logo Kompas.id
EkonomiBatam Aero Technic, Wujud...
Iklan

Batam Aero Technic, Wujud Kemandirian “Bengkel” Pesawat dalam Negeri

Setelah beroperasi selama satu dekade, Batam Aero Technic (BAT), "bengkel" Lion Air Group, tidak sekedar jago kandang.

Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
· 6 menit baca
Beberapa pesawat menjalani perawatan di hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Batam Aero Technic adalah fasilitas perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO) milik Lion Air Group.
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Beberapa pesawat menjalani perawatan di hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Batam Aero Technic adalah fasilitas perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO) milik Lion Air Group.

Hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, disesaki beberapa unit pesawat. Dalam hanggar diparkir beberapa Boeing 737 yang dioperasikan Lion Air, dan Airbus A330 yang diterbangkan Batik Malaysia. Terlihat pula satu unit A330-300 milik Cebu Pacific asal Filipina.

Setelah beroperasi selama satu dekade, Batam Aero Technic (BAT), anak usaha Lion Air Group di bidang perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO) kini tidak sekedar jago kandang. Sejumlah pesawat milik maskapai asing, seperti Cebu Pasifik, dapat dirawat di fasilitas BAT.

Sebelum dapat merawat pesawat, terlebih lagi pesawat milik maskapai asing, BAT harus memenuhi sejumlah persyaratan. BAT juga menjalani sejumlah sertifikasi sebelum mengantongi sertifikat dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia, The Civil Aviation Authority of Thailand (CAAT), The Civil Aviation Authority of Malaysia (CAAM), Civil Aviation Authority of the Philippines hingga The Federal Aviation Administration (AS).

“Kami bisa merawat pesawat di bawah (pihak) perhubungan Malaysia, Thailand, Filipina. (Pesawat) tak selalu Lion Group. Pasarnya masih luas sekali,” kata Head of Base Maintenance BAT Aryadi Sasmita di hanggar Lion Group, BAT, Batam, Jumat (22/3/2024). Kawasan Asia Pasifik saat ini juga dilayani oleh setidaknya 3.500 unit pesawat komersial yang menjadi potensial pasar bagi BAT.

Sejumlah pesawat yang dioperasikan oleh Lion Air Group menjalani perawatan di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Sejumlah pesawat yang dioperasikan oleh Lion Air Group menjalani perawatan di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).

Di Indonesia, BAT tentu tidak sendiri. Maskapai Garuda Indonesia misalnya, juga didukung oleh Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) yang sudah go public pada 10 Oktober 2017. Maskapai Merpati dulu sempat mempunyai anak perusahaan, Merpati Maintenance Facility (MMF) di Bandara Juanda, Jawa Timur, meski kini tak lagi beroperasi seiring kandasnya maskapai Merpati.

“Kalau dulu, kami masih (melayani) enam pesawat dalam sekali perawatan. Sekarang bisa sampai 23 pesawat (per hari),” ujar Aryadi. Di Indonesia saja, Lion Air Group mengoperasikan lebih dari 300 unit pesawat. Bandingkan dengan Garuda Indonesia, yang pada tahun 2024 ini mengoperasikan kurang dari 80 unit pesawat.

Mulai dibangun pada tahun 2012, BAT telah beroperasi sejak tahun 2014.

Mulai dibangun pada tahun 2012, BAT telah beroperasi sejak tahun 2014. Hingga Desember 2023, Lion Group telah menginvestasikan total Rp 700 miliar untuk BAT. “Kami akan investasi untuk MRO di Batam hingga Rp 7 triliun. Tiap tiga bulan, (kami) sampaikan progress (investasi) ke Kemenko Perekonomian,” ujar Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi, juga ditemui di Batam.

Kini, BAT beroperasi pada lahan seluas 30 hektar. Namun di sisi utara kompleks Bandara Hang Nadim, masih terdapat lahan kosong bila BAT berniat untuk terus berekspansi. Letak Batam yang seolah di “jantung” Asia Tenggara, membuat armada Lion Air Group di berbagai negara tidak terlalu jauh untuk terbang menuju “bengkel” BAT.

Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana difoto di depan pesawat ATR-72 Wings Air di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana difoto di depan pesawat ATR-72 Wings Air di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).

