Boeing Bidik Indonesia sebagai Pasar Sekaligus Pemasok Suku Cadang
Hingga kini, setidaknya ada empat perusahaan yang andil dalam rantai suku cadang manufaktur pesawat Boeing.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia potensial menjadi pasar penerbangan keempat terbesar secara global. Boeing membidik Indonesia sebagai pasar penerbangan sekaligus pemasok suku cadang.
Country Managing Director Boeing untuk Indonesia, Zaid Alami, Senin (10/6/2024), mengatakan, Indonesia merupakan pasar menjanjikan karena 40 persen populasi penduduk di Asia Tenggara berada di Indonesia. Indonesia juga merupakan pasar aviasi terbesar di Asia Tenggara sebelum pandemi Covid-19.
Hal ini terlihat dari jumlah penumpang, jumlah armada komersial, populasi, serta skala ekonomi. Sekitar 390 juta penumpang diperkirakan akan terbang dari dan dalam Indonesia pada 2037. Oleh karena itu, Boeing mempersiapkan industri ini demi momentum Indonesia Emas 2045.
Asosiasi Angkutan Udara Internasional (IATA) memperkirakan, Indonesia bakal menjadi pasar aviasi keempat terbesar di dunia pada 2036. Hal ini pula yang mendorong Boeing bekerja sama dengan sejumlah penyuplai suku cadang Indonesia untuk mendukung pesawat-pesawatnya.
Boeing juga meyakini Indonesia bisa terus berkembang menjadi penyuplai dalam rantai pasok global industri penerbangan. Menurut Zaid, Indonesia termasuk pemasok suku cadang global, khususnya bagi Boeing. Perusahaan ini berupaya mengembangkan Bandung sebagai hub penerbangan.
“Kami juga ingin melihat bagaimana kami dapat bermitra dan membawa lebih banyak nilai. Hal ini tak hanya bagi Boeing, tetapi juga bagi mitra-mitra di Indonesia. Kondisi yang sama-sama menguntungkan bagi industri penerbangan dalam negeri dan global,” ujarnya di Kantor Boeing, Jakarta.
Regional Vice President of Asia Supply Chain Boeing, Craig Abler, menambahkan, Boeing telah memiliki penyuplai Indonesia. Mereka ikut andil dalam sistem kapabilitas dan standar performa pesawat pabrikannya.
Hingga saat ini, Boeing bekerja sama dengan empat perusahaan penyuplai di Indonesia. Mereka adalah PT Dirgantara Indonesia, Pudak Scientific, Collins Aerospace Indonesia, dan Jabil Circuit Indonesia.
Dalam perkembangannya, Abler melanjutkan, Indonesia masih akan terus tumbuh menjadi pasar terbesar global. Pihaknya berharap dapat meningkatkan level kompetisi Indonesia. “Pekerjaan ini dapat memperluas kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Abler.
Logistik memiliki potensi pasar yang besar di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, pesawat akan terus dibutuhkan di Indonesia. Konektivitas menjadi kunci untuk menjawab persoalan tersebut.
Sebelumnya, dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Sipil Nasional Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja, menilai, mayoritas logistik bagi masyarakat dikirimkan melalui jalur udara.
Ia berpendapat, bisnis aviasi begitu penting karena ikut menjawab persoalan konektivitas dalam negeri. Hal ini perlu didukung secara berkelanjutan.
Meski demikian, Presiden Direktur Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro, mengatakan industri penerbangan, khususnya para pemain rantai pasok tengah mengalami tantangan tersendiri. Produk-produk manufaktur yang dapat disetujui jumlahnya sangat sedikit. Hal ini perlu sinkronisasi di antara para pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Perindustrian.
Insiden Boeing
Beberapa waktu terakhir, Boeing diterpa sejumlah kasus keselamatan dan keamanan. Beberapa upaya dilakukan guna meyakinkan seluruh pihak bahwa produk-produk pesawatnya laik terbang.
Alami menuturkan, pihaknya sangat berkomitmen pada keselamatan. Aspek itu menjadi prioritas pertama dan paling utama.
“Tak ada prioritas yang dikompetisikan. Keselamatan menjadi hal yang utama. Kami ingin memastikan, tak hanya produksi, tetapi operasi dari tiap produk yang dibuat bagi tiap pesawat secara global itu sempurna,” ujarnya.
Boeing telah mengevaluasi sejumlah aspek, sehingga melakukan beberapa perubahan fokus guna menangani masalah ini.
Pada awal Mei lalu, insiden melanda pesawat-pesawat Boeing di berbagai negara. Pada Jumat (10/5/2024) lalu, Boeing 737 berisi 50 orang terpaksa kembali ke Fukuoka meski baru saja lepas landas. Sebab, ada keanehan pada bagian sayap, sehingga pesawat harus mendarat darurat.
Tepat sehari sebelumnya, Boeing 737-800 mendarat darurat di Bandara Gazipasa, Alanya, Turki. Dalam rekaman video dan foto yang beredar, terlihat roda depan patah, meski tak ada api pada pesawat itu.
Insiden lain, pesawat bertipe serupa di bawah kendali Air Senegal terpaksa mendarat darurat di Bandara Dakar, Senegal, Afrika Barat. Saat itu, pesawat dalam proses tinggal landas, tetapi gagal karena armada tergelincir, kemudian terbakar.
Dua peristiwa lain yang melibatkan Boeing juga terjadi pada dua negara lain. Namun, tak ada bukti Boeing terlibat dalam sederet kecelakaan. Namun, produk-produk perusahaan AS itu diketahui bermasalah (Kompas.id, 10/5/2024).