pemerintah mengkaji persoalan ini bersama sejumlah pemangku kebijakan. Maskapai penerbangan, tak terkecuali, turut terlibat dalam diskusi ini.
Upaya pemerintah mendorong penurunan harga tiket disambut pihak maskapai penerbangan. Namun, tak banyak yang bisa maskapai lakukan karena masih berupa perencanaan.
”Setuju saja. Kan, masih pada tataran upaya dan karena jangka pendek melibatkan otoritas lain. Ya, kita tunggu saja respons otoritas lain soal pajak, avtur, dan lain sebagainya,” ujar Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Irfan Setiaputra saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (7/8/2024).
Irfan mengatakan, ia dan timnya dipanggil untuk berdiskusi oleh tim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Namun, Irfan enggan menjelaskan lebih rinci soal pertemuannya dengan pemerintah. ”Saya menunggu persetujuan instansi terkait,” katanya.
Akhir pekan lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Kebijakan Transportasi dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara bersama pemangku kebijakan mengumumkan telah mengkaji harga tiket pesawat.
Harga tiket yang dibayarkan masyarakat mencakup komponen tarif jarak, pajak, iuran wajib asuransi, dan biaya tuslah/tambahan (surcharge). Setidaknya ada rencana jangka pendek, menengah, dan panjang yang ditawarkan pemerintah guna menekan harga tiket pesawat. Kebijakan ini harus diambil lintas sektoral, tak berfokus hanya pada Kemenhub.
Secara terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno sangat mendukung kajian yang dilakukan kementerian lain. Ia juga menyoroti besaran tiket pesawat yang makin tak terjangkau karena pajak tiket pesawat.
”Super setuju, ya, karena kalau kita lihat, salah satu penyumbang harga tiket yang mahal itu adalah pajaknya,” ujar Sandiaga, seperti dikutip dari Antara.
Dampak pariwisata
Ia menilai bahwa pergerakan wisatawan nusantara berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengeluaran wisatawan nusantara dapat lebih besar apabila dibandingkan pengeluaran wisatawan mancanegara. Dampak perekonomian yang dibawa wisatawan nusantara terhadap destinasi wisata, bahkan wilayah terkait dapat mengganti pemasukan negara yang hilang dari penghapusan pajak tiket pesawat.
”Jadi, kita harus cari bauran kebijakannya yang bisa menambal hilangnya pajak dari tiket pesawat, tetapi (pendapatan negara) justru bertambah dari pergerakan wisatawan nusantara tersebut,” kata Sandiaga.
Usaha pemerintah menekan harga tiket pesawat telah dinanti sejak lama. Namun, penurunan tiket tak berdampak optimal bagi pariwisata, jika tak dibarengi dengan perbaikan interkonektivitas pada wilayah-wilayah destinasi.
Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Chusmeru, menanggapi positif upaya pemerintah. Tindak lanjut ini telah ditunggu-tunggu para wisatawan.
”Memang Indonesia selama ini menerapkan harga tiket pesawat itu, kan, terlalu tinggi, terlalu mahal. Ada yang beranggapan lebih murah kalau kita berwisata ke Singapura ketimbang di dalam negeri,” ujarnya.
Penurunan harga tiket pesawat ini akan berdampak pada mobilitas atau pergerakan masyarakat untuk berwisata di dalam negeri, khususnya perjalanan antarpulau. Walau penurunan ini bukan satu-satunya faktor yang mendorong wisatawan beperjalanan.
Besaran akhir harga tiket pesawat yang bisa diturunkan, Chusmeru melanjutkan, akan cukup signifikan guna memperbaiki industri pariwisata. Sebab, gairah beperjalanan dalam negeri mulai tumbuh.
Efek pengganda (multiplier effect)dirasakan masyarakat sekitar tujuan wisata. Sisa anggaran dari tiket pesawat dapat dialihkan untuk menambah jumlah obyek wisata yang dikunjungi. Sebagian lainnya dapat digunakan membeli cendera mata dan oleh-oleh.
“Hanya memang harus dibarengi dengan interkonektivitas pada setiap bandara dengan beberapa destinasi wisata di sekitar. Penurunan harga tiket ini perlu dibarengi dengan kemudahan sistem transportasi yang memudahkan wisatawan dari satu bandara ke destinasi wisata,” tutur Chusmeru.
Selain interkonektivitas, geliat wisata suatu daerah pula dipengaruhi popularitas pada satu destinasi. Kenyamanan dalam berwisata juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan.