Pabrik Baterai Mobil Listrik Terbesar di Asia Tenggara, dari Indonesia untuk Dunia
Mobil listrik Kona merupakan mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia dengan baterai buatan Indonesia.
Raut puas tampak di gurat wajah Presiden Joko Widodo ketika meninjau pabrik dan meresmikan ekosistem baterai dan kendaraan listrik di PT Hyundai LG Indonesia atau HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024). Senyum yang terus mengembang ini wajar karena hadirnya pabrik sel baterai pertama dan terbesar di Asia Tenggara ini sekaligus menjadi wujud konsistensi Presiden Jokowi dalam membangun kemandirian ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air.
Presiden Jokowi memang benar-benar mengawal pembangunan pabrik baterai ini dengan hadir pada groundbreaking atau peletakan batu pertama pada September 2021, lalu kembali meninjau pada September 2023. Peresmian pabrik kemudian digelar di PT HLI Green Power, Karawang, Jawa Barat, Rabu kemarin.
Begitu tiba di lokasi pabrik, Presiden Jokowi segera meninjau proses akhir lini produksi sel baterai. Dengan didampingi Menteri Perdagangan Republik Korea Inkyo Cheong, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Lee Sang-deok, Executive Chair Hyundai Motor Group Euisun Chung, dan President LG Energy Solution Dongmyung Kim, Presiden Jokowi lantas memperoleh penjelasan tentang spesifikasi baterai pack dan mobil listrik Hyundai Kona.
Presiden, antara lain, menyaksikan baterai pack yang siap digunakan untuk mobil listrik Kona. Baterai pack ini dilengkapi dengan 216 unit sel baterai yang terdiri dari baterai modul, pendingin, sistem EV (electric vehicle), dan kontrol unit yang menjadi satu-kesatuan unit baterai. Tegangan yang dihasilkan adalah 400 volt dengan tenaga listrik 65 kWh.
Selanjutnya, Presiden memperoleh penjelasan tentang mobil listrik Kona yang merupakan mobil listrik pertama yang diproduksi di Indonesia dengan baterai buatan Indonesia. Model ini memiliki jarak tempuh terjauh di kelasnya, yaitu lebih dari 600 kilometer untuk satu kali pengecasan. Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN Hyundai Kona telah mencapai 80 persen.
Seusai meninjau pabrik, Presiden Jokowi kemudian meresmikan ekosistem baterai dan kendaraan listrik PT HLI Green Power dengan memasukkan sel baterai ke baterai pack. Tiga item yang diresmikan Presiden Jokowi kali ini adalah baterai sel dengan nilai investasi tahap pertama 1,2 miliar dollar AS, baterai pack senilai Rp 700 miliar, dan mobil Hyundai Kona dengan investasi 1,5 miliar dollar AS. Pabrik menyerap 1.200 pekerja, dengan 50 tenaga kerja Korea Selatan.
Apresiasi
Presiden mengapresiasi investasi sebesar Rp 20 triliun dari pabrik mobil Hyundai serta konsorsium antara Hyundai dan LG dengan investasi sebesar Rp 160 triliun untuk ekosistem baterai listrik. Investasi tersebut menjadi bukti konkret dari kerja sama erat antara Indonesia dan Korea Selatan.
Seusai penandatanganan prasasti, Presiden Jokowi membubuhkan tanda tangan di atas mobil Hyundai Kona. Tidak hanya itu, Presiden juga sempat naik dan merasakan atmosfer di dalam mobil Kona. ”Hari ini kita telah memulai babak baru dalam meletakkan sebuah tonggak komitmen kita untuk menjadi pemain global di ekosistem EV cell baterai dan electric vehicle,” ucap Presiden.
Pabrik seluas 319.000 meter persegi ini merupakan perusahaan patungan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution. Hyundai dan LG sama-sama patungan sebesar 50 persen untuk membangun pabrik baterai pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara tersebut. Pembangunan memakan waktu sekitar 18 bulan. Pada paruh pertama tahun 2024, kapasitas tahunan pabrik ini akan mencapai 10 GWh sel baterai, cukup untuk 150.000 kendaraan listrik.
