Belajar Hidup dari Jurus ”Marketing”
Henry Manampiring meluncurkan buku ”Belajar Marketing Belajar Hidup” di Kompas Institute, Jakarta, Sabtu (29/6/2024).
Marketing atau pemasaran erat kaitannya dengan bisnis, yang kerap juga disederhanakan sebagai promosi. Padahal, marketing memiliki empat elemen berbeda yang sama penting dan berkait satu sama lain.
Seluk-beluk tentang pemasaran itu coba dituangkan Henry Manampiring dalam buku terbarunya yang bertajuk Belajar Marketing Belajar Hidup. Seperti di buku-buku sebelumnya, gaya bertutur Henry dalam karangan terbarunya yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini juga kasual, mudah dipahami, serta aplikatif.
Henry, penulis buku Filosofi Teras yang hampir melampaui cetakan ke-70 dan The Alpha Girl ’s Guide yang juga menjadi mega best seller, melakukan sesuatu yang selama ini selalu ia tolak: menulis buku tentang pemasaran. Lama berkecimpung sebagai praktisi pemasaran, ia sejak lama lebih senang menulis buku terkait hal-hal di luar bidang pekerjaannya.
Prinsip-prinsip pemasaran tidak hanya berkait dengan promosi perusahaan, tetapi juga dapat membantu individu.
Buku Belajar Marketing Belajar Hidup lahir setelah bertahun-tahun Henry ”dicolek ” rekan kerja yang kerap mempertanyakan kebiasaannya menulis buku tentang filosofi ketimbang pemasaran. Padahal, pemasaran digelutinya selama lebih dari 25 tahun. Setiap ditanya akan itu, ia selalu ngeles.
”Dari dulu saya enggak mau menulis buku marketing. Pertama enek karena marketing itu pekerjaan, masak yang ditulis itu lagi? Kedua, buku marketing udah banyak. Sampai akhirnya akhir tahun lalu kesambe, dapat wangsit. Saya terpikir gimana kalau marketing ini digabungkan dengan pengembangan diri? ” kata Henry dalam peluncuran buku Belajar Marketing Belajar Hidup di Kompas Institute, Jakarta, Sabtu (29/6/2024).
Menulis buku soal pemasaran muncul setelah ia terpantik atas refleksi bahwa prinsip-prinsip pemasaran tidak hanya berkait dengan promosi perusahaan, tetapi juga dapat membantu individu. Ia meyakini, semua orang sejatinya ialah pemasar.
”Saya percaya setiap orang di ruang ini, tuh, semua melakukan marketing, ” ujar Henry di hadapan sedikitnya 120 peserta acara peluncuran buku kedelapannya tersebut.
Pemasaran yang membumi serta berkelindan dengan kehidupan itulah yang akhirnya ia tuangkan dalam buku.
Pemasaran yang membumi serta berkelindan dengan kehidupan itulah yang akhirnya ia tuangkan dalam buku. Bahasanya pun lebih mudah dipahami oleh orang awam. Dengan demikian, pemasaran bukan sekadar pengetahuan, melainkan juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Hadir dalam acara peluncuran buku Belajar Marketing Belajar Hidup antara lain Andi Airin, Head of MX Marketing Samsung Indonesia. Andi menjadi pembicara dalam bincang tentang buku serta berbagai hal dalam dunia pemasaran. Peluncuran buku setebal 280 halaman tersebut ditandai dengan penyerahan buku dari Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Adi Prinantyo kepada Henry.
Soal ”S3 marketing”
Di samping hal-hal yang berkait dengan kehidupan, buku itu juga memuat pandangan-pangan Henry akan hal-hal praktis dalam pemasaran. Ia pun mengaitkannya dengan fenomena yang terjadi belakangan seiring dengan pesatnya perkembangan digital.
Misalnya, belakangan ini banyak warganet yang terkesima dengan satu produk yang viral, kemudian menyebutnya sebagai ”S3 marketing ”. Dari fenomena tersebut, ia menyimpan kekhawatiran fungsi pemasaran direduksi menjadi hanya terkait promosi atau iklan.
”Misal odading (laku keras) viral, disebut S3 marketing. Itu bukan S3 marketing, tetapi hoki. Apa yang pantas disebut S3 marketing, menurut saya? Merek-merek yang mampu bertahan selama puluhan, atau bahkan ratusan tahun. Bukan yang sifatnya jangka pendek, ” ujarnya.
Pemasaran terdiri dari ’product, pricing, placement, dan promotion’(4P) dan semua sama pentingnya.
