Biodiesel B40 ditargetkan mulai dipakai penuh pada 2025. Penghematan impor solar dan pengurangan emisi jadi sasaran.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Penggunaan bahan bakar biodieselB40 mulai diuji pada kereta api. Targetnya, bahan bakar campuran solar dan minyak sawit ini digunakan secara penuh pada 2025. Selain mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, penggunaan biodiesel juga tekan emisi.
Uji penggunaan B40 itu dilakukan di fasilitas PUK Lempuyangan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) di kompleks Stasiun Lempuyangan, Kota Yogyakarta, Senin (22/7/2024) pagi. B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati dari kelapa sawit sebanyak 40 persen.
Uji penggunaan itu dihadiri oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi. Turut hadir pula Vice President Logistics PT KAI Suryawan Putra Hia dan Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Mustafid Gunawan.
Eniya mengatakan, uji penggunaan pada kereta api (KA) ini merupakan bagian dari uji penggunaan B40 untuk sektor non-otomotif pada tahun ini. Adapun uji penggunaan pada sektor otomotif telah rampung tahun lalu.
Selain KA, uji penggunaan sektor non-otomotif juga mencakup alat pertanian, alat berat pertambangan, pembangkit listrik, dan angkutan laut. ”Kami berharap semua uji penggunaan bisa selesai Desember ini sehingga penggunaan B40 secara penuh bisa dilakukan tahun 2025,” ujar Eniya.
Dia pun optimistis penggunaan B40 ini bisa makin meningkatkan penghematan devisa negara dari pengurangan impor solar dibandingkan biodiesel sebelumnya, yakni B35. Peningkatan pemakaian biodiesel juga akan makin menurunkan emisi karbon di Indonesia.
Kalau tahun depan sudah beralih ke B40, penghematan bisa mencapai sekitar 9 miliar dollar AS (sekitar Rp 144 triliun).
Eniya menyebut, pada tahun 2023, penghematan devisa dari penggunaan B35 pada sektor otomotif dan non-otomotif mencapai Rp 122 triliun. Tahun ini diperkirakan angkanya juga sama. ”Kalau tahun depan sudah beralih ke B40, penghematan bisa mencapai sekitar 9 miliar dollar AS (sekitar Rp 144 triliun),” ujarnya.
Adapun penurunan karbon dioksida (C02) ditargetkan mencapai 42,5 juta ton dari estimasi pemakaian 16 juta kiloliter (kl) B40 pada 2025. Ini lebih besar dari pemakaian B35 yang mencapai 12,23 juta kl pada tahun 2023 dan diperkirakan mencapai 13 juta kl hingga akhir tahun 2024.
Suryawan Putra Hia mengatakan, PT KAI saat ini memakai bahan bakar B35 sebanyak 300 juta liter setahun. Selama pemakaian, dia menyebut tak ada masalah terhadap performa mesin KA. ”Dari segi biaya juga tak ada perubahan, sama saja,” ujarnya.
Karena itu, dia optimistis peralihan dari B35 ke B40 ini bisa berjalan lancar juga mengingat spesifikasinya tak berbeda jauh. ”Kami hanya meminta agar ada pendampingan dari tim ahli karena kami tidak memiliki keahlian di bidang tersebut,” tuturnya.
PT KAI telah bekerja sama dan mendukung program biodiesel ini sejak 2018 saat pertama kali bahan bakar biodiesel B20 diluncurkan, kemudian dilanjutkan dengan B30, B35, dan kini B40. ”KAI akan mendukung semaksimal mungkin program strategis pemerintah ini,” ujarnya.
Sementara itu, Mustafid Gunawan mengatakan, uji penggunaan pada KA dilakukan untuk bahan bakar mesin lokomotif dan mesin genset KA. Uji penggunaan mesin lokomotif dilakukan pada satu kereta barang rute Jakarta-Surabaya, sedangkan uji genset dilakukan pada KA Bogowonto rute Lempuyangan-Pasar Senen.
”Uji mesin lokomotif sudah dimulai sejak 3 Juli 2024 dan selesai Desember 2024. Adapun uji genset dilakukan selama 1.200 jam yang dimulai hari ini hingga November 2024,” kata Mustafid.
Untuk mendukung uji penggunaan itu, telah dibangun fasilitas blending (pencampuran bahan bakar) dan pengisian bahan bakar di lima lokasi milik PT KAI, yakni Cipinang (Jakarta), Arjawinangun (Cirebon), Cepu (Blora), Lempuyangan (Yogyakarta), dan Pasar Turi (Surabaya).