Kinerja Manufaktur Indonesia Merosot pada Juni 2024
Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia Juni 2024 berada pada level 50,7 menurun dari Mei yang sebesar 52,1.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juni 2024 merosot dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya permintaan produk.
Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia Juni 2024, yang dirilis oleh S&P Global, berada pada level 50,7, menurun dibandingkan Mei 2024 yang ada pada level 52,1. Kendati masih tergolong ekspansif, tapi ini sudah mendekati ambang batas menuju kontraksi. Sebab, indeks berada di atas 50 menunjukkan industri manufaktur dalam posisi ekspansif, sementara di bawah 50 menujukkan sebaliknya.
Economics Director S&P Global Market Intelligence Trevor Balchin menjelaskan, manufaktur Indonesia kehilangan momentum besar pada bulan Juni, dengan pertumbuhan permintaan baru hampir berhenti karena ekspor turun selama empat bulan berturut-turut.
Ia mengatakan, PMI Indonesia masih bertahan di atas tren rata-rata jangka panjang, tetapi perkiraan Indeks Output Masa Depan tidak bergerak dari posisi pada bulan Mei dan merupakan bagian dari yang terendah dalam rekor. Hal ini menggambarkan kekurangan perekrutan pada bulan Juni, dan penurunan pertama pada penumpukan pekerjaan dalam tujuh bulan.
”Arah pergerakan menunjukkan penurunan seketika pada permintaan baru pada awal semester kedua pada tahun ini, yang merupakan kontraksi kedua sejak pertengahan 2021,” ujarnya, Senin (1/7/2024).
Promp Manager Index (PMI) Indonesia Juni 2024. Dirilis oleh: S&P Global
S&P Global melakukan survei PMI di 40 negara, antara lain kawasan Uni Eropa, India, dan Indonesia. PMI Indonesia disusun berdasarkan jawaban-jawaban kuesioner bulanan yang dikirimkan kepada manajer pembelian yang tergabung dalam satu panel terdiri dari sekitar 400 perusahaan manufaktur.
Panel tersebut dikelompokkan berdasarkan ukuran sektor dan tenaga kerja perusahaan secara terperinci, berdasarkan kontribusinya terhadap GDP. Pengumpulan data dimulai pada bulan April 2011. Tanggapan survei dikumpulkan pada pertengahan kedua setiap bulan dan menunjukkan arah perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Indeks difusi dihitung untuk setiap variabel survei. Indeks adalah jumlah persentase tanggapan ”kenaikan” dan setengah persentase tanggapan ”tidak ada perubahan”.
Adapun indeks PMI adalah rata-rata terukur dari indeks-indeks berikut ini: Permintaan Baru (30 persen), Output (25 persen), Ketenagakerjaan (20 persen), Waktu Pengiriman dari Pemasok (15 persen) dan Stok Pembelian (10 persen). Untuk kalkulasi PMI, Indeks Waktu Pengiriman dari Pemasok dibalik sehingga bergerak ke arah yang sama dengan indeks lainnya.
Data survei yang mendasari tidak direvisi setelah publikasi, tetapi faktor penyesuaian secara berkala mungkin berubah dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan yang akan memengaruhi rangkaian data yang disesuaikan secara berkala.
Sementara itu data Indeks Keyakinan Industri (IKI) Juni 2024 yang dirilis Kementerian Perindustrian tidak berubah dibandingkan Mei 2024. IKI Juni 2024 berada pada level 52,5, angka yang sama seperti IKI Mei 2024.
”IKI bulan Juni 2024 mencapai 52,5, tidak berbeda dengan angka IKI bulan Mei 2024. Ini merupakan sinyal bertahan industri di tengah kondisi iklim usaha global saat ini,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Febri menjelaskan terdapat 22 subsektor mengalami ekspansi dengan kontribusi terhadap PDB tahun 2023 sebesar 98,6 persen. Sementara industri tekstil adalah satu-satunya subsektor yang mengalami kontraksi di Juni ini.
Hasil survei IKI Juni 2024 juga menunjukkan, optimisme pelaku usaha untuk enam bulan ke depan tetap stabil pada 73,5 persen, atau sama dengan optimisme bulan lalu. Adapun pesimisme pelaku usaha enam bulan ke depan mengalami penurunan dari 5,7 persen menjadi 5,4 persen. Adapun respondsen sisanya mengatakan kondisi ke depan akan stabil atau tetap.
IKI adalah indikator kondisi sektor industri pengolahan atau manufaktur yang dirilis setiap akhir bulan oleh Kementerian Perindustrian sejak November 2022. Setiap perusahaan dari berbagai subsektor industri wajib mengirim data kondisi perusahaannya lalu kemudian diolah menjadi IKI. Adapun variabel indikator yang diukur adalah pesanan baru, produksi, dan persediaan produk.
Indeks Keyakinan Industri (IKI) Juni 2024. Sumber: Kementerian Perindustrian
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W Kamdani mengatakan, industri manufaktur harus terus dipacu. Sebab, sektor ini punya kontribusi yang besar bagi perekonomian. Tak hanya menjadi salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang besar, sektor ini juga bisa menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan berkontribusi 19,28 persen terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada triwulan I-2024.