Sebanyak 90 persen dari produksi baterai akan diekspor karena kebutuhan baterai listrik di Indonesia masih sedikit. ”Hari ini saya meresmikan ekosistem kendaraan listrik dan pabrik sel baterai listrik pertama dan terbesar di Asia Tenggara yang berada di negara kita. Ini merupakan tonggak penting dari komitmen Indonesia untuk menjadi pemain global dalam rantai pasok kendaraan listrik dunia,” ujar Presiden.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga mengapresiasi visi dan keberanian Chairman Chung dari Hyundai, yang memulai proyek ini di tengah tantangan pandemi global. Menurut Presiden, proyek besar ini tidak akan berjalan tanpa visi dan keberanian Chairman Chung. ”Saya sekali lagi ingin memberikan apresiasi kepada Chairman Chung yang telah berani memutuskan sesuatu yang penting dalam kondisi pandemi,” ucap Presiden.
Proyek ini tidak hanya mencakup pembangunan smelter dan pabrik sel baterai kendaraan listrik, tetapi juga mengintegrasikan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia, seperti nikel, bauksit, dan tembaga. Melalui integrasi tersebut, Presiden meyakini, Indonesia dapat berkompetisi dengan negara lain. ”Untuk mobil listrik siapa yang bisa menghadang kita kalau kondisinya sangat kompetitif seperti itu?” kata Presiden.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga hadir dalam peresmian itu, menegaskan, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk kendaraan listrik, dari hulu sampai hilir, dengan ekosistem yang terintegrasi dan melibatkan para pemangku kepentingan internasional. Langkah strategis ini tidak hanya akan meningkatkan perekonomian, tetapi juga menciptakan ribuan lapangan kerja, mendorong inovasi dan pengembangan keterampilan tenaga kerja.
Indonesia memiliki target 600.000 kapasitas produksi battery electric vehicle (BEV) di tahun 2030. Produksi Kona Electric 50.000 unit per tahun akan menambah kapasitas produksi Indonesia secara signifikan. Produksi ini diperkirakan dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 160.000 ton per tahun, mengurangi impor BBM 45 juta liter per tahun, serta penghematan subsidi BBM mencapai Rp 131 miliar per tahun.
Pasar global
Chairman Chung meyakini bahwa aktivasi industri kendaraan listrik di Indonesia akan memberikan peluang ekonomi baru bagi seluruh kawasan Asia Tenggara. Target untuk memproduksi 600.000 kendaraan listrik di dalam negeri juga dinilai sangat wajar. ”Negara ini adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara. Kendaraan yang diproduksi dan dijual di sini menjadi standar untuk seluruh wilayah di kawasan Asia Tenggara dengan 700 juta pelanggan potensial,” ucapnya.
Menteri Jeong In-kyo pun menyatakan sangat yakin bahwa dalam waktu dekat, kendaraan listrik Indonesia dengan baterai Indonesia akan menjelajahi ASEAN dan pasar global. Kedua negara diharapkan bisa terus besinergi dalam pembangunan infrastruktur untuk mengurangi gas rumah kaca, pengembangan teknologi baru, dan eksplorasi serta komersialisasi mineral penting yang digunakan dalam industri canggih seperti baterai.
Ketika meninjau pameran kendaraan listrik Periklindo (Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia) Electric Vehicle Show Tahun 2024 yang digelar di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, pada Jumat (3/5/ 2024), Presiden juga mengatakan bahwa Indonesia masih memiliki peluang yang cukup besar bagi pangsa pasar kendaraan listrik. Presiden menyebut, saat ini produksi sepeda motor listrik baru mencapai sekitar 100.000 motor dari kapasitas yang ada sekitar 1,6 juta motor per tahun.
Peneliti transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, menyebut bahwa kehadiran pabrik sel baterai pertama di Indonesia ini menandai tonggak bersejarah bahwa Indonesia benar-benar serius dalam mengembangkan kendaraan listrik. Pemerintah diharapkan juga tidak menutup peluang untuk mengembangkan kendaraan listrik produksi dalam negeri.
Baca juga: Presiden Resmikan Pabrik Sel Baterai Listrik Terbesar di Asia Tenggara
PT Inka (Persero), misalnya, telah mampu memproduksi bus listrik. Pemerintah diminta memprioritaskan penggunaan bus listrik untuk pembenahan angkutan umum di Indonesia. Sementara sepeda motor listrik bisa didistribusikan di daerah 3 T (tertinggal, terdepan, terluar).
”
Sumber daya mineral Indonesia seperti besi dan nikel ditegaskan adalah komponen penting dari baterai yang akan menggerakkan jutaan kendaraan listrik di seluruh dunia. Tidak hanya menempatkan Indonesia sebagai pemimpin industri kendaraan listrik di kawasan, kehadiran pabrik sel baterai ini juga menggarisbawahi dedikasi Indonesia untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, dan menandai langkah penting menuju transisi energi hijau.