Pendiri Lion Group Rusdi Kirana pun kerap singgah di BAT. Biasanya, Rusdi singgah sebentar di Batam untuk mendiskusikan sekaligus mengawasi perawatan pesawatnya sebelum berkeliling mengawasi operasional Lion Air Group di Malaysia, Singapura, dan Thailand.

“Kalau mau serius bisnis penerbangan ya harus begini. Dari A sampai Z, kita upayakan,” ujar Rusdi. Dia menegaskan, berkat MRO Batam Aero Technic maka Lion Air Group lebih kompetitif.

Kalau mau serius bisnis penerbangan ya harus begini.

Tadinya, armada Lion Air Group harus antre hingga berhari-hari di berbagai MRO di Asia Tenggara. Namun dengan BAT, jadwal perawatan pesawat dapat diatur secara internal. “Sebelum arus mudik misalnya, kami tarik pesawat ke Batam untuk dirawat. Jadi, begitu arus mudik Lebaran, semua bisa siap,” ujar Rusdi.

Baca juga: Bengkel Pesawat Milik Maskapai Terbesar di Indonesia

Menurut Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) Alvin Lie, langkah Lion Air Group untuk membangun MRO sudah tepat. “Lion Group memang butuh (MRO) ini karena pesawat-pesawat mereka bukan hanya untuk Lion Group di Indonesia, tetapi juga untuk Batik Air Malaysia dan Thai Lion Air. Semuanya jadi dipusatkan di MRO Batam,” ujar Alvin saat dihubungi dari Jakarta, Senin (10/6/2024).

Iklan

Dengan status BAT sebagai kawasan ekonomi khusus, kata Alvin, juga membuat barang-barang mendapatkan fasilitas serta kemudahan perpajakan dan cukai.

Seorang teknisi sedang merawat bilang baling-balik pesawat ATR 72 di Batam Aero Technic, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024)
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Seorang teknisi sedang merawat bilang baling-balik pesawat ATR 72 di Batam Aero Technic, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024)

Membuka Lapangan Kerja

Tidak hanya mengefisienkan operasional Lion Group, kehadiran BAT membantu menggeliatkan perekonomian Batam. Tanpa keberadaan BAT misalnya, Bandara Hang Nadim jelas akan “sepi”. Padahal, bandara ini dilengkapi dengan landasan pacu sepanjang 4.025 meter sehingga mampu didarati oleh pesawat jenis apa pun.

“Dari sisi perekonomian sektor transportasi udara, termasuk di dalamnya MRO, memiliki pertumbuhan yang tinggi serta berkontribusi pada peningkatan produk domestik bruto (PDB). MRO ini juga berpotensi mendorong bergeraknya sektor-sektor lain,” ujar Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK Susiwijono Moegiarso, dikutip dari laman KEK.

Bila awalnya BAT hanya menyerap 500 orang tenaga kerja, kini BAT mempekerjakan 1.900 orang. Seluruh pegawai BAT merupakan pekerja lokal. Lion Group misalnya, banyak mempekerjakan lulusan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya, Jawa Timur, dan lulusan Universitas Nurtanio Bandung, Jawa Barat. Sejak 2018, BAT juga berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Batam.

Pada Rabu (20/3/2024), Lion Air Group juga menandatangani nota kesepahaman dengan 16 perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat ekosistem penerbangan. Dengan nota kesepahaman itu, berbagai kampus di Indonesia dapat mengirim mahasiswa magang atau bahkan lulusannya ke Lion Air Group termasuk BAT.

Sebuah pesawat Batik Air Malaysia sedang dirawat di hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Sebuah pesawat Batik Air Malaysia sedang dirawat di hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024).

Kehadiran BAT juga menjadi wujud dari keseriusan Lion Air Group dalam menjaga keselamatan penerbangan. Keseriusan itu tidak hanya dari sisi investasi. Manajemen BAT juga bekerja keras untuk memastikan budaya kerja di BAT demi memastikan kesiapan armada pesawat.

Mantra-mantra terkait kerja tim dan budaya kerja di sebuah MRO pun terbaca di dinding-dinding hanggar BAT. Di antaranya adalah, “We are not Super-Man. Keep Safety and be aware”. Kemudian, tertulis pula peringatan, “Be Smart, Follow Procedures”.

