Kembangkan Mobil Listrik, Produsen Terapkan Strategi Berbeda
Toyota mengembangkan berbagai jenis kendaraan listrik, mulai dari berbasis baterai hingga hibrida.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
UBUD, KOMPAS — Di tengah makin merebaknya minat akan mobil listrik, setiap pabrikan mobil menawarkan strategi dan fitur yang berbeda untuk menarik minat konsumen. Ada pemilik merek yang fokus pada pengembangan mobil listrik berbasis baterai sepenuhnya, ada juga yang mengembangkan segala jenis kendaraan terelektrifikasi.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto mengatakan, pihaknya tidak fokus pada pengembangan satu jenis kendaraan elektrifikasi berbasis energi tertentu, misalnya mobil listrik baterai saja. Pihaknya juga mengembangkan berbagai jenis kendaraan terelektrifikasi mulai dari mobil listrik berbasis baterai, mobil elektrifikasi hibrida bahan bakar bensin, dan mobil elektrifikasi berbahan bakar biofuel.
”Kami mengembangkan multipath ways, berbagai jenis kendaraan elektrifikasi kami kembangkan. Nanti, biarkan konsumen yang memilih,” ujar Nandi, Rabu (19/6/2024).
Ia mengatakan, beragam jenis kendaraan terelektrifikasi itu dirilis Toyota untuk memberikan edukasi kepada publik akan kendaraan yang ramah lingkungan. Konsumen punya preferensi masing-masing sesuai kemampuan ekonomi dan kegemaran model tertentu.
Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan Toyota pada Januari-Mei 2024 sebanyak 104.338 unit. Itu setara dengan 31,1 persen dari total penjualan mobil nasional.
Dari 104.338 unit itu, sebanyak 10.755 unit penjualan Toyota berasal dari mobil terelektrifikasi, baik kendaraan hibrida berbahan bakar minyak maupun mobil listrik bertenaga baterai. Toyota jadi pemimpin pasar mobil terelektrifikasi yang hitungannya berasal dari jumlah penjualan mobil hibrida ditambah mobil listrik bertenaga baterai.
Sementara itu, penjualan mobil listrik bertenaga baterai pada Januari-Mei 2024 sebanyak 9.346 unit. Ini setara dengan 2,79 persen dari total penjualan mobil secara keseluruhan pada periode itu, yakni sebanyak 334.969 unit.
Pemimpin pangsa pasar tertinggi mobil listrik pada periode ini adalah Wulling dengan penjualan sebanyak 5.083 unit atau 54,38 persen.
Secara terpisah, Sales and Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani percaya diri penjualan Wuling akan terus meningkat. Selain memanfaatkan momentum pameran otomotif, seluruh mobil listrik Wuling juga mendapat insentif pajak dari pemerintah.
Mereka memanfaatkan insentif pajak karena memproduksi di Indonesia sehingga hanya dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1 persen dari awalnya 11 persen.
Insentif pajak itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023 tentang Perubahan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Perusahaan yang sudah merakit dalam negeri dalam bentuk CKD berarti perusahaan tersebut sudah memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Maka, perusahaan memperoleh keringanan PPN ditanggung pemerintah (DTP) sehingga hanya perlu membayar PPN sebesar 1 persen dari sebelumnya 11 persen.
Sementara itu, Hyundai membukukan penjualan wholesales mobil listrik sebanyak 528 unit pada Januari-Mei 2024. Namun, penjualan Hyundai jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 2.674 unit.
Terlepas dari itu, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia Franciscus Soerjopranoto meyakini penjualan mobil listrik Hyundai akan segera kembali meningkat. Optimisme ini didukung oleh beroperasinya pabrik baterai mobil listrik Hyundai di Karawang, Jawa Barat, yang membuat mereka semakin memperkuat komitmen untuk memperkenalkan model baru buatan dalam negeri.