Dalam pandangannya, ada kesalahpahaman bahwa pemasaran sama dengan iklan yang diunggah di media sosial, kemudian viral. Di dalam buku Belajar Marketing Belajar Hidup, ia coba ”meluruskan ” hal itu. Sejatinya, pemasaran terdiri dari product, pricing, placement, dan promotion (4P) dan semua sama pentingnya. Artinya, promosi hanyalah satu elemen dalam pemasaran.
Bahkan, imbuh Henry, promosi pun bukan sekadar urusan kreatif. ”Ada media strategy dan lebih banyak lagi. Semoga yang membaca buku ini bisa memperbaiki persepsinya, ” ucapnya.
Siapa saja bisa
Selain itu, Henry menilai, persepsi bahwa seorang yang menekuni bidang pemasaran harus mereka yang ekstrovert atau jago bergaul sebagai sesuatu yang keliru. Menurut dia, fungsi marketing amat lebar, termasuk yang bersifat analitis, seperti iset pasar. Menurut dia, baik seseorang yang introvert maupun ekstrovert sama-sama bisa berkarier di bidang pemasaran.
Hal mutlak yang diperlukan ialah ketertarikan pada manusia atau mau mengulik manusia. ”Selain itu, tidak takut akan perubahan. Sebab, satu hal pasti dalam marketing adalah perubahan. Baik itu terkait consumer behaviour (perilaku konsumen), kanal komunikasi, maupun lainnya, ” ujarnya.
Baik seseorang yang ’introvert’ maupun ’ekstrovert’ sama-sama bisa berkarier di bidang pemasaran.
Airin, yang telah lama mengenal Henry, menilai, buku Belajar Marketing Belajar Hidup penuh pandangan Henry, termasuk tentang bagaimana membangun sebuah brand atau merek. Konsep mengaitkan pemasaran dengan kehidupan adalah menarik. Sebab, ini membawa pembaca merefleksikan hal-hal yang ada dalam diri mereka masing-masing.
Terkait dengan perkembangan bidang pemasaran, Airin menyebut tantangan akan selalu ada, baik internal maupun eksternal. ”Salah satunya Covid-19 yang mengubah perilaku konsumen. Kuncinya ialah bagaimana kita bisa memahami kebutuhan konsumen. Jadi, tantangan terbesarnya ialah know your audience atau target konsumen kita, ” ujar Airin.
Dipahami awam
Abi Surmadi (34), karyawan swasta pada perusahaan properti, yang hadir dalam peluncuran buku Belajar Marketing Belajar Hidup, baru saja selesai membaca buku itu. Menurut dia, pembaca dari kalangan mana pun, profesi apa pun, akan merasa terhubung dengan isi buku.
”Kita yang tidak berprofesi di bidang marketing pun akan relate dengan bukunya karena diri kita sebenarnya produk juga. Jadi, jika dikatakan bisa belajar hidup dengan buku ini, masuk akal. Bagaimana memasarkan diri untuk pengembangan diri kita, ” kata warga Jakarta Utara itu.
Sementara itu, Jenepte Wisudawati Simanullang (29), karyawan swasta yang hadir pula pada acara peluncuran, merasa penasaran dengan apa yang dituangkan Henry pada buku terbarunya. Merujuk pada buku-buku karya Henry sebelumnya yang telah ia baca, yakni The Alpha Girl’S Guide dan Filosofi Teras, pesan yang disampaikan Henry selalu terkait dengan kehidupan sehari-hari serta dapat diimplementasikan.
Implementasi ’marketing’ itu kan bisa dalam banyak hal. Kemudian, bagaimana kita mengemasnya.
Ia pun ingin segera membaca Belajar Marketing Belajar Hidup agar mendapat gambaran secara sederhana bagaimana memosisikan serta mempromosikan diri kepada orang lain, baik dalam aspek keluarga, pekerjaan, maupun sosial. Ia menyadari bahwa setiap orang pasti akan behubungan dengan orang lainnya dalam menjalani kehidupan.
”Implementasi marketing itu kan bisa dalam banyak hal. Kemudian, bagaimana kita mengemasnya. Misalnya, ketika kita mau bergerak ke obyek A, lalu bagaimana kita menuju ke sana dengan pengemasan yang tepat? Jadi, saya ingin belajar dari buku ini. Selama ini, buku-buku Henry Manampiring selalu mudah dicerna sehingga harapannya, buku Belajar Marketing Belajar Hidup juga sama, ” kata Jenepte.