Demi menghindari kelelahan, dipampangkan pula peringatan-peringatan yang membatasi waktu kerja. Tiap pekerja juga diimbau untuk mengamati kondisi rekan kerjanya, “Watch for signs of drowsiness in each other”. Istirahat juga harus dilakukan secara berkala, “take frequent breaks to combat fatigue”.

Sebagai salah satu industri yang paling banyak diregulasi, industri penerbangan termasuk MRO memang diawasi dengan sangat ketat. Selain harus mendapatkan sertifikasi, MRO kerap kali harus menjalani audit.

Dua teknisi perempuan sedang memperbaiki komponen pesawat di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Seluruh pekerjaan dilakukan dengan mematuhi petunjuk-petunjuk dari buku manual.
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Dua teknisi perempuan sedang memperbaiki komponen pesawat di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Seluruh pekerjaan dilakukan dengan mematuhi petunjuk-petunjuk dari buku manual.

“Semua (komponen) beli dari pabrik (resmi), tidak boleh pakai yang abal-abal,” kata Manager Landing Gear Shop Ayi Rahmat. “Banyak sensor harganya 17 ribu dollar AS (setara Rp 268,5 juta dengan kurs Rp 15.797 per dollar AS), padahal hanya sebatang sensor dan kabel,” ditambahkan Ayi.

Segala hal terkait perawatan pesawat harus mengikuti petunjuk di dalam manual book. Tidak ada yang boleh dihafal supaya zero mistake, tidak ada kesalahan. Meski suku cadang pesawat masih terlihat dalam kondisi baik, tetapi bila umur suku cadang sudah harus diganti maka harus diganti.

“Ini hasil kajian pabrikan (pesawat). Kami wajib ikut manual book. Seluruh instruksi wajib diikuti karena semua pengerjaan pesawat diawasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kami enggak bisa sembarangan ‘main sendiri’, semua ada aturannya dan tertuang di dalam buku,” ditegaskan Ayi.

Walau penerbangan kerap diidentikkan sebagai dunia yang maskulin, ternyata tidak sedikit teknisi perempuan di BAT. Bahkan setidaknya, terdapat 30 persen pekerja perempuan di BAT. Mekanik asal Jakarta, Fara Julia misalnya, bertugas menangani perawatan Boeing 737-8/900 ER hingga Airbus A330-900 Neo.

Deby Silvia dan Fara Julia, mekanik yang sedang memperbaiki pesawat milik Lion Group di Batam Aero Technic, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (22/3/2024). Untuk bekerja sebagai mekanik, mereka harus memiliki lisensi dan latar belakang pendidikan penerbangan.
KOMPAS/YOSEPHA DEBRINA R PUSPARISA

Deby Silvia dan Fara Julia, mekanik yang sedang memperbaiki pesawat milik Lion Group di Batam Aero Technic, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (22/3/2024). Untuk bekerja sebagai mekanik, mereka harus memiliki lisensi dan latar belakang pendidikan penerbangan.

Upaya Lion Air Group dalam membangun BAT layak diapresiasi. Ketika Kompas mengunjungi BAT, terlihat beberapa pekerja sedang membuat pelapis jok dari bahan olahan kulit sapi asal Kabupaten Garut, Jawa Barat. Itulah salah satu upaya Lion Air Group yang sedang mewujudkan kemandirian di sektor penerbangan.

Tentu masih ada begitu banyak ruang untuk penyempurnaan operasional dari maskapai-maskapai Lion Air Group. Namun, dari apa yang telah dibangun di kompleks BAT terlihat bahwa negeri ini ternyata dapat mandiri dalam merawat armada-armada pesawat kita. Kemandirian ini begitu penting oleh karena bangsa kita adalah bangsa besar.

Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi (kiri) memperlihatkan olahan kulit sapi di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Kulit itu akan digunakan sebagai pelapis jok pesawat Lion Air Group.
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi (kiri) memperlihatkan olahan kulit sapi di Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (21/3/2024). Kulit itu akan digunakan sebagai pelapis jok pesawat Lion Air Group.

Editor:
HARYO DAMARDONO, HAMZIRWAN HAMID
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000